Mohon tunggu...
Himawijaya
Himawijaya Mohon Tunggu... Administrasi - Pegiat walungan.org

himawijaya adalah nama pena dari Deden Himawan, seorang praktisi IT yang menyukai kajian teknologi, filsafat dan sosial budaya, juga merupakan pegiat walungan.org

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menerka Makna Pembangunan

13 Januari 2019   21:48 Diperbarui: 13 Januari 2019   22:00 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

--Catatan Harian Walungan---

============================
.....
Kita mesti berhenti membeli rumus-rumus asing.
Diktat-diktat hanya boleh memberi metode,
tetapi kita sendri mesti merumuskan keadaan.
Kita mesti keluar ke jalan raya,
keluar ke desa-desa,
mencatat sendiri semua gejala,
dan menghayati persoalan yang nyata.

Inilah sajakku.
Pamplet masa darurat.
Apakah artinya kesenian,
bila terpisah dari derita lingkungan.
Apakah artinya berpikir,
bila terpisah dari masalah kehidupan.

.......
Sajak Sebatang Lisong
WS Rendra
========================

Hari Kamis awal tahun 2019, tepatnya 10 Januari, tim walungan.org setelah melakukan Rencana Kerja dan Evaluasi Tahunan sebagai institusi legal dengan bentuk Yayasan, maka mulai menjalankan rencana yang sudah dibuat. walungan.org secara entitas adalah sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang memiliki peran dan fungsi pendampingan dan pemberdayaan masyarakat dalam bidang pembangunan. 

Secara posisi, peranan walungan.org sebagai LSM adalah menjadi titik temu antara 3 entitas : masyakarakat sebagai agen dan sasaran pembangunan, kampus sebagai wadah riset dan pemerintah sebagai pemegang amanah pembangunan dan perumus kebijakan. 

Menyadari fungsinya sebagai jembatan ketiga hal itu, tentu saja walungan.org mencoba menjalin komunikasi dan relasi dengan berbagai kampus. Tercatat ITB, UNPAD, UI, Unjani, Politeknik ITB, Universitas Telkom yang mengadakan riset dan kajian bekerja sama dengan walungan.org dalam ragam bidang keilmuan.

Di hari itulah, kami mengundang 2 narasumber yang sudah melakukan riset dan kajian yang memiliki relasi kuat dengan apa yang kami kerjakan. Narasumber pertama adalah Rahmalia Rifandini, seorang mahasiswi Program Studi Sosiologi, dari FISIP UI, dengan judul skripsi Transformasi Pembangunan Desa Pasca Otoritarian Indonesia (Studi Pemberdayaan Petani Peternak Kampung Pasir Angling Desa Suntenjaya Kabupaten Bandung Barat). Narasumber kedua adalah Lili Sofitri, seorang mahasiswi Ilmu Administrasi Negara, kekhususan Kebijakan Publik, FISIP UI.

Menjelang pukul 10.00, para pegiat walungan.org sudah berdatangan. Selain acara resmi dengan narasumber, biasanya pada acara seperti ini, kami juga biasa melakukan koordinasi internal antar-lini. Sembari saling berbagi info terkini perihal kondisi lapangan, kami juga saling berbagi wawasan tentang beberapa hal.

Tepat pukul 10 lebih beberapa menit, acara dimulai. Bertindak selaku moderator dan memimpin acara diskusi adalah Kang Deden Himawan, dengan narasumber pertama Rahmalia Rifandini atau biasa dipanggil Lia.

Paparan dari Lia, secara landasan teori mencoba mengkritisi Pembangunan (Developmentalisme) yang berbias modernisasi, dalam artian menuntut kehidupan desa digeret ke arah standard perkotaan. Tentu cara pandang pembangunan dengan bias modernitas ini akan banyak menggerus sistem dan tata nilai yang sudah melekat dalam kehidupan desa. 

Tapi bagaimanapun, tolak ukur dan standard kehidupan layak dan manusiawi harus berlaku juga di pedesaan. Angka kematian ibu dan bayi, tingkat literasi angka harapan hidup dan indikator-indikator lainnya, bagaimanapun menjadi ciri kelayakan hidup, meski berstandard kota. 

Di sinilah maka ada cara pandang lain, yang disebut Pembangunan Kritis, yang mbak Lia ajukan sebagai paradigma yang lebih baik dalam meninjau konsep pembangunan. Berbasis metode kualitatif, Rahmalia mencoba membedah kehidupan masyarakat Pasir Angling dengan paradigma pembangunan kritis.

Narasumber kedua adalah Liliek Sofitri, dengan judul disertasi Kebijakan Pendanaan Perubahan Iklim di Indonesia. Paparan mbak Lili dilakukan setelah sesi istirahat, sekitar pukul 13.30. Dalam paparan ini mbak Lili membedah aliran pendanaan terkait penanganan Climate Change di berbagai lembaga dan departemen di Indonesia. 

Ada banyak sekali temuan menarik dari hasil disertasi beliau. Implikasi praktisnya bagi pegiat walungan.org adalah, kita menjadi lebih terbangun kesadaran kuat, bahwa perlu adanya banyak sekali LSM-LSM yang sifatnya menjembatani keibjakan makro di level pemerintah dengan lembaga riset dan apa yang terjadi di masyarakat di skala mikro.

Di sesi terakhir, akhir kami para pegiat walungan.org, untuk menyusun lebih detail di skala teori maupun praktis, bahkan harus turun ke level membuat sebuah kerangka dan format kerja pemodelan dan arah pembanguan setingkat desa. Kang Zamzam AJT, sebagai penasihat memberikan penekana kuat, bahwa model pembangunan desa harus berbasis DAS (Daerah Aliran Sungai). DAS dalam pengertian ilmiah, yang dimulai dari wilayah tangkapan (Catchment Area) seperti halnya wilayah Pasir Angling dan Kawasan Bandung Utara, sangatlah perlu di tata dengan baik.

Acara berakhir setelah ashar. Kami para pegiat walungan.org, pulang kembali dengan semangat, ide dan tantangan baru. Bersemangat membangun negeri, dimulai dari desa. Bismillah

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun