Mohon tunggu...
Hilya Shofa Agnia
Hilya Shofa Agnia Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

nonton&membaca

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

teori psikososial erik erikson

18 Januari 2025   05:44 Diperbarui: 18 Januari 2025   05:44 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Teori Psikososial Erik Erikson

Erik Erikson mengembangkan teori perkembangan psikososial, yang menjelaskan bagaimana individu berkembang secara sosial dan emosional sepanjang hidup mereka. Teori ini terdiri dari delapan tahap, di mana setiap tahap melibatkan konflik atau krisis yang harus diselesaikan agar individu dapat berkembang dengan sehat.

8 Tahap Perkembangan Psikososial Erikson

1. Kepercayaan vs. Ketidakpercayaan (0--1 tahun)

Bayi belajar mempercayai dunia jika kebutuhan dasarnya terpenuhi oleh orang tua atau pengasuh.

Jika tidak terpenuhi, bayi bisa mengembangkan rasa ketidakpercayaan terhadap dunia.

2. Otonomi vs. Rasa Malu dan Ragu (1--3 tahun)

Anak mulai belajar mandiri (misalnya, memilih pakaian atau makan sendiri).

Jika terlalu dikendalikan atau sering dipermalukan, anak bisa merasa ragu akan kemampuannya sendiri.

3. Inisiatif vs. Rasa Bersalah (3--6 tahun)

Anak mulai menunjukkan inisiatif dalam bermain dan mengeksplorasi lingkungan.

Jika terlalu dikritik atau dilarang, anak bisa merasa bersalah dan ragu untuk mencoba hal baru.

4. Produktivitas vs. Inferioritas (6--12 tahun)

Anak mulai belajar keterampilan dan bekerja keras di sekolah.

Jika merasa gagal atau kurang dihargai, anak bisa merasa rendah diri atau tidak mampu.

5. Identitas vs. Kekacauan Identitas (12--18 tahun)

Remaja mencari jati diri dan mencoba berbagai peran sosial.

jika gagal menemukan identitasnya, bisa mengalami kebingungan atau krisis identitas.

6. Intimasi vs. Isolasi (18--40 tahun)

Orang dewasa muda membangun hubungan yang erat dan bermakna dengan orang lain.

jika gagal, mereka bisa mengalami kesepian atau isolasi sosial.

7. Generativitas vs. Stagnasi (40--65 tahun)

Orang dewasa menengah ingin memberikan kontribusi kepada masyarakat, misalnya melalui pekerjaan atau keluarga.

Jika merasa tidak produktif, mereka bisa merasa stagnan atau tidak berarti.

8. Integritas vs. Keputusasaan (65 tahun ke atas)

Lansia merefleksikan hidupnya; jika puas, mereka merasa damai.

Jika menyesal dengan hidupnya, mereka bisa mengalami keputusasaan.

Kesimpulan

Erikson percaya bahwa setiap tahap perkembangan membawa tantangan yang harus diatasi.

Jika seseorang berhasil menyelesaikan konflik di tiap tahap, ia akan berkembang dengan sehat.

Teori ini menekankan bahwa perkembangan sosial dan emosional berlangsung seumur hidup, bukan hanya di masa kanak-kanak.

Teori Erikson sering digunakan dalam pendidikan, psikologi, dan konseling untuk memahami bagaimana individu berkembang secara psikososial.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun