Mohon tunggu...
HIMIESPA FEB UGM
HIMIESPA FEB UGM Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Himpunan Mahasiswa Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada

Himpunan Mahasiswa Ilmu Ekonomi (HIMIESPA) merupakan organisasi formal mahasiswa ilmu ekonomi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada DI Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Posthumous Music: Fame After Life

9 Juni 2019   17:48 Diperbarui: 9 Juni 2019   17:55 359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lalu, mengapa dan bagaimana rosy retrospection terjadi? Rosy retrospection disebabkan oleh sifat menyederhanakan dan melebih-lebihkan suatu ingatan yang dapat membantu proses penyimpanan memori jangka panjang. Dengan menghilangkan detail-detail dari suatu memori, beban otak dikurangi dalam penyimpanan ingatan jangka panjang tersebut.

Mnemonic, psychological chunking, dan subconscious distortion merupakan sarana yang digunakan otak untuk memadatkan dan menyederhanakan ingatan. Kompresi tersebut serupa dengan yang dilakukan oleh algoritma komputer, yaitu menghilangkan detail-detail yang tidak diperlukan dan/atau menggambarkan dan merekonstruksi ingatan ke dalam bentuk yang lebih sederhana.

Hal yang sama juga terjadi di dunia permusikan. Ketika seorang musikus wafat di tengah perjalanan atau bahkan di puncak karirnya, para penikmat musik (baik penggemarnya, maupun bukan) akan merasa kehilangan dan sadar bahwa sang musikus mempunyai talenta. Para penikmat musik akan merasakan sebuah kehilangan. Mereka seakan-akan sadar bahwa sang musisi tidak akan memproduksi karya lagi, dan kreativitasnya dihentikan oleh kematiannya. Faktor-faktor di atas akan bermain dengan dominan sehingga pada saat sebuah karya posthumous dirilis, penilaian seseorang akan menjadi bias akan karya tersebut. 

Persevering Legacy atau Motif Ekonomi

Dampak rosy retrospection sendiri sudah sangat jelas. Hal ini terjadi pada XXXTentacion. Dikutip dari Forbes, sesudah sehari kepergian beliau, lagu ciptaannya yang berjudul "SAD!" mampu mengalahkan rekor streaming terbanyak dalam 1 hari, yaitu sekitar 10,4 juta kali pemutaran. Rekor ini sebelumnya dipegang oleh lagu ciptaan Taylor Swift, yang berjudul "Look What You Made Me Do," dengan jumlah putaran 10,1 juta kali dalam jangka waktu yang sama.

Contoh lain adalah seperti yang dialami Queen, rock band ternama asal Inggris. Di penghujung tahun 2018, 20th Century Fox merilis sebuah film berjudul "Bohemian Rhapsody" yang mengisahkan perjalanan Freddie Mercury dan Queen. Film ini kembali memutarkan trek-trek legendaris Queen yang sempat merajai tangga lagu dunia, seperti: "Love Of My Life," "Bohemian Rhapsody," dan "We Are The Champions." Pemutaran tersebut menimbulkan rasa nostalgia, khususnya bagi penikmat musik Queen, dan rasa ketertarikan bagi orang-orang yang pertama kali mendengar lagu Queen oleh karena pengetahuan akan latar belakang dari lagu-lagu tersebut. Dalam kasus ini, rosy retrospection kembali berperan.

Berkat pemutaran film ini, lagu-lagu Queen mulai kembali didengarkan dan dinikmati. Jumlah penjualan (digital) lagu-lagu Queen meningkat sebesar 236% dan 77% untuk putaran secara daring. Pencapaian ini diraih Queen dalam jangka waktu dua minggu setelah "Bohemian Rhapsody" ditayangkan di bioskop (Trust, 2018).

Dari kedua contoh di atas, dapat dilihat bahwa kematian dari seorang musisi akan meningkatkan permintaan terhadap karya musisi. Hal ini didorong oleh rasa duka, nostalgia, dan bias yang ditimbulkan oleh rosy retrospection, baik dari penggemar, maupun penikmat musik biasa. Kejadian-kejadian dalam contoh kasus di atas diilustrasikan dalam grafik di bawah.

Rasa duka dan nostalgia yang muncul akibat kematian musisi, akan menggeser permintaan akan karya musisi. Dengan asumsi bahwa para pelaku ekonomi bersifat rasional, pasar musik berada di Amerika Serikat, genre musik hip hop dan rock, dan umur serta pendapatan individu-individu ceteris paribus. Hal tersebut menyebabkan pergeseran kurva demand (permintaan) seperti yang ditunjukkan oleh (1). Dalam grafik berikut, rosy retrospection menjadi variabel eksternal, sedan yang menyebabkan pergeseran Q ke Q'. 

Lalu dengan apa label rekaman merespons kenaikan permintaan ini? Salah satu jalan yang dapat dan telah dilakukan oleh sejumlah label adalah merilis karya musik (baik baru, maupun rilisan ulang) secara posthumous. Perilisan musik secara posthumous tersebut dapat membantu penyeimbangan permintaan yang melonjak akan kematian sang artis sehingga menggeser posisi kurva S ke S'. Tidak hanya itu, label rekaman juga akan mendapat keuntungan dengan merilis karya-karya artis secara posthumous, terutama yang mengambil format perilisan ulang karya. Hal ini juga menyebabkan perpindahan pada kurva supply (penawaran) seperti yang ditunjukkan pada Grafik 2.

Grafik 2.
Grafik 2.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun