Mohon tunggu...
hilman i
hilman i Mohon Tunggu... Freelancer - wirausaha & freelancer

penulis amatir yang pernah menjadi profesional.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Sudut Pandang

27 Oktober 2015   21:57 Diperbarui: 27 Oktober 2015   23:01 1606
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="perbedaan posisi bisa mengakibatkan perbedaan persepsi "][/caption]

Manusia diciptakan Tuhan dengan dua bola mata untuk melihat. Meski melihat satu objek yang sama, tetapi belum tentu seorang manusia akan sepakat dengan apa yang dilihat manusia lainnya. Ilustrasinya seperti gambar di atas dimana dua orang melihat sekumpulan balok dari dua posisi yang berlawanan. Orang yang melihat dari sisi kiri bersumpah dia melihat ada empat balok yang berhimpit. Sementara orang yang berada disisi kanan yakin ada tiga balok yang berjajar berjauhan. Secara sains bisa dijelaskan bahwa perbedaan posisi dalam melihat suatu objek bisa menimbulkan "ilusi optik". Sehingga, muncul perbedaan persepsi dalam memandang satu objek yang sama.

Secara fakta, dua bola mata manusia hanya memiliki sudut pandang tak lebih dari 120 derajat. Itu pun tanpa memiliki titik utama alias fokus. Semakin bola mata mengarah pada sebuah objek sebagai fokus, semakin kecil sudut pandang yang ia dapatkan. Gambaran seperti ini: seseorang yang menikmati pemandangan alam yang indah dia akan mendapatkan sudut pandang yang luas. Mata kiri dan kanannya akan menangkap sudut panorama berupa hamparan padang rumput, gunung dan pepohonan.

Namun tak lama kemudian ia mendapati sebuah objek menarik berupa tanaman bunga mawar berwarna merah. Maka, sudut pandang kedua matanya akan terpusat pada sang mawar dan hilanglah objek-objek lain yang tadi dilihatnya. Semain ia mendekat, semakin terfokus bola matanya terhadap objek mawar tersebut. Dan semakin ia kehilangan pemandangan lain yang sempat dilihatnya.

Ini hanya logika sederhana yang menuntun kita pada sebuah fenomena, yaitu, sudut pandang. Point of View, begitu istilah kerennya. Posisi cara pandang yang memunculkan persepsi  berbeda. Dalam fenomena sosial yang kekinian ada istilah "Lover" dan "Hater". Di dunia virtual kedua kutub tersebut bisa dijelaskan sebagai berikut; "Lover" merupakan pemuja militan yang mengagungkan sosok yang dicintainya. Dari kutub berlawanan, "Hater" merupakan antitesa nya, dimana bagi pembenci sosok tersebut tak ada yang bisa dipandang dengan kebanggaan.

Apa pun yang diperbuat sang sosok selalu salah di mata "Hater". Munculnya dua kubu "Lover" dan "Hater" tak lebih dari perbedaan cara pandang. Dua kutub ini saling bertolak belakang. Ibaratnya sang "Lover" akan melihat sosok pujaannya dari bagian depan sehinga wajah, dada, perut hingga kaki depan terlihat jelas. Berbeda dengan "Hater" yang melihat sosok yang dibencinya dari bagian belakang sehingga hanya terlihat kepala belakang, punggung hingga bokong.

Dua cara pandang yang ekstrem tersebut sah-sah saja dan sangat manusiawi. Tidak ada yang salah dengan keduanya karena hakikatnya manusia memiliki dua sisi yang berbeda. Meminjam pisau analisa sang "Lover" kita akan mendapatkan sisi baik yang membangkitkan rasa optimis. Dari sisi "Hater", kita bisa menguliti kelemahan-kelemahan sosok yang kita lihat. 

Namun, jauh lebih baik ketika kita beranjak langkah sedikit dari fokus agar bisa mendapat sudut pandang yang lebih luas. Dengan fakta sudut pandang mata manusia hanya mampu menangkap tak lebih dari 120 derajat, maka diperlukan tiga orang untuk bisa melihat objek sekeliling yang luasnya 360 derajat. Itu pun tanpa titik fokus. Ketika tatapan mata fokus pada suatu objek, sudut pandang kita hanya selebar 30 derajat saja. Semakin dekat dengan objek, fokus semakin jelas, namun sudut pandang makin berkurang. Baik "Lover" maupun "Hater" sama-sama fokus terhadap objek yang sama namun dengan sudut yang berbeda.

Untuk menjadi orang bijak, kita perlu meminjam mata-mata orang lain dari berbagai sudut pandang. Bukan semata sudut padang yang bersebrangan saja. Anggap saja sisi "Lover" dan "Hater" menyumbang 60 derajat sudut pandang, maka setidaknya kita masih butuh 300 derajat sudut pandang lain. Itu baru dari sisi satu dimensi. Padahal objek berupa materi tiga dimensi. Bisa dibayang berapa banyak mata yang diperlukan hanya untuk melihat sosok seacara utuh.

Pesan moral tulisan ini adalah ambil jarak yang cukup untuk menilai sosok pribadi. Secinta atau sebenci apa pun terhadap sosok tersebut, pastikan ada ruang untuk menerima pendapat orang lain yang memandang dengan cara berbeda.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun