Mohon tunggu...
HIMIESPA FEB UGM
HIMIESPA FEB UGM Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Himpunan Mahasiswa Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada

Himpunan Mahasiswa Ilmu Ekonomi (HIMIESPA) merupakan organisasi formal mahasiswa ilmu ekonomi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada DI Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Membangun Industri Hulu

2 September 2019   16:15 Diperbarui: 4 September 2019   17:46 323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada 2018 ekspor tekstil dan produk tekstil (TPT) tumbuh 0.9% dan impor tumbuh 13.8%.

Tidak optimalnya kinerja berbagai industri disebabkan karena tidak efisiennya proses produksi. Selain itu, nature dari industri hulu adalah high investment, low return, dan long term return. 

Sebagai contoh dari kebutuhan investasi yang tinggi pada industri hulu adalah  untuk membangun pabrik gula rafinasi berkapasitas 8.000 ton cane per day (TCD) dibutuhkan US$100 juta. 

Selain itu, pada industri TPT, nature dari industri hulu adalah padat modal. Sedangkan industri hilir adalah padat karya. Untuk membangun satu pabrik purified terephtalic acid (PTA) membutuhkan investasi sekitar Rp6-7 triliun dan keuntungan baru akan terasa sekitar 2-3 tahun.

Solusi dari pembangunan industri hulu adalah Research and Development (R&D) untuk mencapai produksi yang efisien dan intervensi pemerintah untuk mengatasi kegagalan pasar. 

China menjadi negara yang mulai membangun industri petrokimia untuk mengurangi ketergantungan impor paraxylene (PX) dan purified terephthalic acid (PTA). Impor PX dan PTA di China mayoritas berasal dari Korea Selatan dan Jepang. 

Dengan adanya upaya ini maka diproyeksi produksi PX di China akan mencpai sepuluh ton pada Maret 2020. Selain itu, China juga sudah mampu membuat PTA dari Gas yang lebih efisien dan ramah lingkungan.

Sebagai penutup Kementerian Perindustrian sendiri telah meluncurkan Making Indonesia 4.0, yang mana di dalamnya terdapat komitmen untuk membangun lima sektor manufaktur dengan daya saing regional. 

Sektor tersebut adalah makanan dan minuman, tekstil dan pakaian, otomotif, kimia, dan elektronik. Kebijakan ini harus senatiasa didukung untuk memajukan industri manufaktur di Indonesia.

Oleh: Steering Committee FSDE 2019

Referensi
Aizhu, C., Yuka Obayashi. (2019) China's petrochemical expansion to overwhelm Japan, South Korea producers.
CNN Indonesia. (2019) Tambahan Bea Masuk Impor Benang China Bakal Kerek Impor Kain.
Dinnata, R.Y.W. (2017) Pabrikan Tekstil Sesalkan Aturan Impor Terbaru.
Gumilar, P. (2019) Kadin: Bangun Pabrik Gula Rafinasi Butuh US$100 Juta.
Kementerian Keuangan RI. PMK NOMOR 115/PMK.010/2019 Tentang PENGENAAN BEA MASUK ANTI DUMPING TERHADAP IMPOR PRODUK SPIN DRAWN YARN (SDY) DARI NEGARA REPUBLIK RAKYAT TIONGKOK.
Liputan 6. (2019) Pembangunan Pabrik Petrokimia Dorong Efisiensi Industri Makanan dan Minuman.
Pareria, S.P.I. (2019) Digempur Barang Impor, Industri Benang Lokal Kritis.
Pareria, S.P.I. (2019) PPengusaha: Insentif 300% Tapi Tak Bisa Jualan, Buat Apa?
Richardson, J. (2019) Why China Will Rapidly Become Paraxylene Self-Sufficient. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun