Mohon tunggu...
Hilmi Inaya
Hilmi Inaya Mohon Tunggu... Penulis - connect with me: hilmiinaya4@gmail.com

Write what do you want, what do you think, what do you feel, and enjoy it

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menemukan Identitas Perempuan dalam Ideologi Gender

18 Februari 2021   10:30 Diperbarui: 24 Februari 2021   08:28 428
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://shintajuliana.com/polemik-ibu-rumah-tangga-vs-wanita-karir/

Ideologi gender yang telah tertanam kuat pada diri laki-laki dan perempuan telah menghambat proses perkembangan diri perempuan untuk menemukan identitasnya. Ketidakpercayaan laki-laki dan perempuan atas potensi yang dimiliki sebagai akibat pembagian peran dalam ideologi gender.  Selain itu, pengotakan antara komunitas laki-laki dan perempuan dalam suatu organisasi juga menjadi salah satu penyebabnya.

Dalam kaitannya dengan jenis kelamin, masih terjadi perdebatan antara teori nature dan teori nurture. Teori nature menjelaskan bahwa perbedaan psikologis wanita dan pria disebabkan oleh faktor biologis. Sedangkan teori nurture mengungkapkan bahwa perbedaan psikologis pria dan wanita dipengaruhi oleh proses belajar dan lingkungan. 

Pada buku psikologi remaja yang telah penulis baca, terdapat teori yang mengatakan bahwa teori nature dan nurture saling berhubungan. Artinya, perbedaan psikologis pria dan wanita disebabkan perbedaan biologisnya kemudian di back-up oleh pengalaman-pengalaman dan proses hidup.

Manusia sejak lahir telah memiliki identitas yang dibuat oleh orang tua. Proses belajar menjadi sarana bagi manusia untuk membedakan sifat laki-laki dan perempuan. Dalam buku Sejarah Penindasan Wanita karya Qasim Amin disebutkan bahwa institusi keluargalah yang menyebabkan adanya penindasan wanita. Pembagian peran antara laki-laki dan perempuan turut mewarnai hal tersebut, laki-laki yang berburu dan perempuan dalam sektor domestik. 

Hal ini sama halnya dengan penjelasan dalam buku Dinamika Gerakan Perempuan Indonesia yang menyatakan bahwa dari proses kehidupan, manusia mengaitkan hal itu dengan fungsi dasar dan kesesuaian pekerjaan. 

Dari proses pengalaman tersebut, muncullah teori gender yang dijadikan landasan berpikir dan falsafah hidup, seingga menjelma menjadi ideologi gender. Ideologi gender itulah hingga sekarang masih eksis dan tertancap dalam pikiran semua orang bahkan kalangan akademisi sekalipun.

Ideologi gender merupakan dasar berpikir yang membedakan manusia berdasarkan kepantasannya. Tentu saja hal ini akan merugikan perempuan dengan tidak berkembangnya potensi yang mereka miliki, bahkan juga merugikan laki-laki dengan pernyataan "laki-laki tidak boleh menangis dan harus selalu kuat". 

Dengan kata lain, ideologi menciptakan kotak untuk laki-laki dan kotak untuk perempuan sesuai dengan pengalaman yang diolehnya. Hal ini pula yang merangsang dalam diri seorang manusia bahwa gak ilok (tidak pantas) perempuan bekerja di sektor publik. Sehingga ideologi ini terus ada dalam ingatan manusia dan dikunci erat-erat dan dianggap buruk jika berusaha keluar dari pengotakan tersebut.

Di abad 21 ini, banyak sekali yang telah menyuarakan emansipasi perempuan melalui  kajian-kajian gender dan feminism. Tentu saja, teori sangat mudah didapat hanya dengan membaca buku-buku atau tulisan tentang gender dan gerakan perempuan Indonesia. 

Akan tetapi menjadi sulit dalam aspek pengaplikasiannya di kehidupan sehari-hari. Banyak orang yang alergi dengan bahasa feminism, emansipasi perempuan, identitas perempuan dan gender. Tak hanya laki-laki, bahkan perempuan pun menganggap topik tersebut sebagai sesuatu yang terlalu liberal dan negatif.

Emansipasi perempuan dianggap membahas tentang perempuan yang harus sama dengan laki-laki dalam berbagai hal atau bahkan perempuan harus melebihi laki-laki. Padahal sama sekali tidak benar. Apabila berasumsi seperti itu, maka secara tidak langsung telah menempatkan laki-laki sebagai patokan dalam berkembangnya potensi seseorang. 

Emansipasi perempuan adalah kebebasan dalam menentukan pilihan, emansipasi perempuan merupakan jalan bagi perempuan untuk menemukan identitas masing-masing. Perempuan boleh saja mengambil keputusan untuk menjadi  perempuan karir pun boleh saja menjadi bekerja di sektor domestik dengan tanpa adanya paksaan dari pihak lain. 

Kebebasan dalam memilih adalah jalan bagi perempuan untuk menemukan identitas dalam eksistensinya di dunia ini. Lantas, apakah bekerja di sektor domestik merupakan sesuatu yang konyol? Tentu saja tidak. 

Setiap orang diciptakan berbeda dan mempunyai potensi masing-masing, yang tentunya setiap pilihan akan ada beban dan resiko masing-masing. Kebebasan memilihlah yang harus tertanam dalam diri perempuan. Identitas perempuan dapat ditemukan dengan menjadi diri sendiri senyaman-nyamannya tanpa intervensi  ideologi gender. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun