Saya bertemu dengan Siti Zulaikha pada tahun 2019 yang lalu pada acara reuni SMA lulusan tahun 1990 hingga saat ini masih sering bertemu juga kadang kontak lewat WA. Dia pelaku UMKM dengan usaha kripik pisang, singkong, bahkan es lilin hingga saat ini punya usaha Minuman Sehat Tradisional  Temulawak Instan, Kunyit Instan dan lain-lain segala jenis rimpang. sedikit cerita ya !Â
Suami Meninggal Dalam Kecelakaan.Â
Kecelakaan saat bertiga naik motor yang menyebabkan suami meninggal menjadi peristiwa yang tak bisa dilupakan, sehingga dia menjadi orang tua tunggal dengan anak satu yang masih sangat kecil. Meski demikian tetap bersyukur masih diberi kesempatan oleh Allah untuk bisa merawat dan mengasihi anak laki-lakinya, buah hati pernikahannya. Awal menjadi orang tua tunggal terasa sangat berat, dijalaninya dengan sabar hingga melatih dirinya untuk menjadi wanita yang mandiri dan kuat.Â
Mulai Usaha Kripik Pisang dan Singkong
Tinggal di desa tidak akan mengalami kesulitan bila diimbangi dengan kecerdasan akal pikiran, ketelatenan dan semangat yang tinggi, karena dengan modal itu dia mampu menciptakan sumber ekonomi keluarganya dengan memanfaatkan hasil bumi yang ada didesanya yaitu : Â pisang dan singkong untuk diolah menjadi kripik bahkan usaha es lilin juga yang dipasarkan sendiri dengan dititipkan di warung dan toko-toko, sehingga hasilnya sangat lumayan untuk bisa memenuhi kebutuhan diri dan anaknya tanpa merepotkan orang tua bahkan bisa melanjutkan kuliah yang sempat terputus karena sebuah pernikahan.
Dua tahun menjalani  usaha kripik pisang dan singkong dirasakanya terasa berat karena dari segi pengolahan sangat rumit, lebih-lebih setelah dia mulai masuk menjadi pendidik di PAUD, maka usaha kripik tidak dilanjutkan dengan alasan tenaga, karena belum mampu kalau harus mengambil tenaga orang lain.Â
Mengakhiri menjadi orang tua tunggal dengan menikah lagi menjadi pilihanya dan dikaruniai dua buah hati sehingga buah hati menjadi tiga. Menjadi guru PAUD waktu yang dia miliki masih sangat banyak, dia perlu memanfaatkan sisa waktunya Dengan sebuah usaha yang  bisa membantu perputaran roda ekonomi keluarga.
Berawal mengikuti pelatihan membuat minuman tradisional  kunyit instan, temulawak instan, kencur instan dan lain-lain dimana dia tinggal, akhirnya muncul ide untuk bisa mempraktekkan di rumah, hingga terbesit dipikiran untuk bisa mengembangkan menjadi home industri rumahan, karena dari segi proses pembuatan tidak terlalu berat dan bisa dilakukan sendiri juga bahan-bahan yang dibutuhkan mudah didapat serta banyak tersedia di daerah tempat tinggalnya, yaitu gula dan tumbuhan rimpang pun bisa dilakukan sendiri di sela-sela  kesibukan yang sebagai pendidik di PAUD.
Dengan modal awal Rp. 50.000 hanya untuk sekedar membeli bahan sedang untuk alat-alat yang dibutuhkan dia masih pinjam saudara. Dengan nawaitu bismillah dia mulai usaha membuat Minuman Sehat Tradisional berbentuk serbuk  kunyit, temu lawak yang harga bahan lebih murah, sebagai permulaan dia mencoba sebanyak 5 kg. Seiring berjalanya waktu bisa bertambah dengan  jahe putih instan, jahe merah instan, kencur instan dan empon sari instan  dari sebanyak 5 Kg hingga 15 kg, bila ada pesanan bisa sampai 20 kg.Â
Minuman Sehat Tradisional yang berbentuk serbut dia kemas dengan plastik dengan berat bersih 250 gram. Dengan rincian harga :Â
Kunyit Instan Rp. 15.000,
Temu Lawak Instan Rp. 15.000, Kencur Rp. 30.000.
Jahe putih Instan Rp. 25.000
Jahe merah Instan Rp. 35.000
Empon Sari Instan Rp. 25.000
Hasil dari produksi pertama dia pergunakan untuk membeli peralatan yang dia butuhkan dan untuk produksi selanjutnya. alhamdulillah usaha tersebut sedikit demi sedikit mengalami kenaikan. Dari 5 Kg dalam waktu tiap tiga hari sekali dengan nilai kotor Rp 500.000 dimana penjualannya  masih dititipkan di toko-toko juga lewat sahabat-sahabat serta lewat komunitas-komunitas yang dia miliki.Â
Produksi Naik Di Awal Masa PandemiÂ
Di awal masa Pandemi Covid 19 usaha minuman sehat tradisional mengalami sedikit kenaikan, diamana tiap tiga hari sekali mendapat hasil Rp 500.000 bisa sampai dapat hasil Rp. 1.000.000,00 , akan tetapi sampai saat ini hasil dari produksinya  turun 50 % dari nilai tersebut, meski demikian tetap dijalankan usaha tersebut dengan prinsip " Setitik tapi mlintu atau sedikit tapi terus mengalir ".
Untuk kedepanya dia masih tetap optimis untuk bisa menjalankan usaha tersebut dengan dibuktikanya  proses untuk bisa mendapat surat ijin usaha juga ketika ada momen Bazar dari UMKM dia selalu hadir.
Semoga usahanya terus lancar dan dapat menginspirasi wanita-wanita lain yang mampu membantu perputaran roda ekonomi keluarga khususnya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H