Rekomendasi
Citayam Fashion Week dapat dikelola dan dikembangkan seperti gelaran yang sama yaitu Harajuku Fashion Street di distrik Shibuya Tokyo dan La Sape, singkatan dari Socit des ambianceurs et des personnes elegantes atau Society of Atmosphere-setters di Republik Kongo pada awal abad ke-20.Â
Harajuku dikenal secara internasional sebagai pusat budaya dan mode anak muda Jepang. Harajuku memiliki kawasan khusus yang tidak menganggu lalu lintas. Dapat ditemukan berbagai pilihan toko belanja dan makanan mencakup butik dan kafe kecil yang berorientasi pada anak muda, tetapi lingkungan ini juga menarik banyak toko rantai internasional yang lebih besar dengan pedagang barang mewah kelas atas yang tersebar luas di sepanjang Omotesando. Kawasan khusus yang berisi berbagai toko makanan dan fashion sepatutnya dicontoh oleh CFW supaya tidak terjadi kemacetan lalu lintas dan memperdayakan UMKM.Â
Selain itu, sejak dicetuskannya Harajuku sejak 1970, kawasannya telah menjadi objek pariwisata lokal maupun mancanegara. Pihak pemerintah khususnya pariwisata seharusnya mewadahi euforia dalam bentuk kawasan dan mendukungnya secara konsisten supaya tidak menjadi hype sementara. Dari perspektif Pengembangan Ekonomi Pariwisata (Tourism Economic Development-TED) yang merupakan konsep penekanan kepada pemberdayaan komunitas untuk lebih memahami nilai-nilai dan aset yang mereka miliki, seperti kebudayaan, adat istiadat, ragam kuliner, gaya hidup (Hasan, 2018). Seharusnya CFW menjadi aset gaya hidup dan budaya seperti Harujuku di Jepang sehingga menjadikan Ciatyam Fashion Week salah satu objek wisata.Â
Kesimpulan
Citayam Fashion Week mampu melawan stigma ekslusif dari fashion week dan memberikan wadah bagi masyarakat luas untuk mengeksresikan diri. CFW telah meberikan dampak dan memiliki potensi ekonomi sehingga pemerintah seharusnya hadir mengelola CFW sebagai public goods yang dapat dimanfaaatkan oleh seluruh lapisan masyarakat. Di sisi lain, telah muncul eksternalitas berbentuk kemacetan yang perlu diorganisir melalui kawasan khusus diluar lalu lintas. Intervensi yang dilakukan pemerintah juga harus dapat memberikan ruang bagi pelaku fashion dan UMKM untuk berkreasi dan berkembang. CFW sebagai sentra keramaian juga berpotensi menjadi tempat pariwisata baru bagi wisatwan lokal maupun internasional.
Daftar Pustaka
LOFTIS, A. (2022). Breaking the Fashion Cycle of Exclusivity. The Observer. https://fordhamobserver.com/67847/recent/arts-and-culture/breaking-the-fashion-cycle-of-exclusivity/
Stein, N., Spinler, S., & Vanthournout, H. (2020). Face-to-Face Communication as A Tool to Support Second-Hand Fashion Sales: A Field Experiment at Fashion Week in Berlin. Sustainability, 12(5), 1758. https://doi.org/10.3390/su12051758Â
Kanishk Tharoor. (2020, April 21). The Exclusivity Economy. The New Republic. https://newrepublic.com/article/157153/velvet-rope-economy-book-review-rich-exclusivity-hides-inequalityÂ
Pohlmann, A. (2016). Harajuku: Tokyo street fashion, Honolulu Museum of Art, 19 November 2015-3 April 2016. Critical Studies in Men's Fashion, 3(1), 47--52. https://go.gale.com/ps/i.do?id=GALE%7CA472848263&sid=googleScholar&v=2.1&it=r&linkaccess=abs&issn=2050070X&p=AONE&sw=w&userGroupName=anon%7E9d5f974bÂ