Mohon tunggu...
himmahtul ngaliyah
himmahtul ngaliyah Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi UIN Sunan Kalijaga

ig : himmalegi_

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Manusia Setelah Bapak

18 Desember 2023   02:37 Diperbarui: 18 Desember 2023   04:49 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cerita naratif  kali ini, bagaimana seorang adik yang tidak berhasil menemukan rasa sayang kakaknya. kakakku adalah orang yang tidak pandai membuat sebuah kemanisan dalam memperlakukan adiknya. dalam bentuk apapun, sungguh tidak ditemukan cinta itu. ketika adik sakit, kakak harusnya iba dan segera memberikan pertolongan pertama, tapi apa? kakak memarahi adik terlebih dahulu. beberapa keadaan sepertinya kakak hanya mempedulikan dirinya sendiri tidak hanya finansial kakak juga mempedulikan dirinya sendiri dari hal kewarasan mental. sebagai seorang kakak seharusnya ia mengerti bagaimana kesulitan orang yang hafal qur'an sambil kuliah, pun mengerti sejauh apa jarak kampus dan asrama yang adik tempati. rasanya percuma meminta empati kakak, setiapkali berbincang itu hanya persoalan  tuntutan bagaimana menjadi adik yang benar dan baik, ya kurang lebih bagaimana adik mengurangi untuk merepotkan kakak. adahal adik bergantung pada siapa lagi?

kami kakak beradik yang tinggal di perantauan untuk menimba ilmu, orang tua kami nan jauh di sebuah pulau bagain barat negeri ini. butuh beberapa hari untuk sampai di pangkuan orang tua kami saat sedang gundah dan ditimpa masalah. satu-satunya darah daging adik hanya kakak. tapi kakak seperti begitu enggannya direpotkan. wahai kakak, adik buatkan sebuah puisi untuk kakak, semoga kakak bangga memilikiku:

kak, suatu kali yang panjang, aku melihat kegelapan.

pada talam aku kesakitan, tapi payungmu melindungiku.

suatu pagi yang cerah, aku melihat mentari cantik sepertimu.

awalnya, syukurku memilikimu.

ambisiusmu memporak-porandakan pagi. 

pun mengikut sertakanmu dalam empun yang dingin.

saat semua batu menimpa, kau asik mengejar mimpi.

tak ada manusia yang ingin ditimpa sakit.

tak kuminta jarum terbenam di tubuhku setiap lara.

dimana payungmu?

bagaimana caranya mengais empatimu?


---

tulisan ini adalah sebagai wujud perasaan seorang adik yang tak dihiraukan kakaknya ketika sedang sakit atau ditimpa banyak beban. kurang lebih mungkin seperti ini perasaanya. atau mungkin lebih parah, hanya saja ia seoarng adik laki-laki pasti tidak mudah mengungkapkan isi hatinya. 

salam kakak, maaf.

sekali lagi kakak tidak pandai membuat hal manis untuk adik. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun