Mohon tunggu...
Hilya Rain
Hilya Rain Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi

Membaca, makan, rebahan

Selanjutnya

Tutup

Book

Bab 1 Le Petit Prince & Karir Cemerlang Penulis Cilik

17 Juli 2022   16:32 Diperbarui: 17 Juli 2022   16:41 357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

BANGSRI, — Ini pemikiran yang mendadak muncul di kepalaku setelah membaca lagi bab 1 dari buku Le Petit Prince.

Apa sih yang istimewa dari bab 1 itu?

Pertama, di bab satu menceritakan masa kecil seorang pilot yang membaca sebuah buku tentang rimba raya dengan judul, "Kisah-Kisah Nyata". Di buku itu digambarkan kalau ular sanca menelan mangsanya bulat-bulat. Jadi, dengan isi kepala anak kecil yang luar biasa, dia menggambar ular sanca yang menelan seekor gajah bulat-bulat. Selanjutnya, anak kecil yang kemudian hari jadi pilot itu membawa karyanya ke orang dewasa. Dia bertanya, "Apa kalian tidak takut?"

Maka orang dewasa menjawab, "Kenapa kami harus takut pada topi?"

Dengan otak luar biasanya yang menganggap orang dewasa itu butuh penjelasan untuk banyak hal, maka dia membuat ulang lukisannya. Kali ini dia memperlihatkan isi dari perut ular sanca di mana ada seekor gajah di sana. Apa kata orang dewasa?

"Berhentilah menggambar ular terbuka atau tertutup, mulailah mempelajari ilmu bumi, sejarah, hitung dan tata bahasa."

Di sini, jelas banget menggambarkan orang dewasa yang menutup kemungkinan seorang anak menemukan bakat luar biasanya. Sayangnya, ini memang sering terjadi dan banyak orang dewasa seperti ini. Tidak pintar matematika, maka dia bodoh. Tidak bisa fisika, maka dia tidak pintar. Banyak? Banyak!

Lalu, apa hubungannya dengan dunia tulis? Kenapa aku teringat sama dunia tulis?

Bab 1 Le Petit Prince kalau dilihat secara gamblang, dibaca dengan hati terbuka, akan memperlihatkan dunia di mana kita hidup. Di mana orang dewasa sering bertindak seenaknya dan menutup kemungkinan akan kesuksesan seorang anak melalui jalan lain.

Well, sebenarnya aku keinget sama diri sendiri. Sama aku di masa lalu saat terlalu menggandrungi dunia tulis. Saat itu aku juga mendapatkan perlakuan seperti anak kecil, si calon pilot.

Mereka bilang, "Menulis itu tidak penting. Jangan menulis."

"Mending kamu belajar."

Kalau nilaiku mengalami penurunan, maka mereka akan mulai mengatakan, "Kamu terlalu fokus pada sesuatu yang tidak penting dan mengabaikan apa yang seharusnya kamu perhatikan. "

Tidak ada yang mendukungku dalam dunia menulis. Jujur, aku tahu alasannya. Mungkin orang dewasa terlalu takut jika aku, si anak kecil mengalami kegagalan. Mereka takut aku merasakan kecewa saat apa yang kutekuni tidak bisa membawa pada sesuatu yang kuinginkan.

Tapi, terkadang orang dewasa juga lupa. Melalui kegagalan, seseorang bisa belajar. Melalui kekecewaan, seseorang dapat memupuk semangat yang sebelumnya tidak dia miliki. Melalui semua kekalahan, seseorang dapat memperbaiki diri di masa mendatang. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun