[caption caption="sumber: sameapk.com"][/caption]
oh betapa ku saat ini
ku benci untuk mencinta
mencintaimu
oh betapa ku saat ini
ku cinta untuk membenci
membencimu
reff: aku tak tahu apa yg terjadi
antara aku dan kau
yg ku tahu pasti
ku benci untuk mencintaimu
Lirik di atas dari kelompok band Naif sepertinya cukup menjelaskan hubungan antara “Hater” melawan “Lover”. Dalam konteks Presiden Joko Widodo (Jokowi), kedua kelompok ini begitu gaduh berseteru di ruang-ruang public dunia maya ini. Tak terkecuali dalam komunitas Kompasiana. Berbagai aktivitas resmi atau tidak resmi dari Presiden ke-7 RI ini selalu menjadi sorotan bagi kedua belah pihak. Bahkan gesture sang Presiden tak luput dari pro dan kontra.
Merujuk tulisan saya terdahulu http://www.kompasiana.com/hils/sudut-pandang_562f909c707e61d10b2b3f57, kedua kubu tersebut terjadi akibat sudut pandang yang berbeda. Yang menarik, hubungan kedua kubu tersebut sama persis seperti yang digambarkan lagu dipopulerkan band jebolan IKJ pada tahun 2005.
Para “Hater” dengan segala “kritikan” (baik itu kritik betulan atau sekadar sumpah serapah) terus memproduksi issue-issue tentang tokoh yang dibencinya tersebut. Berharap, para “Lover” akan membalas dengan argument atau pembenaran dari apa yang dipebuat Jokowi. Saling lempar caci dan puji diantara kedua kubu ini membuat “semarak” dalam politik kontemporer di Indonesia. Bisa dipastikan, setiap “Hater” memuntahkan serangan kepada mantan Gubernur DKI ini, tak lama kemudian para “Lover” menahan gempuran bahkan menyerang balik. Pun sebaliknya. Ketika “Lover” memuji capaian Jokowi, berbagai hujatan akan muncul mengiringinya. Hubungan kedua kutub ini seperti digambarkan dalam slogan iklan sebuah produk rokok: “Gak Ada Lo, Gak Rame”.
Riuh redah ini tak ada yang bisa memastikan kapan berujung. Selama keduanya masih berseteru di wilayah virtual, mungkin tak terlalu masalah. Jangan sampai dalam kehidupan keseharian, dua sudut pandang ini akan memecah situasi yang sudah kondusif ini.
Mungkin perlu kubu-kubu lain dari sudut padang lain yang bisa memberi pandangan lain bagi para netizen. Sebuah sudut pandang yang bisa menjadi “Lover” sekaligus “Hater”. Di satu sisi bisa mensupport Sang Pemimpin ketika kebijakannya memperjuangkan rakyat, tapi disisi lain jadi pengkritik garis keras ketika langkah politik Presiden berkompromi dengan kekuatan-keakuatan hitam yang bisa merugikan Negara.
Mendamaikan dan menjadi Juru Damai bagi kaum “Hater” dan “Lover” saat ini hanya sebatas angan. Biarkan mereka saling berucap, “Ku Benci tuk Mencintaimu.”