Mohon tunggu...
Yudhie D'marxis
Yudhie D'marxis Mohon Tunggu... -

di negeri para bedebah

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kenaikan SPP Bagai Neraka Dalam Surga

29 Juli 2012   13:18 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:28 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

KenaikanSPP Bagai Neraka Dalam Surga

Sudah beberapa hari yang lalu ujian SNMPTN berakhir, para calon mahasiswa baru berbondong-berbondong berebut bangku kuliah demi mewujudkan cita-citanya masing-masing, entah karena dorongan orang tua, teman, faktor gengsi, atau sebuah tuntutan yang harus di ambilnya, tapi yang jelas mereka adalah generasi penerus bangsa, tunas-tunas muda dengan kobaran semangat juang untuk tumbuh menjadi kaum yang cerdas,intelek serta menggapai strata yang lebih tinggi sebagai manusia, inilah bentuk eksistensi setiap indivdu yang konkrit untuk mengambil jalan itu. Tak bisa di pungkiri cita-cita bangsa ini yang katanya ialah "Mencerdaskan Kehidupan Bangsa", sebuah tolak ukur yang harus di jalankan oleh negara, tentunya institusi pendidikan sebagai ujung tombak untuk mewujudkan cita-cita bangsa yang mulia itu dapat berkontribusi dengan harapan melahirkan para intelek-intelek muda, lebih jauh sebuah alat motivator serta penggerak arah fondasi negeri ini yang pernah di bawah ambang kehancuran namun bangkit karena sebuah harga pendidikan yang dibeli dengan perjuangan darah rakyat Indonesia, terlepas dari historis akan pentingnya pendidikan tak banyak anak-anak bangsa berusaha masuk ke gerbang pendidikan, Universitas Tadulako sebagai tempat mendulang ilmu bagi kebanyakan anak-anak sulawesi tengah maupun luar daerah,jalur yang dilewati pun begitu sulit dan barang tentu sudah jalan yang harus ditempuh meski tak tahu mereka akan lulus dengan murni ataukah berbagai macam cara yang mereka tempuh demi mendapatkan kursi yang layak, dismping itu kegelisahan mereka makin menjadi di kala biaya yang ditawarkan dengan bangunan mewah, kaca-kaca instalasi sebagai pengakuan kemajuan pembangunan, maka keputusan SPP akan naik menjadi sebuah alasan yang konkrit, sementara RUU PT yang dicanangkan di dobrak dengan berbagai macam penolakan dari kaum cendekia-cendekia institusi pendidikan, aktivis-aktivis kampus mulai turun ke jalan dengan membawa bendera idealisme mereka agar dibatalkannya RUU PT yang beberapa konspenya ialah meliberalisasikan perguruan tinggi Negeri.

Substansi pendidikan hari ini telah terabaikan oleh kebijakan yang harus diputuskan dengan naiknya SPP Tunggal 3x lipat oleh Tuan Profesor yang tak sebanding dengan pendapatan per-kapita rakyat Sulteng, belum lama pada tahun kemarin sudah dinaikan hampir 2x lipat, lalu tahun beriktnya ?, ada indikasi tahun berikutnya akan naik lagi. Jika alasan yang diambil ingin melunasi hutang, atau untuk meringankan biaya masuknya pendaftran, itu sama saja membikin kita semakin menjerit , ini sangat jelas bahwa institusi Tadulako yang berstatus Negeri telah menswastanisasikan pendidikan padahal UU PT masih sebatas RRU tapi telah dipraktikan, perlu diketahui bahwa setiap Institusi pendidkan Negeri ditegaskan dalam pasal 31 Ayat (2), yang menyatakan "Setiap warga Negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya". Kemudian ditegaskan lagi pada : Ayat (4), bahwa "Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional".Lalu di mana subsidi 20% yang diberikan oleh Negara untuk Universitas kita Tadulako?

Kawan-kawan senasib sepenanggungan, mari kepalkan tangan kita untuk perlawanan, lembaga-lembaga superior dan kritis satukanlah kekuatan kita, mari berkonsolidasi demi kepentingan kita bersama serta adik-adik kita, ingatlah orang-orang tua kita di kampung yang sedang mengais padi di sawah, merontokan hasil kebun demi kita, menggadaikan sesuatu yang berharga demi kita, lalu apa jadinya jika harga pendidikan dapat membunuh rakyat dengan perlahan, apakah kita hanya diam terduduk menunggu absensi 75%, mengerjakan tugas dari pak dosen kita yang kadang tak berkualitas itu, tertawa sambil menghisap kejenuhan di kawasan bebas rokok ataukah melingkar di dalam kantin dengan minuman dingin dan segar di balik kesengsaraan yang akan datang di Tadulako yang tercinta ini????. Sudah saatnya kita bangkit roa-roaku tinggalkan segala sesuatu yang membikin kita terasing dalam tembok birokrasi otoriter ini.

Ayooo semuanya bangkit.......!!!!!!!! sudah saatnya teriakan kalian bergemuruh dalam satu barisan, teriakan kalian adalah bentuk kebenaran dan keadilan demi membebaskan kita dalam keterasingan ini.Hidup Mahasiswa...!! Hidup Rakyat....!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun