Mohon tunggu...
Himawijaya
Himawijaya Mohon Tunggu... Administrasi - Pegiat walungan.org

himawijaya adalah nama pena dari Deden Himawan, seorang praktisi IT yang menyukai kajian teknologi, filsafat dan sosial budaya, juga merupakan pegiat walungan.org

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Widya Laksana Caya

2 Januari 2019   12:18 Diperbarui: 2 Januari 2019   12:35 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

***
Sebuah jamaah, pemerintahan, lembaga, organisasi dan bahkan sekolah, bagaimanapun peranan pimpinannya sangat menentukan. Jika kepala ikan busuk, busuk pula keseluruhan badan. Pepatah yang cukup pantas. Saat itu, SMPN 6 dipimpin seorang yang memiliki idealisme yang baik. Seorang pendidik bervisi, Bapak Endi Noor Ranawijaya.

Sekolah tidaklah berkutat dengan masalah kepintaran akan satu segi keilmuan semata. Dulu belum dikenal multiple intelligence. Tapi secara praktik dan visi, ajaran ini sudah dilakukan. Hampir empat SKS dalam seminggu, ada bidang studi keterampilan, di mana para murid dipersilahkan memilih sesuai minat dan bakatnya.

Ada bidang masak-memasak, menjahit dan urusan kerumahtanggan yang dirangkum dalam keterampilan PKK. Ada pelajarang akunting dan bernuansa kesektretarisan dan keuangan sederhana, dirangkum dalam keterampilan Jasa. Ada Elekto, Seni Rupa/Lukis, Seni Musik, Otomotif dan Pertukangan/Perkayuan dan Anyaman. Saya masih ingat, sebagian besar murid yang berpostur besar dan terbiasa bekerja, akan lebih memilih pertukangan/anyaman dan otomotif. Agak mengerikan sih, di tas yang dibawa menonjol kunci inggris dan alat otomotif, dan ada juga yang membawa tatah, gergaji, palu dan golok.

Mata pelajaran keterampilan ini dirasa cukup tepat menyalurkan bakat dan minat. Pak Endi , sebagai kepala sekolah yang dikenal galak dan disipilin, langsung mengarahkan murid-murid untuk melakoni kegiatan ekstra kurikuler. Pramuka, OSIS, PMR, PKS, basket dan volley. Beberapa anak yang gemar adu fisik---istilah keren dari tukang berantem---dikumpulkan oleh Pak Endi dan langsung diajari beladiri : karate. Pak Endi adalah mantan pejuang yang memegang sabuk hitam karate. Dan lewat karate, kelebihan energi beberapa anak disalurkan secara positif. Pada masa Pak Endi juga dibuat papan seni, tempat di mana karya-karya seni (lukis, vignet, puisi, cerpen) ditempatkan. Dua minggu sekali, karya seni diperbaharui.

Sesekali Pak Endi akan masuk ke kelas-kelas, mengecek, memicu dan memacu para murid. Beberapa dipicu untuk tampil deklamasi, kadang ditest mata pelajaran.

Sebagian lagi obrolan yang menanamkan pentingnya integritas dan kejujuran. Dan pasti, para murid di masa ini akan hapal, pak Endi dan patroli kebersihannya.

Barang siapa kedapatan membuang sampah, akan didenda. Dendanya bermula 100 rupiah. Lalu naik menjadi 1000 rupiah. Lalu naik jadi 7000 rupiah. Sebuah angka yang terbilang besar. Tegas, dispiplin, aneka esktra kurikuler dibuat, pelajaran keterampilan diintensifkan. Itulah visinya.

Masa sekolah tiga tahun, 1988 s/d 1991, aneka prestasi sekolah terukir. Di masa ini, juara basket dan volley antar sekolah. Lomba cerdas cermat sampai penyelenggaraan catur.

Di masa ini pula, salah seorang murid, Dicky Zulkarnaen, si jago gitar menjadi tokoh utama pembuatan film, "Nyanyian Tanah Air" untuk acara film akhir pekan di TVRI, dengan lokasi suting di sekolah. Saya sendiri, secara pribadi mendapatkan 18 piagam dan juara. Satu di tingkat propinsi dan 3 untuk tingkat kabupaten. Prestasi sekolah ini juga merambah ke kegiatan-kegiatan lainnya. Salah satunya pramuka; keikutsertaan jambore dan sekian prestasi berhasil diraih.

Karena belum memiliki logo, di pertengahan tahun 1989, seoarang guru Bahasa Sunda, sekaligus pembina pramuka, Bapak Tatang Saputra, ditugaskan merancang logo untuk sekolah. Dibantu Pak Dedih sebagai guru Seni, seperti menggabunkan dua tipe orang : Pak Tatang yang filosofis dan Pak Dedih yang piawai menuangkannya dalam bentuk desain. Jadilah sebuah logo yang kuat. Motto dari logo sekolah adalah Widya Laksana Caya. Sebuah terjemahan leterlek dari sabda Baginda Rasul SAW, "Al-Ilmu Nurun". Ilmu adalah cahaya. Ia adalah penyingkir kegelapan, penyibak tabir kebodohan.

Saat itu, saya dan beberapa kawan yang duduk di kepengurusan OSIS, mendapatkan penerangan langsung dari Pak Tatang Saputra perihal makna dan simbolisme logo tersebut. Tentunya, sebuah kalimat visioner yang diteguhkan dalam bentuk logo, akan menegaskan ke arah mana tujuan pendidikan yang hendak diselenggarakan pihak sekolah. Widya Laksana Caya adalah landasan yang mendasari pendidikan. Bahwa tujuan pendidikan adalah pembekalan ilmu pengetahuan sekaligus keterampilan yang berguna sebagai penerang kehidupan. Sekolah bukanlah investasi material.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun