Mohon tunggu...
HIMIESPA FEB UGM
HIMIESPA FEB UGM Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Himpunan Mahasiswa Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada

Himpunan Mahasiswa Ilmu Ekonomi (HIMIESPA) merupakan organisasi formal mahasiswa ilmu ekonomi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada DI Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Money

Maksimisasi Legitimasi

23 November 2018   14:42 Diperbarui: 27 November 2018   09:45 738
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Oleh: Noah Ikkyu Swadhesi, Ilmu Ekonomi 2016, Wakil Kepala Departemen Kajian dan Penelitian Himiespa FEB UGM 2018

Satu hal yang tidak ada pada zaman Veblen adalah media sosial. Munculnya media sosial baru-baru ini menjadi 'pupuk' bagi perkembangan conspicuous consumption. Media sosial menjadi sebuah wadah baru bagi individu untuk bisa mengungkapkan, merepresentasikan, dan memberi impresi atas dirinya (Rui & Stefanone, 2013). Di media sosial, suatu individu memiliki kontrol lebih akan persepsi yang didapatkan orang terhadap dirinya dibandingkan dengan di dunia nyata (Kramer & Winter, 2008). Individu juga memiliki kesempatan lebih untuk menyeleksi bagian mana dari kehidupannya yang akan ditunjukkan kepada orang lain (Ellison, Heino, & Gibbs, 2006). Keberadaan media sosial memperlancar individu untuk mencapai tujuan dari conspicuous consumption, status sosial yang lebih tinggi.

Lantas?

Mengapa kita harus peduli terhadap konsumsi orang lain? Bukankah mereka mengonsumsi menggunakan uang yang didapatkan melalui kerja keras mereka sendiri? Apa urusan anda mengatur konsumsi orang lain? Dalam konteks ini ada satu konsep ekonomi yang dapat menjadi pembenaran untuk mengurusi konsumsi orang lain. Konsep tersebut bernama kesejahteraan.

Dalam penelitiannya, Frank (1985) menyatakan bahwa conspicuous consumption menyebabkan inefisiensi dalam bentuk penurunan permintaan individu pada barang yang lebih memiliki nilai intrinsik. 

Dengan menggunakan pendekatan quasilinear, Ireland (1994) menyatakan bahwa conspicuous consumption menyebabkan kemampuan individu untuk memenuhi kebutuhannya menurun karena pendapatannya sudah terlebih dulu digunakan untuk memenuhi tuntutan kelas sosial, terkecuali individu pada kelas sosial terbawah yang tidak akan melakukan conspicuous consumption sama sekali. Justru mereka yang berada pada kelas menengah dan bawah yang mengalami penurunan kesejahteraan paling besar. 

Hal ini dikarenakan nominal uang yang perlu mereka keluarkan untuk conspicuous consumption relatif kecil sehingga mereka semakin tertarik untuk melakukannya. Misalkan, individu yang miskin hanya perlu membeli motor bebek untuk mendapatkan status sosial yang lebih tinggi, sedangkan bagi individu yang menengah tidak cukup hanya dengan membeli motor bebek, ia harus membeli mobil untuk mendapatkan status sosial yang lebih tinggi. Pernyataan Ireland didukung oleh Charles, Hurst, dan Roussanov (2007) yang menemukan bahwa hampir 60% dari pengeluaran untuk conspicuous consumption dialihkan dari pengeluaran untuk pendidikan, kesehatan, sandang, dan pangan.

"It frequently happens that an element of the standard of living which set out with being primarily wasteful, ends with becoming, in the apprehension of the consumer, a necessary of life."

Thorstein B. Veblen, The Theory of the Leisure Class

Meski terlihat sepele, conspicuous consumption sesungguhnya memiliki dampak yang signifikan pada ekonomi. Conspicuous consumption menjadikan pola konsumsi bukan lagi trade-off atas barang yang utilitasnya lebih rendah dengan barang yang utilitasnya lebih tinggi, melainkan trade-off atas barang yang memberikan status sosial dengan barang yang memberikan utilitas yang lebih tinggi (Corneo dan Jeanne, 1997). 

Sayangnya, tidak jarang status sosial mengalahkan utilitas. Conspicuous consumption berdampak negatif bagi kesejahteraan masyarakat. Karenanya, ada baiknya kita berpikir sekali, dua kali, bahkan tiga kali, sebelum kita memutuskan untuk mengonsumsi sebuah barang. Apakah barang tersebut dibeli karena utilitasnya atau status sosial yang diberikannya?

Untuk kritik dan saran: himiespa.dp@gmail.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun