Mohon tunggu...
Hilmi TaufiqulMutohar
Hilmi TaufiqulMutohar Mohon Tunggu... Penulis - pria asal negri sejuta warung kopi

gak suka makanan pedas

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cinta Seorang Santri

28 Mei 2024   15:52 Diperbarui: 28 Mei 2024   16:01 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"heheh.....bisa aja kamu Jah...gak lagi deh janji, aku duluan ya" jawab Warda meninggalkan Najah, terlihat semburat warna merah menghiasi pipi salah satu primadona santri putra itu.

Ya, Najah namanya perempuan berkulit putih kelahiran Jawa tersebut adalah perempuan yang sering dilihat oleh Taufiq, perempuan yang memiliki tinggi badan 158 m tersebut adalah salah satu khadimah dari Kiai Munir.

Ia pun lantas membawa nampan berisi teh hangat dan gorengan bersama dengan teman satu kamarnya di rumah Kiai Munir, untuk di berikan kepada santri putra yang sedang membuat Ogoh-ogoh.

"Kang, maaf ini ada teh sama gorengan dari Bu Nyai...," ucap Najah.

"oh, iya Mbak," ucap Taufiq terhenti.

Ya wajah itu, wajah yang sering ia nantikan kehadirannya, tidak salah lagi ini adalah perempuan yang selalu ia tunggu untuk keluar setiap sabtu sore, pakaian coklat itu meskipun bukan satu satunya yang Taufiq lihat untuk ia kenakan tapi bisa menambah meyakinkannya akan perempuan yang selama ini ia cari.

Ke empat manik indah itu pun saling beradu, desiran hangat menjalar ke seluruh tubuh, deguban jantung berdetak kencang tak seperti biasanya, Ingin sekali ku bantu perempuan itu, agar ia tak usah berjalan lebih jauh lagi dengan nampan berisi gorengan, tapi apalah daya untuk sekedar mengatakan "taruh saja di meja itu" Taufiq pun tak sanggup. Memang tidak lama untuk saling bertatapan akan tetapi mampu menarik seluruh alam sadar Taufiq terbelenggu dalam desiran asmara.

"Taruh disitu saja Mbak," ucap Anwar.

Lamunan Taufiq pun pecah, suara Anwar menariknya kembali ke dunia nyata, demi waktu andaikan dapat di putar dan disimpan sungguh Taufiq ingin menyimpannya, tapi apalah daya waktu dan kesempatan adalah hal paling terbaik yang Allah berikan untuk hambanya secara cuma-cuma dan tidak akan di berikan kembali.

"oh ya, kang terimakasih," jawab Najah seraya meninggalkan kedua santri pria tersebut.

Taufiq pun melihat punggung itu pergi, diikuti dengan Putri teman Najah yang masih heran dengan Taufiq yang tiba-tiba terhenti kata-katanya ketika melihat mereka berdua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun