Misalkan terjadi peningkatan ekspor oleh masyarakat ke luar negeri. Hal tersebut mengartikan peningkatan variabel (X) dan dengan asumsi variabel lain tetap, neraca perdagangan akan meningkat dan menyebabkan pendapatan nasional meningkat. Ingat kembali teori preferensi likuiditas permintaan uang bahwa pendapatan berhubungan positif dengan permintaan[5], maka permintaan masyarakat akan uang meningkat. Hal tersebut akan berdampak pada peningkatan suku bunga domestik berujung pada terapresiasinya nilai mata uang domestik. Hal ini menjelaskan mengapa menjaga surplus-defisit suatu negara itu penting, mengingat ia juga akan berdampak terhadap nilai tukar.
Faktor Eksternal1) Peningkatan Suku Bunga Asing
Suku bunga asing juga dapat mempengaruhi permintaan akan aset (uang) yang nantinya mempengaruhi nilai tukar diantara dua negara tersebut. Hal ini disebabkan peningkatan suku bunga asing akan menyebabkan aset asing cenderung diminati daripada aset domestik. Jika kita melihat kembali teori interest parity, kita dapat melihat bahwa tingkat suku bunga domestik akan indifferent dengan suku bunga asing ditambah persentase perubahan nilai tukar. Ketika nilai tukar asing mengalami peningkatan--ceteris paribus, maka tingkat pengembalian aset asing akan lebih menarik ketimbang aset domestik. Hal tersebut tentunya akan menyebabkan masyarakat lebih tertarik memiliki aset asing. Sehingga, kondisi tersebut akan berdampak pada kenaikan nilai tukar domestik terhadap asing (depresiasi).
Inilah penjelasan mengapa setiap
The Fed hendak melakukan peningkatan suku bunga, hal tersebut akan diantisipasi oleh negara-negara sekitar. Jika pemerintah negara sekitar tidak sigap, hal tersebut akan menyebabkan terjadinya kondisi
capital outflowatau bahkan
capital flightyang tentu akan berdampak pada pelemahan nilai tukar.
2) Ekspektasi Masyarakat akan Nilai Tukar
Faktor yang terakhir adalah faktor ekspektasi. Faktor ini juga cukup mempengaruhi nilai tukar secara langsung. Ingat kembali teori interest parityyang memiliki variabel nilai tukar dimasa depan (Et+1), hal ini menjelaskan bagaimana pengaruh ekspektasi masyarakat dan spekulan dalam menentukan nilai tukar. Misalkan karena suatu berita, banyak tokoh ekonom yang meramalkan bahwa perekonomian Indonesia akan memburuk. Meskipun kondisi fundamental baik, masyarakat dan spekulan telah menangkap berita dan desas-desus akan pelemahan kondisi perekonomian. Dengan begitu masyarakat akan menganggap bahwa rupiah akan benar-benar melemah (ditandai dengan peningkatan ekspektasi nilai tukar (Et+1). Maka masyarakat akan berbondong-bondong untuk mengamankan aset mereka dalam bentuk aset asing yang tentunya akan kembali mempengaruhi nilai tukar menjadi lemah (depresiasi).
Inilah alasan mengapa disetiap ada permasalahan perekonomian, banyak ekonom yang tetap memprediksi dan memiliki optimisme akan peningkatan perekonomian. Seburuk apapun perekonomian, adalah hal yang bijak untuk tetap bersiteguh dan mempercayai kebangkitan akan perekonomian. Begitu pun sebaliknya, hal ini menjelaskan bagaimana seorang tokoh yang bahkan tidak mengerti tentang perekonomian dapat mempengaruhi perekonomian. Selama ia memiliki suara yang cukup berpengaruh bagi masyarakat dan spekulan, masyarakat akan mempercayai dan berkeyakinan bahwa seseorang tersebut memahami perekonomian dan dengan begitu mempercayai kata-kata seorang tokoh tersebut. Namun sebenarnya, perkataan tokoh tersebutlah yang mengamini terjadinya pelemahan perekonomian itu sendiri. Untuk itu, sentimen positif akan perekonomian itu hal yang diperlukan guna menjaga ekspektasi masyarakat terhadap perekonomian.
Gambar 11. Ilustrasi Gambar Ekspetasi
Refleksi Teori dan Dunia Nyata
Lihat Financial Selengkapnya