Namun, perlu diingat bahwa peran media sosial dalam membentuk opini publik juga memiliki sisi yang perlu diperhatikan. Media sosial bisa menjadi ajang penyebaran berita palsu (hoaks) dan informasi yang tidak diverifikasi dengan baik.Â
Kekhawatiran tentang polarisasi opini juga muncul, di mana orang-orang cenderung terjebak dalam "filter bubble" yang hanya mengkonsumsi konten yang sejalan dengan pandangan mereka sendiri.
Maka dari itu, sebagai pengguna media sosial, kita memiliki tanggung jawab untuk menjadi konsumen informasi yang cerdas dan kritis.Â
Kita perlu mengembangkan kemampuan memilah dan memfilter informasi yang masuk ke dalam feed kita. Bersikap skeptis terhadap informasi yang tidak memiliki sumber yang jelas dan melakukan cross-checking adalah langkah-langkah penting dalam menghadapi tantangan informasi di era digital ini.
Demikianlah pembahasan singkat mengenai peran media sosial dalam membentuk opini publik.Â
Mari kita jadikan media sosial sebagai alat yang positif untuk berbagi dan bertukar pendapat, namun juga tetap bijak dalam menyikapi informasi yang kita terima.Â
Teruslah berpartisipasi aktif dalam mendiskusikan isu-isu yang penting, dan bersama-sama kita bentuk opini publik yang inklusif dan beragam.
Bagaimana pendapat Anda tentang peran media sosial dalam membentuk opini publik? Apakah Anda pernah mengalami dampak dari diskusi atau konten yang viral di media sosial? Mari berbagi pengalaman dan pandangan Anda di kolom komentar di bawah ini!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H