Mohon tunggu...
Hindharyoen Nts
Hindharyoen Nts Mohon Tunggu... profesional -

Jurnalis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sepotong Daun Telinga

2 Oktober 2013   12:21 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:06 540
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Salah satu anggota tim interogasi adalah paman jauhku. Ketika ada kesempatan ngobrol saya memberanikan diri untuk bertanya mengenai tapol yang tidak dipulangkan ke rumah tahanan tapi di bawa ke arah barat dari Kota Banyumas. Pamanku tentu saja bungkam, tidak mau menjawab pertanyaanku tersebut. Aku sudah menduga. Rupa-rupanya paman melakukan gerakan tutup mulut, kerena tugas. Sampai sekarang pertanyaan tersebut tidak pernah terjawab.

Di tengah masyarakat tersebar gunjingan, tapol yang diangkut truk ke arah barat itu akan dibawa ke tepian Sungai Serayu di wilayah Desa Cindaga kecamatan Rawalo. Sudah barang tentu bukan untuk mandi-mandi dan berenang di sungai yang bermuara di samodera Indonesia itu. Untuk apa mereka di bawa ke tepian sungai Serayu masih menjadi misteri, sampai sekarang. Misteri Cindaga adalah secuil misteri dari sebuah misteri besar Gestok 1965.....

Dalam kumpulan cerita pendek CINDAGA (2012) Penulis Banyumas, cerpenis Setyanto Salim dalam cerpen bertajuk sama, CINDAGA menceritakan perbincangan antarwarga Desa Cindaga di sebuah pasar di desa tersebut....." Bakul-bakul di pasar tidak menjual ikan hasil tangkapan di Sungai Serayu. Tidak ada yang mau membelinya" , kata mereka. "Ikan dan udang Sungai Serayu gemuk-gemuk karena makan bathang (tubuh) manusia," jelas mereka. Apakah ini jawaban dari pertanyaan tentang misteri para tapol yang diangkut dengan truk menuju jembatan Cindaga yang dirancang Bung Karno dan melintasi Serayu untuk selanjutnya dijadikan makanan ikan dan udang di kali tersebut ...? (Hindharyoen nts, dari sepotong kisah nyata)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun