Mohon tunggu...
Hindharyoen Nts
Hindharyoen Nts Mohon Tunggu... profesional -

Jurnalis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sepotong Daun Telinga

2 Oktober 2013   12:21 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:06 540
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

****


PERISTIWA orang menggigit telinga sampai putus dengan cepat tersebar luas dan menjadi pembicaraan ramai. Orang-orang pasar penasaran ingin tahu siapa orang yang menggigit telinga,hingga putus. " Kayak apa sakitnya. Dijewer saja sakit. Apalagi digigit sampai putus", beberapa bakul sayur bertanya sambil bisik-bisik. Penderitaan yang dialami Aringanu adalah bagian kecil dari episode menyedihkan nasib banyak anak bangsa yang tiada berujung gara-gara cap komunis.

Di tempat pembuangan penuh penderitaan di Pulau Buru, Nusakambangan, Plantungan atau di mana saja sesuka-sukanya tapi tidak pernah ada pengadilan. Suatu siang sepulang sekolah aku melihat seorang laki-laki yang sedang diinterogasi dihantam kepalanya dengan kursi. Begitu kerasnya hantaman tersebut membuat orang tadi menjerit-jerit .....kesakitan. Kursi dari dari kayu patah berantakan. Aku sangat miris melihat kejadian itu.

Di lain hari aku melihat seorang laki-laki yang dibentak-bentak dan disuruh mengangkat satu kaki kanannya. Orang yang dihadapannya kemudian menindih jempol kakinya dengan salah satu ujung kaki kursi. Orang yang sedari pagi menginterogasi laki-laki itu kemudian duduk sambil menghentakkan tubuhnya ke atas kursi. Keruan laki-laki tersebut meraung-meraung.... Sakit... tapi mereka masih cukup beruntung karena tidak kehilangan daun telinganya. Berbulan-bulan menyaksikan jalanya interogasi membuat rasa kemanuasian terusik, juga miris akan tetapi tidak dapat berbuat apa-apa.

Aku sering bahkan amat sering mengintip jalannya intrograsi lewat jendela di bagian barat gedung utama. Jadi tahu apa yang sedang terjadi di dalam gedung. Saya sering melihat perempuan dipukuli, dijambak rambutnya, ditempeleng, ditampar sampai menjerit-jerit..... Tapi ada juga yang ndak diapa-apakan, kaum perempuan. Entah apa alasannya, kenapa ada diskriminasi. Perempuan yang terhindar dari kekerasan fisik itu umumnya berwajah cantik. bening.... Dari cara berdandannya yang rapih mereka mungkin anggota CGMI, mahasiswi. Mungkin karena tidak ditemukan bukti keterlibatannnya sehingga mereka lolos dan memperoleh perlakukan berbeda. Saat mengintip jalannya interogasi sering ada kejadian lucu. Sitti Roekijah, almarhum ibuku jika melihat aku sedang mengintip akan lari tergopoh-gopoh ke arahku. Ditarikya baju atau celena pendekku supaya turun sambil menggiring hingga masuk rumah.

Kejadian itu selalu berulang-ulang apabila ibu melihat aku sedang berdiri berpegangan tembok tebal, mengintip jalannya interogasi. Setiap ingat peristiwa ini aku ketawa sendiri... Aku tidak pernah kapok dan selalu ingin tahu jalannya interogasi dari jendela. Almarhum ibuku juga tidak pernah berhenti menarik bajuku setiap kali melihat aku mengintip jalannya pemeriksaan. Ibu sangat takut aku kenapa-kenapa.Kasihan Ibu. Sejatinya aku sangat sedih bahkan miris, menyaksikan orang-orang yang belum tentu bersalah diperlakukan secara tidak manusiawi.

Aku sangat mengenal dan memang kenal pria berpostur tinggi besar yang menggigit daun telinga Aringanu karena pria itu kolega bapakku. Ia beberapa kali menendang dan menggampar. Puncak penderitaan Aringanu terjadi ketika daun telinganya digigit sampai putus.....

Biasanya tahanan yang terluka dan perlu perawatan termasuk tapol yang kehilangan daun telinga di bawa ke Rumah Sakit Banyumas, sebuah rumah sakit tua yang didirikan Belanda tahun 1924. Jarak antara rumah sakit dengan rumah tahanan tersebut hanya dibatasi selokan penangkal banjir. Di rumah sakit ini laki-laki yang kini hanya punya telinga kiri tidak sendirian. Banyak tapol yang dirawat di rumah sakit tersebut. Ada yang hidungnya patah, bahkan teriris, ada yang kepalanya bocor, yah macam-macam luka.

Berbulan-bulan menyaksikan tragedi kemanusiaan itu. Aku hanya bisa membayangkan betapa beratnya penderitaan mereka. Orang-orang yang belum tentu bersalah. Hampir semua orang yang dilabel PKI di mana pun mereka ditahan mengalami penderitaan yang berat, fisik mau pun batin.

****

INTEROGASI terhadap tapol rutin berlangsung dari pagi hingga menjelang magrib. Sesudah diinterogasi mereka diangkut dengan truk dan dikembalikan ke kamp konsentrasi tapol di bekas gedung karesidenan yang jaraknya hanya sekitar satu kilometrer ke arah selatan dari alun-alun Banyumas. Tidak semua dari mereka dikemabalikan ke tahanan. Mereka yang dikembalikan ke rumah tahanan termasuk orang yang beruntung karena tidak sedikit yang tidak kembali ke tahanan dan tidak jelas nasibnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun