Mohon tunggu...
Hilmy Azmi
Hilmy Azmi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Keren

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Nasib Orangutan Sang Raja Hutan Hujan

10 Mei 2022   02:51 Diperbarui: 10 Mei 2022   02:55 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Indonesia Lestari. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kita hidup di dunia yang beraneka ragam, tidak hanya dalam agama, ras, atau budaya tetapi alamnya itu sendiri, terutama hewan. Dalam dua dekade terakhir ditemukan ada lebih dari 2.000 spesies baru di Asia Tenggara.

Namun kita tidak akan berbicara tentang setiap spesies di Asia Tenggara, tetapi kita akan menemukan fakta tentang Orangutan, hewan arboreal terbesar. Dengan bulu merah, lengan kuat, dan kecerdasan tinggi yang menjadikan mereka sebagai raja hutan hujan Kalimantan dan Sumatera.

Tapi takhta itu tidak abadi. Skenario menyedihkan telah terjadi selama bertahun-tahun yang dimana tempat mereka untuk tidur, makan, bersosialisasi, dan bersenang-senang dihancurkan.

Menurut Greenpeace, hanya tersisa 25,5 juta hektar hutan hujan di Kalimantan sendiri pada 2010. Sepertinya jumlah yang besar, bukan?

Tapi tahukah Anda bahwa Kalimantan awalnya memiliki 40,8 juta hektar hutan hujan pada tahun 1950, sehingga Kalimantan kehilangan lebih dari 40% hutan hujannya hanya dalam waktu enam puluh tahun.

Tapi itu bukan akhir, karena setiap hari sekitar 673 hektar pohon dan alam telah ditebang oleh beberapa orang yang tidak bertanggung jawab seperti perusahaan kelapa sawit dan perusahaan pertambangan batu bara.

Berkurangnya hutan hujan merupakan ancaman terbesar bagi beberapa hewan endemik seperti Orangutan. Hewan itu menjadi langka hanya dalam waktu kurang dari dua dekade. 

Kehilangan tempat tinggal membuat kelangkaan makanan bagi mereka dan juga meningkatkan tingkat kemungkinan mereka bertemu dengan pemburu.

"Tidak perlu menyelam ke dalam hutan untuk menemukan Orangutan, karena mereka keluar dari habitatnya yang rusak. Itulah mengapa kita perlu melindunginya." ujar Ian Singleton, Direktur Program Konservasi Orangutan Sumatera di sela-sela pemberangkatan pelepasliaran Orangutan di kantor Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI, di Jakarta, (9/2/2016).

96,4 persen gen mereka mirip dengan kita, manusia, yang menjadi penjahat dalam skenario pembakaran hutan, pembalakan liar, dan tentu saja perusakan lahan. Sedih bukan? Tapi ini adalah fakta. 

Kita, manusia bertanggung jawab atas ribuan hektar tempat tinggal mereka. Dan menurut hasil PHVA tahun 2016 hanya tersisa 71.820 Orangutan di Sumatera dan Kalimantan (Kalimantan, Sabah, dan Sarawak) di dalam 18.169.200 hektar habitatnya.

 Tapi kabar baiknya, pemerintah Indonesia serius menangani kasus ini, mereka akan menemukan dan menghukum pelaku pembakaran dan perusakan habitat Orangutan. 

Sebagai penduduk negara Indonesia yang baik, kita harus mendukung mereka untuk menyelamatkan Orangutan, tidak perlu melompat ke hutan untuk melawan pemburu, tetapi kita dapat membantu mereka dengan memberikan sumbangan atau memberikan pendidikan kepada orang lain yang sekarang tidak tahu apa-apa tentang kebenaran kehidupan Orangutan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun