Mohon tunggu...
Hilwa Mumtaza
Hilwa Mumtaza Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa-Pengajar

Saya Mahasiswa S1 Psikologi yang sedang mengabdikan diri di Pondok Modern Al-Aqsha

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Idul Adha: Menemukan Makna Sejati Melalui Rasa Syukur

1 Juli 2023   04:01 Diperbarui: 1 Juli 2023   04:03 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Idul Adha merupakan salah satu perayaan yang besar maknanya bagi umat muslim di seluruh dunia. Pada hari yang suci ini, kita mengenang pengorbanan Nabi Ibrahim dan Ismail yang merupakan anaknya, serta mengambil nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. 

Di tengah hiruk-pikuk kehidupan saat ini, Idul Adha menjadi momen penting untuk merenung, memperkuat rasa syukur, dan menemukan makna sejati di balik pengorbanan. Melalui rasa syukur yang tulus, kita dapat menggali kedalaman makna Idul Adha dan meningkatkan pemahaman serta penghayatan kita terhadap agama dan nilai-nilai kehidupan yang diturunkan oleh Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail. Mari kita dalami perayaan ini dengan hati yang lapang, merenungi pesan-pesan yang tersembunyi, dan menemukan makna sejati melalui rasa syukur yang membawa kebahagiaan dalam hidup ini.

 Hari Raya Idul Adha

Perayaan Idul Adha diawali dari pengorbanan Nabi Ibrahim yang diperintah Allah untuk menyembelih puteranya, Ismail, melalui mimpi. Perintah tersebut sebagai tanda pengabdian kepada-Nya. Nabi Ibrahim menyadari bahwa mimpinya tersebut merupakan wahyu dari Allah SWT dan hal tersebut merupakan sebuah ujian yang harus ia jalani. Meski berat, Nabi Ibrahim memutuskan untuk mengungkapkan mimpinya tersebut kepada Nabi Ismail, yang saat itu masih remaja. Nabi Ismail mengetahui bahwa mimpi tersebut merupakan perintah dari Allah SWT, sebagai orang yang shalih dan taat, Nabi Ismail dengan lapang dada menerima perintah tersebut dan bersedia untuk menunaikannya.

Keesokan harinya, mereka pergi ke suatu tempat yang disebut dengan Bukit Marwah. Di sana, Nabi Ibrahim menyiapkan segala perlengkapan untuk menyembelih. Kemudian keduanya berserah diri kepada kehendak Allah, Nabi Ismail berlutut dan menundukkan wajahnya ke tanah, sehingga Nabi Ibrahim tidak melihat wajahnya. Hal tersebut dilakukan Nabi Ismail, agar Nabi Ibrahim bisa melaksanakan perintah Allah dengan lebih cepat. 

Nabi Ibrahim mulai menggerakkan pisaunya untuk menyembelih Nabi Ismail, namun saat itu juga Allah datangkan malaikat Jibril untuk memberinya kabar bahwa dengan tunduknya Nabi Ismail untuk disembelih, tujuan dari perintah Allah melalui mimpinya itu telah terpenuhi. Setelah menerima kabar dari malaikat, mereka merasa lega dan bersyukur kepada Allah SWT atas karunia-Nya yang telah memberikan kebahagiaan juga kebesaran hati kepada mereka untuk menghadapi ujian yang berat tersebut. Kemudian Allah gantikan Nabi Ismail dengan domba besar yang putih dan sehat.

Tindakan Nabi Ibrahim tersebut merupakan kepatuhan yang tulus terhadap perintah yang Allah berikan. Allah SWT memuji Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail atas kesetiaan dan ketaatannya yang luar biasa dalam menghadapi ujian tersebut. Allah memberi ganjaran yang sesuai karena keduanya telah menunjukkan kepatuhan yang tulus dan ikhlas kepada-Nya. Mereka dapat mengatasi ikatan emosional antara ayah dan anak, semata-mata untuk mematuhi perintah Allah SWT.

Peristiwa tersebut melambangkan kesetiaan, ketaatan, dan kepasrahan total kepada Allah SWT. Nabi Ibrahim adalah contoh yang luar biasa dalam menghadapi ujian yang sangat berat sekaligus menunjukkan kepercayaan yang mendalam kepada Allah SWT. Peristiwa ini juga mengajarkan pentingnya mengorbankan sesuatu yang kita cintai demi ketaatan kepada Allah SWT.

Cerita tentang peristiwa ini terdapat dalam Al-Quran, Surah As-Saffat (37) :102-107. Cerita ini juga dikenal sebagai peristiwa Kurban atau Idul Adha, yang hingga kini dirayakan oleh umat Islam di seluruh dunia sebagai hari raya yang suci. Peristiwa penyembelihan kambing inilah yang menjadikannya sebagai dasar ibadah kurban sebagai media pendekatan diri kepada Allah, yang kemudian  disyariatkan oleh Nabi Muhammad SAW.

Ibadah penyebelihan hewan kurban dijalankan pada hari raya kurban atau raya haji, serta pada hari-hari tasyriq, yaitu tiga hari berturut-turut setelah hari raya kurban, yaitu tanggal 11, 12, dan 13 Dzulhijjah. Hewan yang dikurbankan terdiri dari ternak seperti unta, sapi, kerbau, dan kambing. Syaratnya adalah harus terbebas dari cacat fisik, tidak sakit, dan sudah mencapai usia yang cukup. Menyembelih hewan kurban ini merupakan sunnah muakkadah, yaitu sunnah yang sangat dianjurkan.

Perintah tersebut sesuai dengan firman Allah dalam Q.S Al-Kautsar (108) ayat 2, yang berbunyi "fasholli lirobbika wanhar" yang memiliki arti "maka laksanakanlah shalat karena Tuhanmu dan berkurbanlah (sebagai ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah)". Dengan ditetapkannya ibadah kurban dalam agama Islam, maka peristiwa tersebut menjadi kisah yang akan selalu dikenang dan diikuti pelaksaannya hingga saat ini. Ibadah kurban juga menghidupkan agama islam dengan membagikan daging kurban kepada keluarga yang membutuhkan terutama kaum fakir miskin, dhuafa dan lainnya.

Makna Sejati Idul Adha

Peristiwa Pengorbananan Nabi Ibrahim menyembelih Nabi Ismail merupakan ujian yang amat sangat besar dan berat. Sudah menjadi keputusan Allah untuk menguji hamba-Nya dengan berbagai macam ujian yang dipilih-Nya, jika ujian tersebut sudah ditetapkan, tidak ada yang dapat menentang atau menghindarinya. Dibalik cobaan yang Allah tetapkan tersebut, terdapat pelajaran atau hikmah yang tak disadari manusia. Nabi Ismail yang mulanya dijadikan kurban untuk menguji ketaatan Nabi Ibrahim, diganti Allah dengan seekor domba yang lebih baik untuk disembelih kemudian mereka juga bersyukur atasnya. Hal tersebut menjadikan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail mendapat pujian dan pahala yang amat besar dari Allah SWT, bahkan dari peristiwa tersebut lahirlah ajaran Islam yang disyariatkan oleh Nabi Muhammad.

Begitu banyak hikmah yang dapat kita ambil dari Hari Raya Idul Adha ini. Tindakan yang dilakukan Nabi Ibrahim merupakan contoh yang luar biasa dalam mengorbankan sesuatu yang sangat disayanginya, demi ketaatan dan kepatuhan untuk melaksanakan perintah-Nya. Pengorbanan tersebut menunjukkan kita betapa pentingnya untuk rela melepaskan apapun yang kita anggap berharga dalam menjalankan perintah-Nya.

Tidak berhenti pada pengorbanan semata, Allah menggantikan Nabi Ismail dengan domba yang lebih baik sebagai kurban pengganti. Hal tersebut mengajarkan kita tentang kebesaran atas rahmat dan kebijaksaan-Nya. Dalam setiap ujian dan pengorbanan yang kita hadapi, jika kita tetap bersyukur dan tunduk kepada-Nya, Allah akan menggantikannya dengan yang lebih baik. Nabi Ibrahim dan Nabi Ismailpun bersyukur atas perintah dan keputusan Allah, meski pada awalnya sulit dan menyakitkan, mereka menghargai kebijaksanaan-Nya. Hal ini menjadi sangat penting bagi kita semua, dalam setiap situasi, baik senang maupun sulit, kita harus selalu senantiasa bersyukur kepada Allah atas segala nikmat dan ujian yang telah diberikan-Nya.

Seringkali, kita sebagai manusia mengeluh dan merasa tidak puas dengan apa yang kita miliki dan terkadang kita juga terjebak dengan rutinitas sehari-hari yang membuat kita lupa akan nikmat-nikmat kecil yang Allah berikan. Namun dari peristiwa tersebut, kita bisa mengetahui betapa berlimpahnya nikmat dan karunia yang Allah SWT berikan kepada kita setiap harinya, baik kesehatan, keluarga, kehidupan, rezeki, dan semuanya merupakan anugerah dari Allah SWT yang harus kita syukuri

Dengan bersyukur kita akan menemukan kebahagiaan dan kedamaian dalam kehidupan ini. Bersyukur bukan hanya tentang mengucapkan kata-kata, namun juga melibatkan sikap hati yang sungguh-sungguh menghargai dan mengakui segala nikmat-Nya. Dengan memperbanyak bersyukur kita akan mengalami perubahan dalam bersikap dan cara pandang hidup kita. Senantiasa kita akan selalu menghargai setiap nikmat dan karunia yang Allah berikan kepada kita.

Maka dari itu, syari'at tersebut tidak serta merta Allah tetapkan, melainkan karena mengandung banyak nilai berharga di dalamnya untuk diaplikasin dalam kehidupan sehari-hari. Sama seperti Nabi Ibrahim, kitapun memiliki Ismail yang artinya kita memiliki sesuatu yang berharga. Hal tersebut bisa berupa harta, jabatan, keluarga, ego, dsb. Allah tidak memerintahkan Nabi Ibrahim membunuh Ismail, namun Allah memerintahkan untuk membunuh rasa kepemilikan terhadap Ismail, oleh sebab itu Allah memerintahkan kita selaku ummat muslim untuk mengaplikasikannya karena pada hakikatnya, semua yang kita miliki di dunia ini hanyalah titipan Allah, milik Allah semata. Untuk itu, penting bagi kita untuk selalu mengingat segala nikmat dan ujian yang telah Allah berikan kepada kita agar kita senantiasa bersyukur dalam setiap momen kehidupan ini. Dengan demikian, kita akan hidup dalam keadaan yang lebih damai dan bahagia serta merasakan kehadiran-Nya dalam setiap hembusan nafas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun