Senjata apakah itu? Di sinlah tafsiran personal memegang peranan penting. Bagi saya, senjata yang ada dalam diri setiap manusia adalah hati nurani, atau dinamakan Qalbu (dalam bahasa Agama). Sebuah entitas di mana manusia melihat yang spiritual, memandang dan berkomunikasi dengan Gusti Allah, sekaligus entitas dimana Gusti Allah hanya melihat hal ini, kebersihan dan kebeningan qalbu, tidak yang lainnya. Sebuah entitas di mana pancaran Rahmaniyyah mengalir deras: yang berdampak manusia akan menjunjung tinggi kemanusiaan dan sumber utama perilaku kebajikan.
Setelah paham ini, dan pesan terakhir lewat simbol-simbol heptapods, sang Alien, bahwa kedua belas pesawat harus dianggap satu kesatuan bahasa dan simbol, Louise Banks lantas melakukan beberapa tindakan kritikal, berdasarkan penglihatan hatinya dan suara nuraninya.
Singkat kata, Jendral Shang, lewat kalimat-kalimat yang dilhat hati sang Linguist, berhasil disadarkan, dan membatalkan solusi kontak senjata dengan pesawat Alien. Ini diikuti juga dengan negara-negara lainnya. Semuanya menjadi satu kembali dalam sebuah solusi : ilmu pengetahuan untuk kemanusiaan.
Hannah. Sang anak dari pasangan Louise Banks dan Ian Donnelly—seorang fisikawan, rekan sejawat dalam projek komunkasi Alien ini— hadir dalam hampir keseluruhan penglihatan akan masa depan Louise Banks. Banks akhirnya mengetahui alpha-omega kehidupan sang anak dan sekaligus dirinya sendiri. Garis takdirnya tampak jelas, ia menikah dengan Ian, yang saat itu menjadi rekan sejawatnya, memiliki anak yang kelak akan menderita kanker yang tak bisa sembuh, hingga kematian sang anak. Ia juga akan mengalami perceraian dengan Ian.
Dengan pengetahuan alpha-omega akan anak dan dirinya, apakah Banks membatalkan untuk tidak mencintai Ian? Apakah ia berupaya kuat untuk mengubah takdirnya?
Tidak, Bank memutuskan untuk menjalani setiap lakon, dengan sepenuh-penuh kesadaran. Dengan sepenuh-penuh cinta dan perasaan.
Begitulah inti dari film ini. Cukup menggetarkan. Di sinilah pesannya demikian kuat. Untuk memahami jalan cerita tentang diri, gunakanlah senjata yang sudah ada di dirimu, gunakanlah hatimu, pahamilah takdirmu, awal-akhir kehidupanmu. Bahwa takdir kita semua, garis hidup setiap manusia adalah masing-masing ibarat untaian benang-benang aneka warna, jalin menjalin dan membentuk jubah kebesaran dan keagunggan-Nya. Sosok Agung dan Indah Gusti Allah. Itulah takdir kita semua. Dan kita hanya tinggal menjalaninya dengan sepenuh-penuh kesadaran, sepenuh-penuh keberserahan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H