Laut kini mulain surut, angin  pun berhembus lembut menyapa beberapa bulu di tangan disertai dengan goyangan lembut pohon kelapa sore itu.
Aku masih disini, semenjak kopi terakhir yang kau hidangkan. Aku masih duduk di kursi yang sama mengenang kopi yang tak habis dirundung senja. Aku masih disini berharap kau berpaling dan mengejarku. Tapi nyatanya ?
Semua yang ku harapkan pupus,
"kamu tau gak kenapa aku suka senja?" ucapmu kala itu.
"karena senja menandakan keindahan dan kehangatan," jawabku.
"hehe, kok kamu tau?" ucap mu dengan pipi merona layaknya permaisuri.
"iyaa, aku ingin seperti senja. Yang selalu kau kagumi dan memberikan kehangatan bagimu," ucapku sambil menyeruput kopi.
"ciee,,,mulai bisa nggombal ya." Jawabnmu dengan setengah tersenyum.
Iyaa aku masih ingat percakapan ini, percakapan yang tidak akan pernah aku lupakan. Dimana aku labuhkan harapkanku ke dermaga penuh kenestapaan. Harusnya aku tak berharap menjadi senja milikmu. Ya, seharusnya tidak.
Aku sadar betapa indah senja itu, betapa hangatnya ia. Tapi aku lupa....kehangatan dan keindahanya hanya untuk dinikmati dan bukan dimiliki.