Mohon tunggu...
HIMIESPA FEB UGM
HIMIESPA FEB UGM Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Himpunan Mahasiswa Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada

Himpunan Mahasiswa Ilmu Ekonomi (HIMIESPA) merupakan organisasi formal mahasiswa ilmu ekonomi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada DI Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Work-Life (Im)Balance: Memahami Hustle Culture Melalui Perspektif Ekonomi

20 Juli 2021   19:54 Diperbarui: 20 Juli 2021   20:06 3694
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Author: Triani (Ilmu Ekonomi 2020)

Sumber: katadata.co.id
Sumber: katadata.co.id

Table 6 Rata-Rata Kerja Tahunan per Pekerja di Indonesia

Dikutip dari laman katadata.co.id, rata-rata jam kerja di Indonesia menurun sebesar 7,4% selama pandemi. Pada tahun 2019, Badan Pusat Statistik mencatat rata-rata masyarakat Indonesia bekerja selama 2.133,88 jam dalam setahun, sedangkan di tahun 2020 menurun menjadi 1.975 jam atau 37.9 jam per minggu. Hingga Februari 2021, 24,9% pekerja usia 15 tahun ke atas di Indonesia masih bekerja selama 35-44 jam per minggu. Persentase penduduk pada kelompok jam kerja tersebut merupakan persentase tertinggi daripada kelompok lain.

Fenomena Employee Turnover di Kalangan Milenial Indonesia

Employee turnover atau pergantian tenaga kerja terjadi ketika tenaga kerja meninggalkan suatu perusahaan dalam periode waktu tertentu. Generasi milenial merupakan generasi dengan tingkat turnover rate tertinggi dibandingkan dengan generasi sebelumnya (Frian dan Mulyani 2018). Ada dua jenis employee turnover, yaitu tenaga kerja yang sukarela meninggalkan pekerjaannya atau voluntary turnover, sertatenaga kerja yang melakukan pergantian kerja karena perusahaan atau involuntary turnover. Terdapat beberapa aspek yang dapat memengaruhi tingkat pergantian pekerja ini, antara lain aspek personal (mencakup usia, gender, tingkat pendidikan, status perkawinan, lama bekerja, tanggung jawab, kemampuan individu, dan sebagainya); aspek organisasi dan pekerjaan (skala organisasi, gaji dan promosi, prospek pekerjaan, pelatihan, perilaku individu dalam organisasi); dan aspek sosial ekonomi (kondisi pasar tenaga kerja, pertumbuhan ekonomi, kesempatan kerja, transportasi, perumahan, fasilitas kesehatan dan pendidikan, dan standar hidup(Zhang 2016).

Dilansir dari Asean Mercer (2019), industri keuangan di Indonesia memiliki tingkat turnover rate tertinggi dibandingkan dengan industri lain, yaitu sebesar 14% pada tahun 2019 dan 12% pada tahun 2018. Menurut laporan Indonesian Banking Survey tahun 2014, sebanyak 37% responden mengalami voluntary turnover dengan total pergantian pekerjaan/perusahaan lebih dari 10%. Salah satu hal yang menyebabkan tingginya turnover rate di kalangan milenial adalah keinginan mereka untuk mencari alternatif pekerjaan lain yang lebih baik sehingga memilih untuk meninggalkan pekerjaan atau perusahaan saat ini (Frian dan Mulyani 2018). Menurut Bhat (2012), tingkat stress pada karyawan bank menyebabkan mereka untuk meninggalkan pekerjaannya sehingga membuat turnover rate pada karyawan bank menjadi cukup tinggi. Selain itu, stresjuga merupakan salah satu akibat dari budaya gila kerja atau workaholism (Aziz, Wuensch, dan Duffrin 2015). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa workaholism menyebabkan tingginya tingkat stres pada pekerja sehingga mereka memilih untuk meninggalkan pekerjaannya (turnover rate tinggi).  

Kesimpulan

Fenomena hustle culture atau biasa dikenal dengan gila kerja sedang menjadi tren di kalangan generasi muda. Beberapa faktor yang menyebabkan budaya gila kerja tersebut antara lain sifat perfeksionis dan berorientasi pada hasil, serta teknanan sosial karena banyaknya kaum milenial yang sukses di usia muda. Hustle culture dapat menyebabkan dampak buruk bagi kesehatan fisik, mental, dan kehidupan pribadi. Walaupun bekerja dengan cukup keras, budaya ini bukanlah satu-satunya faktor yang dapat menentukan produktivitas seseorang. Di Indonesia, budaya hustle culture masih tinggi dilihat dari angka turnover rate terutama untuk industri keuangan. 

Melihat besarnya pengaruh fenomena hustle culture pada perekonomian Indonesia, maka sudah saatnya bagi pemerintah, perusahaan, dan stakeholders terkait untuk mulai memikirkan kesejahteraan tenaga kerja, baik secara fisik maupun mental. Selain itu, diperlukan kesadaran dari masing-masing individu untuk dapat memahami kemampuan yang dimilikinya dan bisa menjaga keseimbangan antara kehidupan pribadi, sosial, maupun pekerjaan. Dengan kerja sama yang baik antara masing-masing individu, pemerintah, dan perusahaan, diharapkan dapat mengurangi budaya gila kerja ini. 

Daftar Pustaka

 “2019 Indonesia Compensation Trends | Mercer ASEAN.” n.d. Accessed July 18, 2021. https://www.asean.mercer.com/newsroom/indonesia-salary-increase-to-rise-in-2020-eng.html.

Ahmadi, A., and S. Asl. 2013. “A Study on the Effect of Workaholism on Human Resource Productivity: A Case Study of Managers of East Azerbaijan Water and Waste Water Company.” Management Science Letters 3 (4): 1209–16.

Arends, Iris, Christopher Prinz, and Femke Abma. 2017. “Job Quality, Health and at-Work Productivity,” June. https://doi.org/10.1787/43ff6bdc-en.

Aziz, Shahnaz, Karl Wuensch, and Christopher Duffrin. 2015. “Workaholism, Exercise, and Stress-Related Illness.” Journal of Workplace Behavioral Health 30 (October): 393–406. https://doi.org/10.1080/15555240.2015.1074053.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun