Mohon tunggu...
HIMIESPA FEB UGM
HIMIESPA FEB UGM Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Himpunan Mahasiswa Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada

Himpunan Mahasiswa Ilmu Ekonomi (HIMIESPA) merupakan organisasi formal mahasiswa ilmu ekonomi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada DI Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Thrills or Bills? Menganalisis Perilaku Ekonomi dalam Fenomena Judi Online, Celah antara Rasionalitas dan Kepuasan

23 Januari 2024   18:21 Diperbarui: 24 Januari 2024   10:59 1041
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 1.1 Nilai Transaksi Judi online di Indonesia per Tahun (2017-2022)Sumber: Muhamad, N. (2023, September 27).

Kedua, ketika bandar judi telah berhasil menarik para korbannya, mereka kemudian mencoba memanipulasi korbannya melalui ekspektasi ataupun harapan dari percobaan yang mereka lakukan. Beberapa bandar judi melakukan manipulasi dengan memberikan kemenangan bagi para penggunanya untuk mempengaruhi rasionalitas mereka agar terus meningkatkan nilai percobaannya hingga titik dimana mereka akan dikalahkan oleh bandar. Manipulasi ini dilakukan oleh bandar melalui pemahaman mereka tentang prospect theory pada economic behavioral. 

Prospect theory  pertama kali diperkenalkan oleh Amor Tversky dan Daniel Kahneman pada tahun 1979. Teori ini menjelaskan bahwa ketika seseorang akan cenderung untuk menghindari kerugian dalam jumlah yang lebih kecil dibandingkan ketika mereka diberikan pilihan untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar meski mendapatkan kerugian yang lebih besar. Hal ini dapat diilustrasikan dengan kondisi ketika seseorang diberi pilihan untuk mendapatkan $50 secara gratis atau $60.25 dengan peluang 80% maka mayoritas akan memilih untuk mendapatkan $50 dibandingkan $60.25 meski keduanya memiliki nilai valuasi yang sama $50. Akan tetapi, ketika diberikan pilihan untuk mendapatkan $50 secara gratis atau $1,000 dengan peluang 0,5%, maka untuk pertama kalinya mayoritas akan memilih untuk mengambil resiko untuk mendapatkan $1,000 (Wendover Production, 2018).

Gambar 1.3 Grafik Prospect Theory Sumber: Boyce, P. (2020, October 21). 
Gambar 1.3 Grafik Prospect Theory Sumber: Boyce, P. (2020, October 21). 

Perilaku untuk mengambil risiko dalam jumlah yang lebih besar inilah yang pada akhirnya dimanfaatkan oleh bandar judi untuk mendapat keuntungan. Ketika mereka memberikan kemenangan secara masif bagi para penggunanya, maka kemudian mereka akan meningkatkan jumlah taruhannya dengan harapan untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar. Mereka akan terus memperbarui keyakinan mereka tentang kemenangan dan kekalahan, meski bertentangan dengan rencana awal mereka (Barberis dalam Ariella, 2021). Kemudian mereka akan terus melanjutkan pertaruhan meski pada mulanya mereka akan meninggalkan permainan ketika mengalami kekalahan menjadi terus bermain dengan harapan untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Irasionalitas tersebutlah yang pada akhirnya dimanfaatkan oleh bandar judi untuk memanipulasi korban hingga mereka terus mencoba hanya untuk mendapatkan kembali uang yang telah mereka pertaruhkan. Mereka akan terus memperbarui keyakinan mereka tentang kemenangan dan bertahan.

Gambar 1.4 Proyeksi Perubahan Perilaku Pelaku Judi Online
Gambar 1.4 Proyeksi Perubahan Perilaku Pelaku Judi Online

Ketiga, keyakinan korban untuk terus bertahan juga diakibatkan oleh nominal uang yang telah mereka pertaruhkan di dalam judi online atau yang dikenal sebagai sunk cost fallacy. Korban memiliki tendensi untuk meneruskan apa yang telah mereka investasikan dalam bentuk uang, waktu, dan usaha yang mereka berikan (Arkes & Blumer, 1985). Mereka enggan untuk meninggalkan permainan karena mereka menganggap bahwa jika bertahan lebih lama, maka jumlah uang yang mereka pertaruhkan akan menguntungkan atau kembali. 

Tanpa harus memanipulasi secara langsung, bandar telah berhasil untuk mempermainkan korbannya dengan memanfaatkan sisi psikologis. Korban akan terus mempertaruhkan uangnya sampai titik dimana mereka benar-benar kehabisan uang untuk dipertaruhkan dalam platform itu. Hal ini karena mereka tidak mampu untuk keluar dari jebakan psikologis sampai manipulasi yang dilakukan oleh bandar judi. Dan ketika hal ini tidak dikendalikan oleh pemerintah maka implikasinya akan berdampak buruk, mengingat bahwa segmentasi korban judi online tersebar dalam berbagai spektrum masyarakat dengan nilai ekonomi yang mencapai 190 triliun rupiah pada 2022.

 

REKOMENDASI

Judi online adalah ancaman nasional yang perlu ditangani secara struktural dan budaya. Seperti yang telah kami sebutkan sebelumnya, kebanyakan orang terjebak dalam penipuan judi online  karena mereka kurang berpendidikan dan serba kekurangan. Oleh karena itu, untuk mengatasi faktor-faktor ini, kami menyarankan agar pemerintah menerapkan supremasi hukum dan memberlakukan pendidikan yang inklusif.

Melalui supremasi hukum, pemerintah memiliki kontrol lebih terhadap akses judi online yang marak beredar di masyarakat. Penindakan hukum yang tepat, selain menindak para bandar dan pengedar judi online, memberikan rasa takut terhadap masyarakat untuk mengakses maupun mempromosikan kegiatan tersebut. Proses ini memberikan proteksi pada masyarakat akan operasi judi online yang berlaku sebagai tindak penipuan juga menunjukkan peran pemerintah sebagai payung masyarakat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun