Setelah itu, kami berjalan lurus untuk masuk ke bagian dalam benteng. Terdapat dua orang yang berjaga di sana menyambut para pengunjung. Pandangan kami pertama tertuju pada bangunan pertama yang berada di sebelah kiri bertuliskan "Toko Souvenir"
Waw, bahkan sekarang Benteng Vredeburg sudah punya souvenir nya sendiri.
Setelah itu, kami langsung menuju ke diorama pertama. Hal yang berubah dari diorama-diorama di sana adalah sekarang pintu masuk menuju diorama telah dibuat otomatis. Ketika kami mendekati pintu masuk, sensor membuat pintu kaca bergeser ke kanan. Kami pun memasuki diorama pertama. Disana kami disambut dengan patung relief besar di tembok. Kemudian terdapat banyak sekali replika-replika kecil yang dituliskan juga informasi tentang kejadian dari replika tersebut. Hal baru yang ditambahkan di setiap diorama adalah, saat ini terdapat screen yang berdiri di samping beberapa replika yang memberikan informasi yang tidak dituliskan pada informasi dari tiap-tiap replika.Â
Setelah puas melihat diorama pertama, kami pun memutuskan untuk keluar. Pintu keluar terbuat dari kayu yang di cat biru. Ketika saya ingin membuka pintu tersebut, tiba-tiba pintu tersebut terbuka dengan sendirinya. Saya kira ada seseorang yang mendorongnya dari luar tapi ternyata bukan. Pintu kayu tersebut juga dibuat otomatis terbuka ketika ada orang yang ingin keluar. Karena pintu kayu seperti itu jarang sekali yang dibuat otomatis, saya dan teman saya pun cukup terkejut.Â
Lanjut berjalan menuju diorama kedua. Di diorama kedua ini tidak berbeda jauh dengan diorama pertama. Namun terdapat mata uang-mata uang dari zaman penjajahan. Terdapat juga sebuah mesin cetak yang sangat besar yang dipajang di sana. Mesin tersebut berwarna hitam, seperti mesin pabrik. Sangat unik dengan kerangkanya yang cukup rumit. Setelah itu, kami lanjut ke diorama ketiga.
Pada diorama ketiga ini, terdapat cukup banyak barang-barang yang dipajang, seperti sepeda, helm tentara, teko, sepatu bot, hingga pedang seorang polisi Jepang yang saat itu menjajah dan menempati Indonesia, atau lebih tepatnya Yogyakarta. Saya terkesan dengan bagaimana polisi Jepang berpatroli dan melawan orang dengan menggunakan pedang sedangkan polisi lain menggunakan senjata api. Menarik.Â
Oiya! Dari ketiga diorama tadi sebenarnya terdapat beberapa atraksi video yang sedang dalam proses maintenance. Karena itu saya melewatinya.Â
Setelah keluar dari diorama ketiga, kami melihat sebuah spot foto dengan patung tulisan Vredeburg yang dibuat unik, berwarna hijau toska tua hingga muda. Saya mengambil foto teman saya di sana secara spontan dengan mengatakan, "Cheese!"
Setelah itu, kami melanjutkan jalan ke diorama terakhir, yaitu diorama empat. Bisa dibilang diorama keempat ini lebih kecil jika dibandingkan dengan diorama-diorama sebelumnya, sehingga kami menyelesaikan putaran dengan lebih cepat.Â
Keluar dari diorama keempat, kami berjalan dan bertemu dengan taman bermain kecil untuk anak-anak yang berkunjung kesana. Dan tentunya tempat tersebut saat itu sangatlah ramai dengan rombongan anak-anak SD sebelumnya. Kami pun hanya melewati taman kecil tersebut dan tidak disangka bertemu dengan sebuah tenda putih. Sepertinya akan diadakan event di sana. Event yang cukup besar. Kami pun melewati pinggir tenda-tenda tersebut dan sampailah di main road dari Benteng Vredeburg.Â