Hai teman-teman Kompasianer, siapa yang suka makan kue tradisional? Kalau aku sih, suka banget. Apalagi kalau kue itu punya nilai filosofis yang mendalam. Salah satu kue tradisional yang punya makna filosofis adalah kue barongko. Buat kalian yang belum tahu, kue barongko ini berasal dari Sulawesi Selatan, tepatnya dari masyarakat Bugis.
Nama barongko sendiri berasal dari kata "balangko" yang artinya berbalut atau dibungkus. Yup, kue ini terbuat dari bahan dasar pisang yang dibungkus kembali dengan daun pisang yang sama. Ada yang bilang barongko ini seperti kue dadar gulung, tapi bedanya barongko dibungkus dengan daun pisang dan dimasak di dalam kukusan.
Ngomong-ngomong soal bahan dasar, kalian tahu enggak sih, kenapa kue barongko dijuluki sebagai kue kejujuran? Menurut masyarakat Bugis, bahan dasar kue ini yang terbuat dari pisang merepresentasikan kejujuran. Artinya, seperti pisang yang dilindungi oleh daun pisang, maka manusia juga harus jujur dan mempertahankan nilai-nilai yang baik dalam dirinya. Jadi, meski terlihat sederhana, kue barongko punya makna yang dalam dan mendalam, guys.
Tapi, meskipun maknanya dalam, sayangnya kue barongko jarang ditemui di sekitar kita. Kue ini biasanya hanya muncul di acara-acara istimewa seperti sunatan, akikah, mappanre temme, atau pesta pernikahan. Mengapa begitu? Karena pembuatan barongko enggak semudah membuat kue basah pada umumnya. Barongko harus dibuat oleh orang yang sudah berpengalaman agar rasa asli barongko tetap terjaga.
Tapi jangan khawatir, meskipun jarang ditemui, kue barongko tetap menjadi salah satu makanan tradisional yang dijaga eksistensinya. Pada tahun 2017, kue tradisional ini bahkan ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Jadi, kalau kalian penasaran, kalian masih bisa menemukan kue barongko di daerah asalnya, yaitu Sulawesi Selatan.
Kue tradisional seperti barongko ini memang penting untuk dijaga eksistensinya, karena selain sebagai makanan lezat, juga bisa menjadi media untuk melestarikan budaya dan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam kue tersebut. Kita bisa belajar banyak dari makanan tradisional seperti barongko, seperti nilai kejujuran, persaudaraan, dan rasa syukur kepada Tuhan.
Masyarakat Bugis sendiri memiliki tradisi yang kuat dalam menjaga budayanya, termasuk dalam pembuatan kue-kue tradisional seperti barongko. Proses pembuatan kue ini tidak bisa sembarangan dilakukan, karena membutuhkan keahlian khusus dan pengetahuan yang luas tentang bahan dan cara pembuatan yang tepat. Dalam pembuatan kue barongko, pisang yang digunakan harus dipilih dengan hati-hati, dipotong kecil-kecil, dan dicampur dengan santan dan gula merah.
Setelah itu, adonan kue barongko tersebut dimasukkan ke dalam daun pisang yang sudah dibersihkan dan dilapisi dengan minyak. Kemudian, daun pisang tersebut dibungkus dan dimasak di dalam kukusan selama beberapa jam. Setelah matang, kue barongko siap disajikan.
Tidak hanya enak, kue barongko juga sangat bergizi dan sehat, karena terbuat dari bahan-bahan alami yang kaya akan nutrisi. Pisang sebagai bahan dasar kue ini mengandung banyak serat, kalium, dan vitamin C yang baik untuk kesehatan tubuh. Selain itu, santan yang digunakan juga mengandung banyak nutrisi seperti lemak sehat dan karbohidrat yang dibutuhkan tubuh.
Jadi, meskipun kue barongko jarang ditemui dan sulit dibuat, tapi jangan sampai kita kehilangan nilai-nilai yang terkandung dalam kue ini. Kita bisa mengambil hikmah dari kue barongko, bahwa kejujuran dan kearifan lokal adalah hal yang penting untuk dijaga dan dilestarikan. Kue barongko bukan hanya makanan lezat, tapi juga sebagai simbol budaya dan identitas suatu daerah. Mari kita jaga dan lestarikan budaya dan warisan nenek moyang kita, termasuk kue tradisional seperti barongko.
Nah, itulah sedikit cerita tentang kue barongko, guys. Meskipun terlihat sederhana dan mudah, tapi kue ini punya makna filosofis yang mendalam dan menjadi warisan budaya tak benda. Jadi, kalau kalian ingin mencoba kue tradisional yang punya makna filosofis, cobain deh kue barongko. Siapa tahu, makan kue ini bisa jadi mengingatkan kita untuk selalu mempertahankan nilai kejujuran dalam diri kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H