Mohon tunggu...
HIMIESPA FEB UGM
HIMIESPA FEB UGM Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Himpunan Mahasiswa Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada

Himpunan Mahasiswa Ilmu Ekonomi (HIMIESPA) merupakan organisasi formal mahasiswa ilmu ekonomi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada DI Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Subsidi BBM Hilang, Makan Siang Gratis Datang

2 Agustus 2024   06:30 Diperbarui: 2 Agustus 2024   12:29 497
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Akibat Subsidi BBM yang Dikurangi

Beberapa ekonom berpendapat perihal pengurangan subsidi BBM akan membawa dampak negatif, tetapi tidak sedikit juga yang berpendapat sebaliknya-- bahwa pengurangan subsidi BBM akan memberi kesempatan bagi keuangan negara untuk alokasi yang lebih efektif. Piter A Redjalam, Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, berpendapat bahwa subsidi BBM memiliki pengaruh signifikan terhadap keuangan dan perekonomian, terutama untuk perlindungan kelompok kurang mampu. 

Di satu sisi, pengurangan bahkan hingga penghilangan subsidi BBM akan berimbas pada penurunan daya beli masyarakat yang dapat meningkatkan inflasi serta melambatkan pertumbuhan ekonomi. Hubungan daya beli masyarakat dengan harga BBM sangatlah erat. BBM yang tersubsidi harganya akan jauh lebih murah, dengan begitu, masyarakat bisa menggunakan uangnya untuk kebutuhan yang lain. Jika subsidi BBM ditiadakan, harganya akan lebih tinggi dari sekarang dan berimbas pada meningkatnya harga-harga bahan konsumsi pokok serta biaya transportasi.

Subsidi seharusnya menjadi bantuan bagi orang-orang kurang mampu. Faktanya, subsidi BBM lebih memudahkan masyarakat kaum mampu dan sektor industri. Andrinof Chaniago, Menteri Perencanaan Pembangunan Negara periode sebelumnya, berpendapat bahwa dengan memangkas subsidi BBM, pemerintah akan mencapai swasembada pangan. Selain itu, dana peralihan subsidi akan digunakan untuk mempercepat pembangunan pembangkit listrik dan jalan. Pengurangan subsidi BBM juga menyebabkan sebagian masyarakat beralih ke BBM non-subsidi ataupun kendaraan umum yang menjadi perkembangan positif bagi lingkungan hidup dengan berkurangnya pencemaran udara.

Riwayat Peningkatan Harga BBM Bersubsidi

Grafik 2. Peningkatan Harga BBM Subsidi per Liter (Kompas)
Grafik 2. Peningkatan Harga BBM Subsidi per Liter (Kompas)

Selama 2013 hingga 2023, harga BBM bersifat fluktuatif, namun cenderung naik. Terlihat pada grafik 2, pada tahun 2022, lonjakan harga terjadi hingga Rp10.000 dari sebelumnya Rp7.650 per liter karena anggaran subsidi energi yang meningkat tiga kali lipat. Terjadinya lonjakan harga BBM pada tahun 2022 juga merupakan efek secara tidak langsung dari perang Ukraina-Rusia yang mengakibatkan meningkatnya harga minyak mentah.

Kenaikan harga BBM bersubsidi adalah hal yang tidak terhindarkan. Kenaikan harga BBM subsidi disebabkan oleh banyak hal, salah satunya adalah pengurangan subsidi secara langsung. Pengurangan subsidi secara langsung ini tidak mengurangi bantuan begitu saja, melainkan mengalihkan bantuan ke dalam bentuk lain. Seperti yang dilakukan pemerintah pada tahun 2022, seiring melonjaknya harga BBM subsidi, pemerintah menyalurkan bantuan melalui 3 jenis bantuan sosial seperti Bantuan Langsung Tunai (BLT), Bantuan Subsidi Upah (BSU), dan bantuan angkutan umum. Meski harga BBM melonjak begitu tinggi pada tahun 2022, pemerintah telah berupaya menjaga harga BBM dengan cara melipatgandakan anggaran 3 kali lipat dari Rp152 triliun menjadi Rp502 triliun.

Subsidi Tidak Tepat Sasaran

Grafik 3. Pandangan Warga Soal Ketidaktepatan Sasaran Subsidi BBM (Survei Indikator Politik Indonesia)
Grafik 3. Pandangan Warga Soal Ketidaktepatan Sasaran Subsidi BBM (Survei Indikator Politik Indonesia)

Melalui survei Indikator Politik Indonesia yang dipublikasi oleh Databoks, kebanyakan masyarakat menilai bahwa subsidi BBM tidak tepat sasaran. Pada grafik 3, sebesar 53,3% responden setuju bahwa subsidi BBM tidak sesuai dengan target awalnya, yaitu untuk membantu kalangan kurang mampu. Hasil survei itu juga menunjukkan bahwa 90,4% masyarakat Indonesia menggunakan Pertalite, jenis BBM yang disubsidi pemerintah.

Data dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) BPS memperlihatkan total alokasi anggaran subsidi Pertalite, yaitu sebesar Rp93,5 triliun yang dianggarkan melalui APBN. Dari Rp93,5 triliun, Rp80,4 triliun dimanfaatkan oleh rumah tangga dan sisanya dimanfaatkan oleh pengusaha. Namun, dari jumlah yang dinikmati oleh rumah tangga, 80% merupakan rumah tangga mampu secara ekonomi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun