Mohon tunggu...
HIMIESPA FEB UGM
HIMIESPA FEB UGM Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Himpunan Mahasiswa Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada

Himpunan Mahasiswa Ilmu Ekonomi (HIMIESPA) merupakan organisasi formal mahasiswa ilmu ekonomi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada DI Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Period Poverty: Malapetaka Bagi Perempuan India

21 Januari 2024   18:07 Diperbarui: 21 Januari 2024   18:08 639
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 1.3. Perbandingan Siklus Sebab-Akibat Kondisi Kemudahan Akses terhadap produk menstrual yang, Sumber: Journal of Global Health Reports (2022)

Hal ini mengurangi kesempatan mereka untuk mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi dan pekerjaan yang lebih baik di masa depan. Selain itu, perempuan yang bekerja di sektor informal, seperti pertanian atau pekerjaan rumah tangga, sering kehilangan upah atau menghadapi diskriminasi jika mereka tidak masuk kerja atau berkinerja buruk karena masalah MHM (Rossouw et al, 2021). 

Sebuah laporan dari WaterAid, sebuah lembaga swadaya masyarakat internasional yang menangani masalah air, sanitasi, dan kebersihan, memperkirakan bahwa India kehilangan sekitar 4% dari PDB-nya setiap tahun karena MHM yang tidak memadai (U.S. International Development Finance Corporation, n.d.)

Selain itu, period poverty menjadi penyebab peningkatan biaya perawatan kesehatan. Berdasarkan U.S. International Development Finance Corporation (n.d.), MHM yang buruk dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, seperti infeksi saluran kemih, infeksi saluran reproduksi, kanker serviks, dan anemia. Kondisi ini membutuhkan perhatian dan perawatan medis, yang mahal dan tidak dapat diakses oleh banyak perempuan, terutama di daerah pedesaan. Survei yang dilakukan Niine menemukan bahwa 88% wanita di India menggunakan alternatif, seperti kain bekas, kain lap, jerami, pasir, atau abu, saat menstruasi (Rossouw et al, 2021). Bahan-bahan ini tidaklah higienis sehingga dapat menyebabkan infeksi dan iritasi bagi saluran reproduksi perempuan. Survei yang sama juga menemukan bahwa hanya 12% wanita di India yang memiliki akses terhadap pembalut (Rossouw et al, 2021). Tingginya biaya dan rendahnya ketersediaan produk menstrual menjadi hambatan utama bagi banyak perempuan untuk mempraktikkan MHM yang aman dan higienis.

Urgensi

Gambar 1.3. Perbandingan Siklus Sebab-Akibat Kondisi Kemudahan Akses terhadap produk menstrual yang, Sumber: Journal of Global Health Reports (2022)
Gambar 1.3. Perbandingan Siklus Sebab-Akibat Kondisi Kemudahan Akses terhadap produk menstrual yang, Sumber: Journal of Global Health Reports (2022)

Kurangnya akses terhadap produk dan fasilitas higienitas menstruasi memiliki dampak negatif terhadap kehidupan jutaan perempuan dan anak perempuan di India, serta mempengaruhi pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan mereka secara keseluruhan. India menyumbang sekitar 10% dari populasi perempuan di dunia (Singh et al., 2022). Mirisnya, sebagian besar dari mereka, terutama yang tinggal di daerah pedesaan, mengalami banyak pembatasan yang mencegah mereka untuk berpartisipasi dalam banyak sektor kehidupan selama menstruasi berlangsung, seperti beribadah, mandi, memasak, dan terlibat dalam aktivitas seksual. Situasi ini diperparah dengan kurangnya pengetahuan tentang pubertas dan menstruasi, fasilitas sanitasi yang tidak memadai, serta kurangnya akses terhadap menstrual hygiene products (Singh et al., 2022).

Merujuk pada sebuah penelitian yang dilakukan oleh Nielsen (2011) hanya 12% dari 355 juta perempuan di India yang memakai sanitary napkins (Goyal, 2016). 

Sisanya terpaksa menggunakan selimut bekas, bulu ayam, kain bekas, koran, lumpur, bahkan kotoran sapi sebagai barang substitusi karena ketidakmampuan untuk membeli produk menstrual.  

Dalam sebuah survei, sekitar 70% wanita di India mengatakan bahwa mereka tidak mampu membeli produk menstrual sehingga perempuan di India memiliki tingkat higienitas menstruasi buruk (Goyal, 2016). Hal ini tentu dapat menyebabkan implikasi terhadap kesehatan reproduksi perempuan di India, seperti infeksi saluran reproduksi dan saluran kemih, peningkatan risiko infertilitas, dan komplikasi kesehatan lainnya (Michel et al., 2022).

Higienitas menstruasi yang tidak layak juga menjadi salah satu faktor penghalang bagi perkembangan pendidikan anak perempuan di negara berpenghasilan menengah dan rendah karena berkaitan dengan angka partisipasi di sekolah, ketidakhadiran (school absenteeism), mengulang kelas, dan kasus putus sekolah (Sivakami et al, 2018). Berdasarkan World Bank (2005), anak perempuan di India tidak masuk sekolah hingga empat hari berturut-turut setiap bulannya. Selain itu, berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Vashisht et al (2018), sebanyak 11,9% anak perempuan di New Delhi, India telah melewatkan ujian kelas selama periode menstruasi. Hal ini terjadi karena buruknya MHM, kurangnya informasi mengenai menstruasi, fasilitas sanitasi dan ketersediaan air yang tidak memadai, serta kurangnya akses terhadap produk menstrual (Vashisht et al, 2018). 

Hal ini tentu akan memengaruhi pendidikan dan masa depan anak perempuan di India sehingga mengurangi tingkat partisipasi dan produktivitas perempuan dalam angkatan kerja yang selanjutnya berimbas pada kondisi perekonomian secara agregat dan memungkinkan terjadinya kemiskinan ekstrem di India. Dengan demikian, period poverty dapat memberikan pengaruh buruk terhadap pemberdayaan ekonomi perempuan dan negara India itu sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun