Mohon tunggu...
HIMIESPA FEB UGM
HIMIESPA FEB UGM Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Himpunan Mahasiswa Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada

Himpunan Mahasiswa Ilmu Ekonomi (HIMIESPA) merupakan organisasi formal mahasiswa ilmu ekonomi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada DI Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Work-Life (Im)Balance: Memahami Hustle Culture Melalui Perspektif Ekonomi

20 Juli 2021   19:54 Diperbarui: 20 Juli 2021   20:06 3694
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Badan Pusat Statistik (2021)

Tabel 2 Lama Kerja per Minggu Negara-Negara Maju

quickie
quickie

Data di atas merupakan rata-rata jam kerja mingguan beberapa negara maju di dunia. Dari delapan negara tersebut, Jepang memiliki rata-rata jam kerja tahunan tertinggi, yaitu 1990 jam atau 38,3 jam per minggu, sedangkan Swedia memiliki rata-rata jam kerja terendah, yaitu 34,2 jam per minggunya. Dilansir dari Mental Health Foundation, berdasarkan data Labour Market Statistic, pada tahun 2014 terjadi peningkatan jumlah jam kerja di Inggris sebanyak 20,1% atau menjadi 45 jam atau lebih per minggu.

Sumber: ourworldindata.org
Sumber: ourworldindata.org

Tabel 3 Rata-Rata Jam Kerja per Minggu Negara-Negara Berkembang

Berbeda dengan negara-negara maju, negara-negara berkembang ini cenderung memiliki rata-rata kerja mingguan lebih lama. Thailand memiliki rata-rata jam kerja mingguan tertinggi di antara keenam negara lain yaitu 47,6 jam per minggu, disusul Afrika Selatan dengan rata-rata 47,6 jam per minggu. Posisi terendah diduduki oleh Brazil dengan rata-rata jam kerja 37,6 jam.

Dampak Hustle Culture terhadap Kesehatan

Satu hal yang perlu dipahami oleh para milenial adalah bahwa dunia ini selalu penuh akan trade-off. Workaholism juga tak lepas dari konsep tersebut. Oates (1971) menyebutkan bahwa budaya ini dapat berpengaruh negatif bagi berbagai aspek kehidupan pelakunya, seperti kesehatan, kebahagiaan, hingga hubungan sosial dengan masyarakat. Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Molino et al. (2016) kepada 617 pekerja di Italia yang menemukan bahwa budaya hustle culture berkorelasi negatif dengan kualitas kehidupan keluarga, kesehatan, dan pekerjaan. Gaya hidup hustle culture ini berdampak buruk terhadap kesehatan seseorang, baik fisik maupun mental.

Di Jepang, terdapat istilah karoshi yang berarti kematian yang timbul akibat terlalu banyak bekerja. Walaupun karoshi bukan merupakan diagnosis medis, tetapi budaya bekerja ekstra keras tersebut menyebabkan penyakit serius, seperti jantung iskemik dan penyakit serebrovaskular (Hoshuyama 2003). Selama tahun 2002 hingga 2005, Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja, dan Kesejahteraan Jepang mencatat sekitar 300 kasus kerusakan hati dan otak akibat budaya gila kerja di Jepang (karoshi) (Iwasaki, Takahashi, dan Nakata 2006). Selain itu, kompensasi yang diberikan perusahaan kepada para pekerja yang mengalami kerusakan hati dan otak akibat jumlah jam kerja yang berlebihan di Jepang terus meningkat dari tahun 1987 hingga 2005. Dari data tersebut menunjukkan bahwa jumlah penderita kedua penyakit tersebut meningkat dari tahun ke tahun.

Berdasarkan hasil penelitian, dari tahun 1980 hingga 2015, pekerja laki-laki kerah putih yang berusia 25-64 tahun di Jepang memiliki tingkat kematian lebih besar yang disebabkan oleh penyakit serebrovaskular, kanker, jantung iskemik, dan bunuh diri daripada pekerja kerah biru (Dhungel et al. 2021). Dari grafik di bawah, walaupun awalnya angka bunuh diri yang dilakukan oleh pekerja kerah biru lebih tinggi daripada pekerja kerah putih, tetapi mulai awal abad ke-20, tingkat bunuh diri pekerja kerah putih lebih tinggi. Penyakit kanker, jantung iskemik, dan cerebrovascular yang diderita pekerja kerah putih lebih tinggi daripada pekerja kerah biru.

Sumber: Journal of Occupational Health(2020)
Sumber: Journal of Occupational Health(2020)

Tabel 4 Angka Kematian per 100.000 pekerja kerah biru dan putih di Jepang tahun 1980-2015.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun