Mohon tunggu...
HIMIESPA FEB UGM
HIMIESPA FEB UGM Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Himpunan Mahasiswa Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada

Himpunan Mahasiswa Ilmu Ekonomi (HIMIESPA) merupakan organisasi formal mahasiswa ilmu ekonomi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada DI Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Money

Westeros dan Paradoks Industrialisasi

12 Mei 2019   20:15 Diperbarui: 12 Mei 2019   20:40 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam Lectures on Jurisprudence, Adam smith (1762) mengatakan bahwa transformasi sistem feodalisme menjadi masyarakat komersial (commercial society) besar dipengaruhi oleh sistem politik yang berlaku di suatu wilayah dan derajat kekerasan (violence). Untuk menciptakan iklim ekonomi yang ideal, dibutuhkan sistem politik yang terintegrasi serta tersentralisasi, guna menjamin penegakkan hukum terhadap pihak-pihak yang melanggar aturan main dalam kegiatan ekonomi sehingga memberikan insentif kepada seluruh pihak untuk meningkatkan produktivitas. Selain itu, derajat kekerasan juga merupakan salah satu faktor yang menghambat pertumbuhan ekonomi. Kekerasan dalam konteks ini dapat berupa pemberlakuan hukum yang diskriminatif terhadap rakyat jelata, opresi pihak yang berwenang, intrik politik antarbangsawan, maupun perang antarkerajaan. Keempat hal tersebut merupakan fenomena sosial yang cukup wajar ditemukan di kehidupan eropa abad pertengahan maupun Westeros. Bukan sebuah kebetulan bahwa kejatuhan Imperium Romawi pada abad ke-5 Masehi menandakan permulaan dari abad pertengahan yang dicirikan dengan stagnansi pertumbuhan ekonomi. Hal tersebut disebabkan oleh hilangnya pemerintahan yang tersentralisasi sehingga menyebabkan dataran eropa dikuasai oleh kerajaan -- kerajaan independen yang saling beperang satu sama lain. Dalam serial Game of Thrones, kasus serupa terjadi ketika kematian Raja Robert Baratheon yang memicu Perang Lima Raja (War of The Five Kings) dan sebelum kedatangan Bangsa Valyria di benua Westeros. Dalam kondisi tersebut, pemilik tanah tidak terinsentif untuk membuka lahan guna memproduksi hasil pertanian dikarenakan probabilitas dirampas oleh berbagai komunitas ksatria atau pihak berwenang yang tinggi sehingga akumulasi kapital dan modal tidak dimungkinkan. Absennya akumulasi modal menyebabkan kegiatan investasi pada inovasi teknologi menjadi sukar, yang pada akhirnya menghambat perkembangan teknologi dan pertumbuhan ekonomi. Selain itu, pemerintah yang sedang berada dalam kondisi perang berkelanjutan akan mengalokasikan seluruh sumber daya untuk menunjang kemenangan, termasuk dengan menarik pajak yang tinggi dari penduduk di wilayah kekuasaannya. Pemerintah dalam kondisi tersebut tidak terinsentif untuk mengalokasikan dana untuk penyediaan fasilitas yang menunjang produktivitas ekonomi penduduknya. Smith menyebut kondisi itu dengan violence trap. 

Secara historis, eropa barat dapat keluar dari violence trap dengan koalisi antara raja dan kota-kota kecil (town) di sekitar wilayah kerajaan yang intensif. Raja mengadakan kontrak politik dengan pedagang-pedagang di kota-kota kecil setempat dengan memberikan otonomi (self-governance), perdagangan bebas, dan perlindungan dari perompak dan invasi kerajaan lain (Weingast, 2016). Sebagai gantinya, raja menarik pajak atas hasil ekonomi di kota tersebut pada tarif yang telah dinegosiasikan. Dengan diberikannya perlindungan dan otonomi, penduduk di kota kecil mendapatkan jaminan atas keamanan aset mereka sehingga terinsentif untuk berkegiatan ekonomi yang produktif. Kemudian, masing-masing dari kota kecil tersebut mempunyai perwakilan di istana kerajaan untuk sebagai saluran aspirasi politik mereka dalam pembentukan hukum yang adil terhadap semua wilayah serta membatasi kekuasaan absolut raja. Seperti yang terjadi di Inggris pada masa Glorious revolution tahun 1688, yang mengukuhkan status parlemen sebagai lembaga eksekutif serta menandai awal dari sistem pemerintahan monarki konstitusional Inggris. Selanjutnya, iklim politik yang inklusif dan konstitusional tersebut mengantarkan pada lahirnya gelombang revolusi industri pertama di tanah Inggris pada beberapa dekade setelahnya (tahun 1760).

Kesimpulan

Alur cerita pada serial televisi Game of Thrones merupakan salah satu narasi fiksi yang menggambarkan kehidupan masyarakaat eropa abad pertengahan dengan kadar realisme yang tinggi dengan sedemikian rupa sehingga cukup banyak terdapat unsur-unsur kehidupan yang paralel dengan kehidupan di dunia nyata, tidak terkecuali unsur ekonomi. Kondisi zero-sum game menyebabkan sulitnya aliansi antarkerajaan untuk berkoordinasi membentuk iklim sosial dan ekonomi yang stabil sehingga barangkali hal tersebutlah yang menginspirasi perkataan Cersei Lannister di kutipan bagian awal tulisan, "either win or die, there is no something in between."

Episode sejarah eropa dipenuhi oleh konflik yang berkepanjangan antarpihak satu dengan pihak lainnya. Konflik politik berkepanjangan dan berbagai momentum sejarah telah berkontribusi dalam pembentukan sistem pemerintahan yang inklusif dan berkelanjutan di eropa, terutama di negara-negara eropa barat. Dengan kondisi sosial dan ekonomi serupa, akankah perang akhir di season delapan serial Game of Thrones akan berakhir ke pembentukan pemerintahan yang demokratis dan dapat menstimulasi pertumbuhan ekonomi Westeros? atau pemerintahan absolut yang hanya berganti rezim?

Kritik dan Saran: Himiespa.dp@gmail.com

Referensi

Gregory Clark and Patricia Levin (2001) -- "How Different Was the Industrial Revolution? The Revolution in Printing, 1350--1869." Working Paper, University of California, Davis.

Martin, George R. R. (2011, c1996) A game of thrones : book one of A song of ice and fire New York : Bantam Books,

New Maddison Project Database and World Bank. 2017. https://data.worldbank.org/indicator/NY.GDP.MKTP.PP.KD http://www.ggdc.net/maddison/oriindex.htm 

Max Roser, Hannah Ritchie and Esteban Ortiz-Ospina (2019) - "World Population Growth". Published online at OurWorldInData.org. Diakses dari : 'https://ourworldindata.org/world-population-growth' 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun