Mohon tunggu...
Himawan Wicaksono
Himawan Wicaksono Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa ilmu komunikasi UIN sunan kalijaga 23107030095

selamat menikmati apa yang ada di pikiran saya

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Budaya Merokok di Tinjau dari Sudut Pandang Positif & Negatif

1 Juni 2024   15:36 Diperbarui: 1 Juni 2024   15:44 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber Pribadi Himawan

Merokok telah mengakar budaya di indonesia sejak dahulu. perusahaan perusahaan rokok besar di indonesia sekarang ini seperti PT HM Sampoerna Tbk, PT Djarum, PT Gudang Garam Tbk, telah mendominasi pasar rokok di indonesia dengan produk-produk rokok nya yang banyak di gemari oleh masyarakat indonesia seperti Sampoerna Mild, Gudang garam surya dan Djarum super serta masih banyak produk produk rokok lainya. 

Menurut data SKI 2023 ( Survei Kesehatan Indonesia) menunjukan bahwa jumah perokok aktif yang ada di indonesia mencapai 70 juta orang. Menurut Badan Pusat Statistik rentan usia 15-19 tahun memiliki presentasi sebesar 9,62% dengan presentase terbanyak adalah usia 35-39 yakni 35,21%.

Perilaku merokok biasanya turun temurun dari orang tua nya atau orang terdekat dari si individu tersebut, dengan contoh A memiliki seorang kakak dan ayah yang merokok dan A adalah perokok aktif mulai dari tahun 2020 saat usianya menginjak 19 tahun. Mungkin saja bisa terjadi hal tersebut karena si individu A mencontoh perilaku dari kakak nya dan ayah nya. 

Kegiatan merokok biasanya terjadi pada kelompok-kelompok pertemuan seperti rapat non formal di tempat manapun itu asalkan tidak ada larangan bebas asap rokok, biasanya juga terjadi pada individu yang sedang sendirian dan fokus terhadap pekerjaan sambil merokok, ada juga yang merokok untuk sekedar bersantai sambil membaca buku.

Merokok ini menimbulkan pro dan kontra di kalangan masyarakat indonesia, contohnya adalah statement statement tentang merokok itu adalah hal positif dan juga sanggahan-sanggahan yang ada mengenai rokok contohnya adalah dari dunia medis yang banyak memnggembor-gemborkan tentang dampak negatif dari rokok. 

Contoh statement-statement rokok dapat memberikan dampak positif adalah merokok dapat memberikan kenikmatan, meningkatkan suasana hati, mengurangi stress, menambah energi, meningkatkan konsentrasi. Contoh statement-statement negatif tentang rokok adalah permasalahan-permasalahan pada dunia kesehatan medis.

merokok yang sudah mengakar budaya memiliki beberapa perbedaan-perbedaan di berbagai wilayah yang ada di indonesia. Pada daerah provinsi DI Yogyakarta misalnya kalangan usia yang sudah dianggap pantas untuk merokok adalah usia 19 tahun keatas, sedangkan pada daerah-daerah lain seperti di daerah pegunungan menurut teman saya yang bernama wahyu 29th pada saat mengobrol dengan saya mengatakan " kalau di daerah pegunungan itu sudah menjadi hal yang wajar anak-anak usia sd sudah diperbolehkan untuk merokok , untuk alasa tepatnya sih ak kurang tau tapi kebanyakan begitu, pengalaman itu aku peroleh pada saat liburan ke daerah pegunungan di jawa tengah".

Mari kita kupas lebih dalam terkait budaya merokok terebut hal yang bertolak belakang adalah pada era sekarang ini banyak anak-anak pelajar yang merokok, mulai dari anak SMA,SMP bahkan anak usia SD saja sudah ada yang merokok. Hal tersebut bertolak belakang dengan aturan-aturan yang ada di sekolah terkait larangan merokok, namun diluar sekolah aturan tersebut sudah tidak berlaku, apakah perlu diberlakukan regulasi peraturan dari pemerintah terkait larangan merokok? 

Dan sebenarnya apa tujuan dari pemerintah terkait rokok ini ? jikalau jelas jelas dilarang mengapa masih saja ada iklan-ilan rokok yang muncul di negara ini apakah hanya karena keuntungan terkait ilklan rokok dan pendapatan dari cukai rokok dapat menguntungkan negara ini ?. 

kurang tegasnya prinsip dari pemerntah terkait aturan ini karena bertolak belakag dan tidak sebanding dengan iklan layanan masyarakat terkait larangan merokok melalui media massa yang ada di negara ini. Atau memang dibuat seperti itu sistem nya? Yang merokok biarlah merokok dan yang tidak ingin merokok ya tidak merokok.

Terlepas dari hal itu pada intinya kembali lagi pada diri kita sendiri, kita sendiri yang memutuskan, apakah kita ingin merokok atau tidak, karena memang tidak ada aturan jelas yang mengikat, terlebih semua hal tersebut ada dampak positif dan negatif nya. Budaya merokok ini memang sudah lazim berada di indonesia tergantung bagaimana kita menyikapi hal tersebut, menurut saya merokok bukanlah menjadi masalah karena contoh tokoh-tokoh pentingbangsa ini duduk melingkar sambil merokok untuk memikirkan kemajuan bangsa hal tersebut nyatanya tidak berpengaruh kepada kecerdasan mereka dalam berfikir, namun alangkah lebih bainya jika kamu tidak merokok dan dapat dengan lancar melakukan aktivitasmu tanpa asap rokok jangan coba yang namanya rokok, karena pada intinya sama perokok butuh ketenangan, dan jika kamu tanpa asap rokok merasa enjoy ya sudah jangan merokok. Karena sudut pandang mengenai Merokok merupakan sebuah pandangan subjektivitas pribadi masing-masing.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun