Saat ini,pandemi Covid-19 di Indonesia belum berakhir. Pandemi ini sudah berlangsung sekitar 2
tahun yang lalu. Menjadikan aktifitas masyarakat harus dibatasi dan berada dipilihan harus
menggunakan sistem daring .Â
Kondisi tersebut tidaklah mudah bagi banyak sektor di Indonesia,
salah satunya pada sektor pendidikan. Dalam sektor pendidikan ini, pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar dilakukan secara jarak jauh.
Kebijakan-kebijakan yang ditetapkan pemerintah seperti pembatasan aktifitas di luar rumah,
kampanye 3M (memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak), dan melakukan vaksinasi
dalam rangka pencegahan Covid-19. Pemerintah juga telah mengeluarkan pedoman mengenai
pembelajaran di masa pandemi saat ini di beberapa daerah.Â
Namun, tidak sedikit juga yang
memilih untuk melakukan pembelajaran secara daring sebagai pencegahan dari penyebaran
virus Covid-19.Â
Selain itu, pembelajaran secara daring memiliki dampak positif yaitu
bertambahnya wawasan dan kemampuan dalam menggunakan aplikasi-aplikasi yang dibutuhkan
dalam proses pembelajaran. Akan tetapi dalam pelaksanaannya, banyak kekhawatiran yang
terjadi dalam pembelajaran daring ini.
Hasil survei yang diselenggarakan UNICEF pada tahun 2020 lalu, terkait pembelajaran jarak
jauh (PJJ) sebanyak 66 persen dari 60 juta siswa dari berbagai jenjang pendidikan di 34 propinsi
mengaku tidak nyaman belajar di rumah selama pandemi Covid-19 yang dirilis kompas.com
Dari survei tersebut terdapat 3 alasan yang menyebabkan ketidaknyaman belajar di rumah.
Pertama, selama belajar di rumah, 38 persen siswa yang menjadi responden mengatakan
kekurangan bimbingan dari guru menjadi kendala utama.
Kedua ,35 persen siswa yang menjadi responden menyebutkan akses internet yang buruk. Jika
pembelajaran jarak jauh berlanjut,
Ketiga ,lebih dari setengah atau 62 persen siswa yang menjadi responden mengakui
membutuhkan kuota internet.
Data tersebut menunjukan kelangsungan belajar mengajar yang tidak dilakukan di sekolah
berpotensi menimbulkan dampak negatif yang terus menerus. Pada akhirnya, tidak tercapainya
tujuan pendidikan dan fungsi sekolah untuk menciptakan proses pembelajaran dan suasana
belajar yang berjalan sesuai tujuan dan fungsi pendidikan.
Pada masa pandemi ini, orang tua atau keluarga justru berperan menjadi guru sekolah di rumah.
Nyatanya,mereka mendapati kesulitan dalam memahami pelajaran dan memotivasi anak saat
mendampingi belajar di rumah.
Disisi lain,dalam pencapaian kurikulum. Guru juga mengalami kesulitan dalam mengelola
pelaksanaan pembelajaran daring dan lebih dominan berfokus pada penyelesaian kurikulum,
guru tidak dapat memenuhi beban jam mengajar dikarenakan waktu pembelajaran berkurang.
Fungsi sekolah di masa pandemi Covid-19 dan fungsi sekolah dalam sudut pandang Ivan Illich,
dapat menjadi sebuah cerminan atau gambaran mengenai sekolah sebagai lembaga. Sekolah yang
seharusnya merupakan tempat yang mudah diakses dan dinikmati semua orang, mudah diperoleh
sumber pengetahunnya, dan memungkinkan kemudahan untuk semua orang yang ingin
memberikan pengetahuan mereka kepada orang lain atau tidak terikat pada sebuah profesi dan
tentunya dapat menerima masukan secara terbuka tidak menolak dan tidak membeda bedakan
masukan yang ada.
Dengan mempertimbangkan dari adanya hal-hal yang menjadi kendala ketika pembelajaran jarak
jauh atau daring dilakukan, maka menurut saya tetap dilaksanakannya pembelajaran secara tatap
muka walaupun tidak full selama satu minggu seperti sebelum saat terjadi pandemi.Â
Namun,
pelaksanaan pembelajaran secara tatap muka tentunya dengan protokol kesehatan yang ketat.
Dan pastinya kita berharap agar pandemi Covid-19 ini segera berakhir dan segala aktivitas
diberbagai sektor dapat berlangsung normal kembali.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H