Mohon tunggu...
Himawijaya
Himawijaya Mohon Tunggu... Administrasi - Pegiat walungan.org

himawijaya adalah nama pena dari Deden Himawan, seorang praktisi IT yang menyukai kajian teknologi, filsafat dan sosial budaya, juga merupakan pegiat walungan.org

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Widya Laksana Caya

2 Januari 2019   12:18 Diperbarui: 2 Januari 2019   12:35 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

***

Tiga tahun terasa cepat. Tapi padat dan kuat secara kenangan dan pengalaman. Ingatan saya akan guru-guru yang baik dan mendukung. Saya mengingat semuanya. Pak Sugeng yang guru matematika, dengan lontaran-lontaran nasihatnya.

Bahkan, nasihat Pak Sugeng di lapangan upacara, "Seorang pemimpin haruslah punya tongkat di tangan kanan untuk mengarahkan, dan cermin di tangan kiri untuk berkaca", masih melekat kuat hingga kini.

Pak Dedih dan Pak Embas yang bermarkas di perpusatakaan dan mengijinkan saya mengakses buku-buku referensi yang aneh-aneh. Bu Dewi Sartika yang mengajarai saya keterampilan solder dan ilmu-ilmu eksak. Sampai debatnya dengan beliau tentang masalah UFO. Bu Imas Maskana, yang dengan antusias selalu melatih dan mengajak saya bicara bahasa Inggris. Semunya masih saya ingat.

Masa itu hampir usai. Tiga tahun terlewati. Setelah hasil pengumuman Ebtanas, di mana saya mendapat nilai tertinggi sekaligus juara umum, Bu Heni lagi-lagi menawari saya untuk melanjutkan ke sebuah STM swasta, dengan tanpa biaya. Semuanya akan dijamin dan gratis. Saya tinggal belajar dan diberikan uang saku.

Tapi minat saya terhadap ilmu-ilmu sains dan sastra, ketimbang keterampilan teknikan, lebih kuat. Tawaran itu saya tolak dengan halus, dan saya mengatakan kemungkinan akan melanjutkan ke SMA Negeri. Tapi guru-guru di sekolah ini terlalu baik. Mereka ingin memastikan saya melanjutkan sekolah. Lalu beberapa di antaranya berinisiatif mengumpulkan donasi, dan memastikan saya bisa membayar uang masuk ke SMA.

Detail kisah di masa 3 tahun ini cukup kuat di ingatan. Tulisan ini adalah untuk merawatnya, memunculkan kembali kebaikan guru-guru di SMP ini. Kawan-kawan yang beraneka latar belakang. Ingin saya membalas kebaikan guru-guru di sana.

Seorang guru, tetaplah seorang guru. Layak dihormati atas ilmu-ilmu yang diajarkannya. Dan salah satu cara berterima kasih, adalah menjadikan ilmu itu penerang kehidupan diri sendiri, juga orang lain. Penerang dalam bentuk amal shalih. Kebaikan buat semua. Widya Laksana Caya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun