Mohon tunggu...
Himawan Rizqi
Himawan Rizqi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Kedokteran Universitas Airlangga

Mahasiswa baru Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga yang memiliki ketertarikan di bidang kesehatan, sosial, dan segala hal yang berbau sastra terutama puisi.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Media Sosial dan Kesehatan Mental

4 Oktober 2024   08:20 Diperbarui: 4 Oktober 2024   12:58 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Kemajuan teknologi telah memungkinkan penggunanya untuk saling berinteraksi dengan membagikan konten-konten yang berbentuk tulisan, foto, dan video dalam aktivitas sosial bagi penggunanya. Media sosial atau sering disebut medsos merupakan perkembangan teknologi informasi yang membawa banyak perubahan dalam masyarakat. Medsos dapat mengubah perilaku masyarakat dan menggeser nilai budaya, etika dan norma. 

Pada satu sisi, media sosial dapat berfungsi baik sebagai sarana untuk memperoleh dan menyampaikan informasi kepada publik. Media sosial memudahkan kita untuk berinteraksi dengan banyak orang dari seluruh belahan dunia, memangkas jarak dan waktu, sarana ekspresi diri dan kecepatan serta biaya yang lebih murah.

Pada sisi yang lain, media sosial dapat membuat kecanduan atau bersifat adiktif, menimbulkan konflik, hoax, dan beresiko terdampak pengaruh buruk orang lain yang menyimpang dari norma yang ada. Berbagai contoh media sosial antara lain Facebook, Myspace, Twitter, Whatsapp, Telegram, Instagram, Tiktok, youtube dan lain sebagainya. 

Beberapa ciri media sosial antara lain bersifat sederhana, mudah digunakan, komunikasi dua arah, menjangkau lebih banyak pengguna sehingga lebih mudah terukur. Data dari Kementerian Kominfo selama 5 tahun terakhir, pengguna internet di Indonesia sebanyak 132 juta pengguna aktif internet atau 52% dari jumlah penduduk. Dari angka tersebut ada 129 juta yang memiliki akun media sosial aktif dan rata-rata menghabiskan waktu 3,5 jam perhari untuk berinternet.

Fakta Penggunaan Media Sosial

Media sosial mendorong para pemilik akun menyajikan dan sering "mengumbar" kehidupan pribadi serta pemikirannya melalui konten-konten di media sosial. Seringkali pemilik akun tidak memikirkan dampak konten yang disajikan. Mereka semata-mata mengejar agar tetap eksis dan mencari validasi yaitu menunggu likes, komentar, smile, follow, dan lain-lain.  Daya tarik yang hebat dapat membuat pemilik akun dan pengikut kecanduan atau adiktif sehingga dimanapun tempatnya tidak ingin ketinggalan update.

Kecanduan media sosial yang berlebihan dapat memunculkan gangguan fisik dan mental (jiwa).  Gangguan fisik yang sering terjadi antara lain leher kaku (text neck).  Selain itu dapat menyebabkan obesitas karena kurang gerak dan aktivitas dan terlalu sering rebahan sambil makan. Sindrom carpal tunnel atau jari tangan dan telapak tangan yang kaku dan nyeri karena terlalu lama memegang gadget serta gangguan penglihatan pada kesehatan mata karena radiasi dari gadget. 

Dampak paling serius penggunaan media sosial yang berlebihan dan tidak terkendali adalah gangguan kesehatan mental atau kesehatan jiwa.  Di Indonesia memang belum terdapat penelitian yang fokus mengenai hal ini, namun di Singapura ditemukan bahwa satu dari tiga gen Z mengalami stress dan depresi karena media sosial. Pada kalangan remaja  temuan Institute Mental Health di Singapura yang dilansir oleh detikhealth menemukan bahwa remaja yang setiap hari menghabiskan lebih dari 3 jam bermain media sosial lebih mungkin mengalami gejala depresi, kecemasan hingga stress. Hal ini berkaitan dengan perundungan atau bullying di media sosial yaitu tentang berat badan atau bentuk tubuh.  

Gejala kesehatan mental yang parah sampai sangat parah adalah masalah kesehatan paling umum di kalangan anak muda di Singapura. Gejala kecemasan lainnya meliputi perasaan khawatir, tegang, gelisah, sedih, dan hampa sepanjang waktu karena membandingkan pencapaian dirinya dengan orang lain. Tingkat stress yang parah sampai sangat parah  dialami oleh 12.9% remaja di Singapura. Gejala yang dialami adalah kesal, tidak relax dan mudah tersinggung.

Para peneliti di Singapura tersebut meyakini bahwa para remaja terus membandingkan dirinya dengan orang lain sehingga meningkatkan kecemasan. Dunia media sosial juga memunculkan perundungan dan pelecehan yang dapat berlangsung tanpa henti dan berdampak luas. Sebagai kesimpulan dari penelitian ini bahwa penggunaan media sosial yang berlebihan memicu masalah kesehatan masyarakat dan berdampak besar pada kesehatan mental pada anak muda. Hal ini harus mendapat perhatian bagi orang tua dan pendidik agar dapat mengenali tanda-tanda sejak dini.

Berbagai kasus di Indonesia sering terjadi karena perundungan dan penculikan remaja sehingga terjadi pemerkosaan dan hal-hal lain yang tidak diinginkan.  Perkenalan di media sosial yang berujung pada pertemuan sering berlanjut dengan penculikan dan penipuan. Hal-hal tersebut dapat memberikan trauma yang parah terhadap korban sehingga berdampak pada kesehatan mentalnya.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun