Penulis masih percaya bahwa penegak hukum di Indonesia masih sulit untuk dipercayai karena terlalu banyak kasus politik yang menggoyangkan kedudukannya. Masyarakat Surabaya tentunya tidak ingin melihat Tri Rismaharani terjerat kasus yang menyeretnya menjadi tersangka, yaitu dikarenakan track record yang baik dilakukan hanya untuk kepentingan warga Surabaya. Kesuksesan pemimpin tergantung pada situasi, Barber (1980) merupakan aplikasi dari ketepatan pemimpin-situasi dalam konteks politik. Hal tersebut nampaknya sesuai dengan kondisi Tri Rismaharani sebagai walikota yang dieluh-eluhkan masyarakat Surabaya dengan kemampuannya terkait kekuatan konflik, kesadaran dan kebutuhan untuk konsiliasi.
Namun diluar itu sebaiknya pihak-pihak penegak hukum sebelum melakukan penetapan kasus perlu adanya bukti yang valid terlebih dahulu, karena dampak kekeliruan akan sangat merugikan meskipun sudah adanya pembenaran. Karena Masyarakat Indonesia memiliki cara yang berbeda dalam memproses informasi antara mereka yang tertarik dan tidak tertarik pada politik. Tri Rismaharani sempat berpendapat bahwa terjadinya calon tunggal di Kota Surabaya akibat tidak adanya politik uang. Tidak semerta-merta politik uang hanya terjadi dalam dukungan partai, dibalik itu seperti saling menjatuhkan dengan laporan-laporan miring di media massa itu suatu pengaruh politik. Dimana dengan memberi uang terhadap penegak hukum yang lebih berdampak dalam jangka panjang terkait runtuhnya citra elit politik.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H