Hai, para freshgaduate? Gimana kabarnya? Lelah ya? Sama...wkwkwkwk. Penulis bakalan sharing mengenai konflik idealis dan realis dalam diri seorang freshgraduate dan pedoman untuk berproses.Â
Dalam KBBI dijelaskan bahwa idealis adalah orang yang bercita-cita tinggi. Sedangkan realis adalah orang yang dalam tindakan, cara berpikir, dan sebagainya selalu berpegang atau berdasarkan kenyataan.
Bayangan freshgraduate memang tak seindah ketika masih kuliah dan tak seindah yang dibayangkan. Bayangan freshgraduate kala itu yakni menjadi manusia yang bebas. Bebas dari tuntutan kampus, bebas dari tanggungan orang tua, bebas dari tugas-tugas dosen killer, bebas dari tanggungan organisasi dan lain sebagainya. Kesemrawutan dari tugas-tugas kampus dan organisasi itulah hal yang menyenangkan dari fase 'belajar'.
Akan tetapi, perlu diingat bahwa semakin bebas manusia akan semakin besar pula tanggung jawabnya. Dengan menjadi manusia bebas, maka akan memilih sendiri jalan hidupnya, menentukan sendiri bagaimana proses yang akan ditempuh, menentukan sendiri hal-hal untuk masa depan, menentukan aturan-aturan maupun prinsip dalam hidup, dan banyak lagi. Tentu hal ini lebih sulit daripada sekedar menjadi mahasiswa dengan mengikuti semua aturan yang telah dibuat oleh instansi dan orang tua, bukan?
Nah, setelah menjadi freshgraduate akan dihadapkan dengan bentrokan diri sendiri yakni antara menjadi idealis, realis, atau keduanya. Sehingga terkadang bentrokan-bentrokan batin dan pikiran akan menyebabkan lelah secara fisik maupun psikis. Seolah-olah terdapat 2 orang dalam tubuh yang saling berbicara dan saling beradu argumen. Yaah, penulis juga pernah mengalami hal semacam itu, berkutat antara menjadi idealis, realis, atau keduanya. Apalagi masih freshgraduate, pikiran idealisnya masih sangat kental. Well, itu wajar dan normal.
Sikap idealis yang masih tertanam dalam pikiran freshgraduate seharusnya diimbangi dengan sikap realis. Idealisme tetap dibutuhkan sebagai pemacu dalam proses yang dituju, pun realisme dibutuhkan sebagai bahan pertimbangan dan untuk membuat trik-trik jalan yang akan ditempuh. Sehingga, idealisme dan realisme dalam diri manusia saling berkolaborasi untuk mencapai titik yang diharapkan.
Tapi yang perlu digaris bawahi adalah "yok cepat sadar dan harus segera berproses setelah menjadi freshgraduate." Jangan berprinsip, "saya masih umur 22/23 tahun jadi ya santai aja lah."Â
Kalimat tersebut dapat dikatakan ketika telah berhasil mencapai proses yang dituju dan akan melanjutkan proses selanjutnya dengan pertimbangan yang sangat matang. Belum saatnya freshgraduate berprinsip demikian, justru karena usia masih muda, mari berproses bersama meski akan ada banyak hambatan, rintangan, bahkan kegagalan.
Prinsip yang harus tertanam adalah, "jangan menyerah", ya namanya juga berproses, mana ada sih berproses itu mudah dan gampang apalagi instan. Berproses memang dari nol dan membutuhkan kesabaran, kalau maunya instan, yaudah daftar kerja yang tidak membutuhkan kualifikasi tertentu sama sekali dan semua orang mudah mendapatkan. Apakah ada?
Berikut panduan freshgraduate untuk mengatasi konflik diri antara idealis dan realis, btw ini rangkuman dari pengalaman-pengalaman penulis yang tentunya terjadi karena Izin Allah SWT:
- Pahami apa yang menjadi idealisme dan realisme dalam hidup
Di tahap ini merupakan tahap merenung. Namun, jangan terlalu lama merenungnya. Tulis catatan, apa yang ingin dicapai dan bentrokkan dengan fakta-fakta dalam hidup. Setelah melakukan itu, maka sudah paham dengan apa yang ingin dicapai dan bagaimana realitanya.
- Temukan solusi pemecahan atau jalan tengah
Contoh: hal yang ingin dicapai adalah menjadi peneliti. Maka, hal yang ditempuh yakni melanjutkan studi S2. Akan tetapi, untuk S2 membutuhkan uang. Sedangkan, finansial tidak mencukupi. Jadi solusinya? Daftar beasiswa, bekerja terlebih dahulu, atau bahkan keduanya. Jangan lupa untuk membuat rencana cadangan jika rencana pertama tidak berjalan lancar.
- Ciptakan peluang-peluang yang ada
Sebenarnya nama lain dari menciptakan peluang adalah jalan untuk menjemput rezeki. Tentu saja, peluang/rezeki dijemput dengan bergerak, bukan mager atau diam saja. Manusia hanya perlu untuk berikhtiar dengan versi terbaik masing-masing individu. Suatu usaha harus dilakukan dengan maksimal dan sebaik mungkin dengan trik-trik tetentu.
Contoh: rencana utama adalah mendaftar beasiswa pascasarjana. Maka, perluas jaringan relasi awardee, perbanyak link beasiswa, aktif mengikuti seminar persiapan beasiswa, mempersiapkan TOEFL/IELTS, mentoring dengan para awardee, mengikuti internship program, menulis jurnal atau tulisan yang dapat menunjang CV dan lain sebagainya. Ingat, beasiswa tidak akan turun seperti durian runtuh, akan tetapi diusahakan dengan semaksimal mungkin.
Jika rencana utama/sampingan adalah bekerja, maka terdapat trik-trik untuk menciptakan peluang tersebut:
- Mengikuti magang/internship program yang sesuai dengan passion jurusan. Dengan begitu akan menambah relasi serta menambah pengalaman dan memperdalam skill.Â
Contoh: penulis adalah mahasiswa hukum, maka penulis akan magang di sebuah LBH/Law Firm/Legal Officer. Dengan asumsi, "jika kinerjaku bagus, barangkali rezeki akan diangkat sebagai pegawai, toh kalau tidak maka saya telah mendapat ilmu dan pengalamannya." Tapi ingat, semua butuh proses tidak ada yang instan.
- Mendaftar kerja yang sesuai passion diri sendiri. Contoh: saya anak hukum, tetapi passion saya di mengajar dan menulis. Maka, saya akan mendaftar sebagai guru atau jurnalis.Â
Jika menjadi guru, usahakan di instansi yang tidak mensyaratkan sarjana pendidikan dan karir akan tetap naik meskipun tidak menjadi PNS. Ada? Ada kok instansi swasta yang begitu, browsing aja wkwkw.
- Mencari pekerjaan sampingan dikarenakan untuk mewujudkan sesuatu yang ingin dicapai. Misal: ingin mengambil pendidikan pengacara, akan tetapi terhambat finansial. Maka, pekerjaan sampingan yang dicari adalah pekerjaan yang tanpa kontrak beberapa tahun lamanya dan yang tidak mensyaratkan menahan ijazah asli S1. Karena memang terdapat beberapa lembaga yang mensyaratkan penahanan ijazah asli untuk bekerja di lembaga tersebut.
- Ambil kesempatan yang ada
Jika saat itu terdapat rekruitmen pegawai pada perusahaan-perusahaan dan instansi-instansi pemerintahan seperti CPNS, maka ambil kesempatan itu dengan mendaftar. Setidaknya, dengan mendaftar, maka telah memunculkan kesempatan dan peluang baru.Â
Sebuah pepatah mengatakan ,"jika telah mengambil suatu jalan, bukan berarti jalan lain telah tertutup." Semisal penulis diterima bekerja sebagai pegawai tetap di instansi pemerintahan, maka bukan berarti keinginan untuk melanjutkan kuliah tidak dapat dicapai. Justru muncul peluang-peluang baru untuk melanjutkan kuliah.
- Poin penting yakni berdoa
Berdoa sebagai tanda bahwa manusia memang lemah dan sangat membutuhkan bantuan Tuhan di setiap langkah. Berdoa dengan pengakuan bahwa manusia banyak lalai untuk berterimakasih kepada Tuhan atas nikmat sehat sehingga dapat berproses. Berdoa dengan menyandarkan semua hasil ikhtiar terbaiknya kepada Tuhan.
Semesta akan tetap berjalan dengan kita diam atau bergerak. Sikap idealis memang sangat diperlukan. Akan tetapi, imbangkan dengan sikap realis. Jangan berkutat pada idealis yang akhirnya akan membuang waktu untuk terus berkembang atau meniti karir di waktu muda.Â
Ciptakan peluang dan ambil setiap kesempatan. Maka, hal tersebut dapat memperluas pengalaman, relasi, dan ilmu. Jangan hanya diam, diam tidak akan merubah apapun dalam hidup.Â
Hal yang besar dicapai dengan usaha yang besar, penuh resiko, dan sulit pula. Berbeda halnya jika menginginkan suatu hal yang kecil, maka tidak perlu mengeluarkan banyak usaha dan hal yang dilakukan adalah hal mudah. Jadi, silahkan memilih untuk menggapai suatu hal yang besar atau suatu hal yang kecil dalam hidup anda.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H