Wabah Novel coronavirus (COVID-19) saat ini, yang pertama kali dilaporkan dari Wuhan China pada 31 Desember 2019 dan dapat menyebabkan penyakit pernapasan parah, telah menyebar dengan cepat ke seluruh dunia.
Sampai 11 April 2020 saat artikel ini ditulis, mengacu pada data Worldometer, 1.771.459 kasus telah didiagnosis di seluruh dunia, pada saat ini COVID-19 dinyatakan oleh WHO sebagai Public Health Emergency of International Concern (PHEIC).
Investigasi epidemiologis menunjukkan bahwa wabah ini dikaitkan dengan pasar makanan di Wuhan, dan COVID-19 telah diidentifikasi kemungkinan berasal dari kelelawar. Ini dapat mengingatkan pada wabah lain, Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS), yang muncul di Guangdong, Tiongkok, pada akhir tahun 2002. Kelelawar diidentifikasi sebagai inang reservoir alami dari coronavirus SARS 15 tahun kemudian (Hu et al., 2017).
Baik SARS pada tahun 2003 maupun COVID-19 menunjukkan sumber virus zoonosis yang dapat melintasi spesies untuk menginfeksi manusia. Penyakit menular yang muncul seperti itu yang menunjukkan penyebaran dari hewan ke orang dan bahkan lebih serius dari orang ke orang disebabkan oleh paparan manusia terhadap virus melalui serangkaian perdagangan, pemasaran, atau konsumsi hewan yang terinfeksi.
Sebaran virus dari inang perantara kelalawar yang terinfeksi memiliki hubungan erat dengan kebiasaan makan khusus beberapa orang Tionghoa, terutama di Tiongkok selatan.
Tiongkok memiliki sejarah panjang dalam budaya makanan dan industri katering. Prevalensi makan hewan liar di zaman kuno adalah suplemen untuk protein sebagai implikasi asupan yang tidak mencukupi.
Tetapi saat ini, menjadi makanan "aneh" untuk memenuhi rasa ingin tahu beberapa orang, dan bahkan menjadi simbol dari beberapa Yuppies atau tiran Tiongkok karena kelangkaan dan mahalnya harga hewan liar.
Wabah infeksi virus merupakan ancaman serius bagi kesehatan masyarakat. Pada bulan November 2002, kelompok pneumonia dengan penyebab yang tidak diketahui dilaporkan di provinsi Guangdong, Tiongkok, yang sekarang dikenal sebagai wabah SARS-CoV, dan jumlah kasus SARS meningkat secara substansial pada musim semi 2003 di Tiongkok dan menyebar secara global kemudian.
Kematian di Tiongkok yang disebabkan oleh SARS mencapai 90,62% dari total kematian di dunia. Tingkat kematian yang disebabkan oleh H7N9 mencapai 37,89% dari 2016 hingga 2018. Pada 10 April 2020, COVID-19 telah menyebabkan infeksi paling tidak di 185.
Sementara itu, situasi di Tiongkok jauh lebih serius; pada 27 Februari 2020, jumlah kasus dan kematian yang dikonfirmasi masing-masing meningkat dari 1 menjadi 78.630.
Jumlah kasus yang diduga meningkat dari 54 menjadi 28.942 dari 20 Januari 2020 hingga 8 Februari 2020, dan sejak itu menunjukkan tren menurun. Kondisi ini menunjukkan bahwa COVID-19 lebih serius daripada SARS dan H7N9 dalam hal kecepatan dan cakupan penyebaran.
Dampak epidemi semacam itu pada ekonomi dan sosial akan sangat besar terutama pada layanan seperti transportasi, wisata, hotel, katering, dan hiburan. Ketidakcocokan antara penawaran dan permintaan di pasar yang disebabkan oleh penyakit menular telah menyebabkan konsekuensi lapangan kerja yang sangat besar.
Ketidakpastian tentang masa depan epidemi dan ketakutan akan penyebaran internasionalnya juga dapat mengurangi kepercayaan terhadap pembangunan ekonomi (Smith, 2006). Peristiwa SARS menyebabkan penurunan konsumsi, impor, ekspor, dan investasi, serta banyak perusahaan menghadapi krisis.
Diperkirakan bahwa wabah SARS menelan biaya China antara 12,3 miliar sampai 28,4 dolar AS miliar, dengan PDB diperkirakan telah turun 2% pada kuartal kedua tahun 2003 dan 1% sepanjang tahun.
Pada saat yang sama, kerugian ekonomi global diperkirakan antara 30 miliar dolar AS sampai 100 miliar dolar AS (Qiu et al. 2018). H7N9 memiliki dampak ekonomi yang lebih ringan daripada SARS, dan industri perunggasan China menderita lebih dari 40 miliar yuan akibat wabah tersebut (Qiu et al. 2018).
Mirip dengan SARS, COVID-19 juga dimulai pada akhir tahun, tetapi cukup menarik perhatian pemerintah relatif lebih awal. Karena Tahun Baru Tiongkok adalah awal Februari tahun 2020, dampak pada ekonomi riil dimulai pada kuartal pertama. Arus perjalanan setelah liburan Festival Musim Semi ditunda; Jumlah penumpang yang dibawa oleh semua jenis alat transportasi telah menurun tajam.
Pendapatan dari box office, pariwisata, dan industri katering juga telah turun secara signifikan karena pembatasan. Menurut China Movie Data Information Network (Jaringan Informasi Data Film Tiongkok), total pendapatan film box office selama festival musim semi 2019 adalah 5,86 miliar yuan Tiongkok, merupakan 9% dari total di tahun yang sama.
Namun, karena dampak epidemi, permintaan untuk menonton film di Festival Musim Semi 2020 turun tajam, dan semua bioskop besar telah menghentikan bisnis karena wabah COVID-19, yang akan menyebabkan hilangnya pendapatan yang sangat besar dari film Festival Musim Semi box office 2020.
Saat ini, berbagai departemen pemerintah Tiongkok telah menyusun kebijakan dan langkah-langkah untuk melakukan perlindungan dari dampak epidemi, terutama untuk membantu perusahaan dan pekerja yang terkena dampak.
Untuk menyelesaikan masalah yang terjadi dalam pencegahan dan pengendalian epidemi, pemerintah Tiongkok telah mendorong bidang ekonomi baru, seperti belanja online, pemesanan dan pengiriman makanan online, hiburan online, dan bentuk ekonomi digital lainnya.
Mengingat epidemi semacam itu dikaitkan dengan konsumsi hewan liar dan telah sering terjadi di Tiongkok secara khusu dalam beberapa tahun terakhir, penting untuk mengambil tindakan pencegahan untuk memotong atau mengurangi paparan manusia terhadap virus baru. Selain tindakan pencegahan dan pengendalian yang direkomendasikan oleh WHO, tindakan pengaturan yang lebih efisien harus diambil untuk pencegahan di sumbernya.
- Tingkatkan kesadaran sosial akan bahaya dalam memakan hewan liar. Larangan perdagangan hewan liar, termasuk peringatan tentang risiko kesehatan memakan hewan liar, dirilis oleh Institusi Negara untuk Peraturan Pasar, Kementerian Pertanian dan Pedesaan, serta Administrasi Kehutanan Nasional pada 26 Januari 2020 di Tiongkok.
Namun, pengumuman ini hanya berlaku sebelum wabah ini berakhir. Itu persis cara yang sama untuk menangani kasus SARS pada tahun 2003, sehingga tragedi seperti itu terjadi lagi 17 tahun kemudian. Pelajaran menyakitkan dari memakan hewan liar belum membuat beberapa orang mengubah gagasan bahwa hewan liar, terutama yang langka, adalah obat tonik bagi tubuh manusia.
Faktanya, sebagian besar zoonosis disebabkan oleh virus dari hewan liar dan ditularkan ke manusia melalui proses membunuh dan memakan hewan yang terinfeksi.
Kesadaran sosial akan bahaya dalam memakan hewan liar, mengurangi kontak dengan hewan liar, dan menghargai satwa liar sebagai makhluk hidup yang sama seperti kehidupan manusia di ekosistem alami harus ditingkatkan secara berkelanjutan.
Seiring dengan meningkatnya aplikasi internet dan media sosial saat ini, media sosial dapat menjadi alat yang berguna untuk mempromosikan kesadaran publik dan pendidikan kesehatan untuk sepenuhnya menghilangkan risiko dari memakan hewan liar. - Masukkan larangan makan hewan liar dalam agenda legislasi, membuatnya jelas tentang hukuman serius terhadap pelanggaran hukum. Sebagai contoh, Undang-undang tentang Perlindungan Satwa Liar yang efektif diformulasikan untuk melindungi satwa liar darat dan air yang langka dan terancam punah, serta satwa liar terestrial yang penting dengan nilai-nilai ekologis, ilmiah, atau sosial, sedangkan satwa liar umum, yang merupakan bagian integral dari ekosistem alami, tidak termasuk dalam ruang lingkup perlindungan.
Kondisi itu tidak akan cukup jika perburuan, pembunuhan, pembelian, pengangkutan, dan penjualan satwa liar langka dan terancam punah dianggap ilegal menurut hukum pidana, makan dan konsumsi satwa liar tidak disebutkan. Namun, permintaan besar terhadap hewan liar dapat merangsang pasar, dan seluruh proses harus ditekan dan dikendalikan di sumbernya.
Secara global, setiap negara harus mulai memperhatikan aspek ini dalam Hukum Pidana dan Undang-undang tentang Perlindungan Satwa Liar bahwa makan dan konsumsi semua hewan liar berhubungan dengan dugaan perilaku kriminal harus dihukum berat atau dihukum penjara.
Tanggung jawab pidana untuk makan, membunuh, memproses, mengangkut, dan menjual hewan-hewan yang tidak sah harus didefinisikan dengan jelas. Hanya hukuman berat yang melebihi kesenangan dan kesombongan yang diperoleh dengan memakan hewan liar, masyarakat umum, terutama mereka yang memiliki hobi konsumsi yang aneh, akan terbangun oleh sinyal alarm dari SARS dan kejadian saat ini, sehingga dampak tragedi kesehatan masyarakat global dapat dihindari. - Meningkatkan standar keamanan pangan, termasuk standar peraturan untuk transaksi ternak yang sakit dan mati. Faktor risiko utama bagi manusia adalah paparan terhadap hewan liar yang terinfeksi, unggas yang mati dan sakit, atau lingkungan yang terkontaminasi seperti pasar unggas.
Menyembelih, menghilangkan bulu, menangani bangkai, dan mempersiapkan konsumsi akan menimbulkan risiko kesehatan bagi manusia melalui kontak dengan unggas atau hewan liar yang terkena dampak. Sementara keamanan pangan ditekankan berulang kali selama penyebaran wabah ini, tindakan pencegahan juga harus diambil lebih awal.
RUU keamanan pangan yang ditandatangani menjadi undang-undang pada Januari 2011 memberi kekuatan baru kepada Administrasi Makanan dan Obat-obatan AS dan bertujuan untuk mengalihkan fokus dari respon menjadi pencegahan penyakit yang disebabkan oleh makanan (Stokstad, 2011).
Namun, konsumsi unggas hidup, dan pencegahan epidemi hewan liar tidak termasuk dalam Undang-Undang Keamanan Pangan (2018) dan Undang-Undang Pencegahan Epidemi Hewan (2015) Republik Rakyat Tiongkok, yang harus diperbarui lebih lanjut dan ditetapkan secara rinci.
Selain itu, pemasaran, pemrosesan, transportasi, dan perdagangan hewan yang sakit atau mati secara tak terduga harus dilarang secara hukum. Pencegahan penyakit zoonosis dapat dicapai dengan pengawasan dan kontrol yang ditingkatkan dan terstandardisasi dalam karantina hewan, produksi dan pemrosesan, serta penyimpanan dan transportasi.
Pemotongan dan pemrosesan ternak dapat dipusatkan di rumah pemotongan yang disahkan oleh organisasi pengawas pemasaran. Penegakan hukum yang lebih baik, pemantauan online real-time, dan teknologi pemrosesan yang ditingkatkan akan membantu memastikan keamanan pangan.
Memperkuat mekanisme pengawasan pasar. Sulit untuk sepenuhnya melarang konsumsi hewan liar hanya melalui peningkatan kesadaran masyarakat; diperlukan sistem pengawasan pasar yang efektif dan layak untuk melarang kemungkinan memakan hewan liar. Hewan liar dapat memasuki pasar sirkulasi karena tidak ada hukum khusus saat ini.
Untuk sepenuhnya memberantas peredaran hewan liar di pasar, daftar hewan yang dapat dimakan harus dikembangkan terlebih dahulu. Untuk itu, hewan yang boleh dijual di pasar harus memiliki kode identifikasi, yang dapat diperiksa dengan pemantauan online di seluruh proses pemotongan, pemrosesan, pengangkutan, penjualan, dan konsumsi sehingga sumber dapat dengan mudah diidentifikasi. dan dikendalikan jika terjadi keadaan darurat.
Inspeksi reguler harus dilakukan terutama untuk produk pertanian dan pasar makanan laut. Departemen pengawasan harus mengambil inisiatif untuk menginvestigasi kegiatan ilegal di pasar dan memikul tanggung jawab atas penyimpangan.
Pengawasan menyeluruh dari konsumen publik, bisnis, pemerintah, dan organisasi non-pemerintah harus diperkuat sebagai entitas untuk peningkatan kesehatan masyarakat.
Karena epidemi semacam itu dapat terjadi dan menyebar di negara mana pun, tepat ketika itu terjadi, dampaknya terhadap kesehatan global dan pembangunan sosial-ekonomi sangat besar.
Komunikasi internasional, kerja sama, kolaborasi, dan bahkan konvensi harus ditinjau lebih lanjut dan diperkuat untuk konservasi satwa liar, pencegahan penyakit epidemi, konstruksi dan operasi efektif mengenai sistem kesehatan masyarakat, dan perbaikan kebijakan serta peraturan terkait.
Ilmu interdisipliner termasuk biologi konservasi, ekologi ekosistem, epidemiologi, kesehatan masyarakat, penelitian dan pengembangan medis, ilmu sosial, hukum, dan manajemen krisis perlu diintegrasikan untuk menyediakan siklus pencegahan, persiapan, respons, dan pemulihan yang terintegrasi. Hanya dengan cara ini ekosistem dan kesehatan manusia dapat dipastikan dan epidemi global seperti itu dapat dicegah.
Referensi
Hu, B., L. Zeng, X. Yang, X. Ge, W. Zhang, B. Li, J.-Z. Xie, et al. 2017. "Discovery of a Rich Gene Pool of Bat SARS-related Coronaviruses Provides New Insights into the Origin of SARS Coronavirus." PLoS Pathogens 13 (11): e1006698. doi:10.1371/journal.ppat.1006698.
Qiu, W., C. Chu, A. Mao, and J. Wu. 2018. "The Impacts on Health, Society, and Economy of SARS and H7N9 Outbreaks in China: A Case Comparison Study." Journal of Environmental and Public Health 2710185: 2018.
Smith, R. D. 2006. "Responding to Global Infectious Disease Outbreaks: Lessons from SARS on the Role of Risk Perception, Communication and Management." Social Science & Medicine 63: 3113--3123. doi:10.1016/j. socscimed.2006.08.004.
Stokstad, E. 2011. "Food Safety Law Will Likely Strain FDA Science." Science 331 (6015): 270. doi:10.1126/science.331.6015.270.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H