Mohon tunggu...
Hilwa HafizhaTajalla
Hilwa HafizhaTajalla Mohon Tunggu... Lainnya - "Indonesia tak tersusun dari batas peta, tapi gerak dan peran besar kaum muda." -Najwa Shihab

Mahasiswi jurusan Ilmu Komunikasi yang tertarik dengan public speaking, seni, bahasa, dan tentunya tulisan maupun karya sastra.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Apakah Setiap Orang yang Menyukai Karakter Fiksi Itu Fictophilia?

11 Maret 2021   15:45 Diperbarui: 11 Maret 2021   18:26 4202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagi para penggemar film, anime, dan buku, baik buku novel maupun buku komik biasanya memiliki karakter favorit dalam cerita yang dibuat oleh penulis buku atau film tersebut. Biasanya yang membuat seseorang menyukai suatu karakter dua dimensi adalah karena penggambaran karakter yang terlampau sempurna, seperti tubuh tinggi, kulit mulus, rambut panjang, berotot, dan berwajah cantik atau tampan.

Umumnya orang-orang yang mengagumi dan mencintai karakter fiksi ini tak jauh-jauh dari penggemar anime. Dan tak jarang pula mereka yang memiliki karakter favorit dari anime tertentu mendapat respon yang kurang enak dari lingkungan sekitar karena dianggap aneh. Namun percayalah, orang yang mencintai karakter fiksi itu memang ada. Seriusan.

Oke, saya akan memberi contoh nyata dalam kasus ini, yaitu seorang laki-laki asal Jepang yang bernama Akihiko Kondo. Akihiko ini “menikahi” Hatsune Miku, yang merupakan tokoh hologram vocaloid yang terkenal dari Jepang. Karena Akihiko mengaku sangat mencintai Hatsune Miku ini, akhirnya Akihiko memutuskan untuk menikahinya.

Memang pada awalnya Akihiko ini di-bully habis-habisan ketika ia berkata bahwa dirinya mencintai Hatsune Miku, namun hal tersebut tidak menghentikan dirinya untuk tetap menikahi Hatsune Miku.

Jika kalian bertanya-tanya bagaimana Akihiko berinteraksi dengan Hatsune Miku. Jawabannya adalah, interaksi antara Akihiko dengan “istrinya” ini hanya terbatas pada komunikasi singkat dengan sebuah tabung yang berisi hologram Hatsune Miku.

Lah, terus kalo ehem-ehem, bagaimana?

Tentu saja  Akihiko tidak dapat menyalurkan hasratnya kepada Hatsune Miku, secara Hatsune miku ini tidak nyata. Akihiko mengaku bahwa dia hanya bisa memeluk boneka Hatsune Miku ketika hasrat itu datang. Dia juga berkata jika dirinya tidak pernah berhubungan badan dan tidak membutuhkan hubungan badan itu.

Terus, apa hubungannya dengan Fictophilia? Dan apa sih yang dimaksud dengan Fictophilia?

Menurut urban dictionary, fictophilia merupakan perasaan cinta, keinginan, daya tarik seksual terhadap suatu karakter fiksi dalam buku novel, komik, film, maupun anime. Perasaan suka dan cinta tersebut sama besarnya dengan perasaan yang ditujukan kepada orang-orang “nyata”.

Mereka yang mengalami Fictophilia ini merasakan perasaan yang besar terhadap karakter fiksi, sehingga terkadang membuatnya enggan untuk berinteraksi dengan orang-orang di kehidupan nyata.

Menurut Profesor Mark Griffiths yang merupakan seorang dosen Psikologi di Nottingham Trent University Inggris, ada istilah lain yang lebih spesifik selain Fictophilia, yaitu Toonophilia atau Schediaphilia, daya tarik seksual dan emosional terhadap tokoh kartun animasi dan Gameophilia, yang ditujukan kepada karakter fiksi di dalam video game.

Fenomena seperti ini telah saya lihat sendiri di beberapa platform media sosial, khususnya Tik Tok dan Twitter. Karena saya cukup aktif di kedua media sosial tersebut dan kebetulan saya juga gemar menonton anime, otomatis saya mendapatkan konten seputar anime di beranda Twitter maupun For You Page Tik Tok. Video yang lewat biasanya tentang si pemilik akun yang me-riview anime yang telah ditonton, spoiler alur cerita anime yang sedang ditonton, atau bahkan koar-koar tentang betapa tampan/cantiknya salah satu karakter yang berhasil mencuri perhatiannya.

Tak sedikit pula yang menganggap karakter fiksi daari anime yang ditontonnya itu nyata. Dengan kecanggihan teknologi masa kini, orang-orang berbondong-bondong mengedit foto dirinya dan karakter kesukaannya dalam satu frame. Tak jarang juga yang membeli figur dan bantal karakter kesayangannya yang dapat mereka genggam atau peluk sebelum tidur.

Namun, kita tidak dapat langsung mengatakan bahwa orang-orang seperti itu mengalami Fictophilia, karena bisa jadi hal-hal tersebut hanya merupakan hiburan semata bagi dirinya. Ada juga kok orang-orang yang memiliki karakter fiksi favorit dan tetap menjalani hidupnya di dunia nyata dengan baik bahkan memiliki hubungan dengan lawan jenis di dunia nyata.

Lalu, apa sih ciri-ciri dari Fictophilia?

Menurut brilio.net, ada empat tanda bagi orang-orang yang mengalami Fictophilia, yaitu yang pertama, sering membandingkan. Orang yang menderita Fictophilia sering membandingkan orang-orang di sekitarnya dengan tokoh fiksi yang ia dambakan. Ia beranggapan bahwa tokoh fiksi yang ia idolakan adalah sosok yang paling sempurna dan tiada tandingannya.

Yang kedua, menutup diri. Mereka yang mengalami Fictophilia akan menutup dirinya dari lingkungan sekitar daan selalu berimajinasi tentang kehidupan impiannya jika karakter fiksi mereka hidup bersama dengan mereka.

Yang ketiga, meminta pasangan agar menyerupai tokoh idola mereka. Nyatanya, bukan hanya para jombo saja yang dapat mengalami Fictophilia ini, mereka yang telah memiliki pasangan juga bisa. Mereka tak segan-segan menyuruh sang kekasih untuk mengubah model rambut, cara berpakaian, gaya bicara, dan lainnya agar seperti karakter fiksi favoritnya. Hal ini bukanlah hal yang wajar dan sudah akut. Pacar kalian kaya gini, nggak?

Dan yang keempat, selalu memikirkan tokoh fiksi idolanya. Orang-orang yang terus memikirkan tentang tokoh fiktif idolanya tanpa sadar hal tersebut akan menjadi sebuah masalah dalam kepribadiannya. Mungkin bagi mereka itu bukanlah hal yang serius, namun hal itu adalah pemicu terjadinya gangguan pada kepribadiannya.

Boleh saja memiliki sosok idola dari karakter fiksi, namun jangan berlebihan sampai-sampai meninggalkan hal-hal penting di dunia nyata. Dan perlu diingat jika tidak setiap orang yang memiliki karakter fiksi favorit itu adalah orang yang mengalami Fictophilia.

Jadi, jangan langsung menganggap orang yang suka dengan suatu karakter fiksi itu orang yang memiliki gangguan kepribadian. Jika mereka tidak merugikan dan mengganggu kita, apa salahnya membiarkan mereka menikmati hobinya.

Namun lain kasusnya jika orang yang sudah mati-matian memuja sang idola fiksinya hingga mengabaikan lingkungan sekittar dan menutup diri, sebaiknya langsung beri ia pemahaman dan konsultasikan masalah ini ke psikolog atau psikiater agar tidak menjadi masalah yang serius.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun