Mohon tunggu...
Hilmi Lukman Baskoro
Hilmi Lukman Baskoro Mohon Tunggu... Jurnalis - Mahasiswa Sastra Indonesia Universitas Jember

Menulis topik mengenai sastra dan kebudayaan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bagaimana NU, Muhammadiyah, dan LDII di Desa Bercak Berdampingan dengan Rukun?

16 Agustus 2023   13:59 Diperbarui: 16 Agustus 2023   14:23 2101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://pixabay.com/id/users/clker-free-vector-images-3736/

Kemungkinannya, keberadaan Muhammadiyah di Desa Bercak selaras dengan keberadaan NU. Bapak Riwi pun mengaku tidak terlalu mengetahui proses awal pembentukan Muhammadiyah di Bercak, karena pada prinsipnya, dia meneruskan kepengurusan sebelumnya yang sudah ada. 

Sejarah LDII sedikit lebih jelas. LDII membentuk cabangnya pertama kali di Kecamatan Cermee, terutama Desa Bercak pada tahun 1993, menurut keterangan dari Bapak Jupri, sekretaris Cabang LDII Kecamatan Cermee periode 2023. Jadi, LDII Cermee telah eksis selama 30 tahun di Bercak. 

Saat pendirian LDII Cermee, terdapat tiga orang yang paling getol berjuang, yakni Bapak Karyat, Bapak Jupri, dan Bapak Harto. Bapak Karyat kemudian menjadi pimpinan LDII Kecamatan Cermee, sedangkan Bapak Harto memimpin LDII Desa Bercak. Saat ini, Bapak Harto telah naik menjadi pimpinan di LDII Kecamatan Cermee.  

Bagaimana Reaksi Masyarakat dan Seperti Apa Bentuk Relasinya dengan Ormas? 

Banyaknya masyarakat Bercak yang menjadi anggota NU merupakan indikasi betapa baiknya sambutan masyarakat terhadap NU. Namun, hal ini tidak cukup jika dijadikan bukti. Di dalam NU, kemanusiaan adalah nomor satu, kata Bapak Sis Suudi. Prinsip kemanusiaan inilah alasan utamanya. Kemanusiaan menjadi tonggak awal pergerakan dan diterimanya NU secara terbuka. 

"Dalam ranah sosial, tentu saja baik," kata Bapak Sis saat ditanya bagaimana hubungan NU dengan dua ormas lainnya. Beliau menjelaskan bahwa yang menjadi perekat antarormas justru kemanusiaan, bukan aspek keagamaan, yang notabene menjadi orientasi ormas. Namun, bukan berarti hubungan antarormas sama sekali tidak menyentuh persoalan agama. Justru ketiganya "mencari kesamaan di tengah perbedaan." Karena bagaimanapun, ketiganya berada dalam tubuh Islam. 

Apakah yang Muhammadiyah alami kemudian serupa dengan NU? "Karena fanatiknya kuat, tanggapan orang Bercak terhadap kebiasaan Muhammadiyah masih agak kaget," jawab Bapak Riwi. 

Seluruh masyarakat Desa Bercak merupakan masyarakat Suku Madura. Fanatisme masyarakat Madura membuat Islam di kalangannya menjadi sebuah gaya hidup dan kebudayaan. Maka, tidak mengherankan apabila fanatisme NU pun juga tinggi. 

Oleh karena itu, selaras dengan perkataan Bapak Riwi, tanggapan masyarakat Bercak terhadap Muhammadiyah sedikit kaget, bahkan dapat dikatakan cenderung sinis. 

Namun, seturut pemahaman yang lebih baik terhadap Muhammadiyah, masyarakat mulai merespon bagus dan menerima Muhammadiyah sebagai bagian dari komunitas masyarakat Bercak. Respon dan penerimaan ini mengantarkan ketiga ormas tersebut kepada kerukunan. 

Yang terjadi pada LDII justru lebih parah. Masyarakat Desa Bercak sangat terkejut dengan kehadiran LDII. Hal ini terbukti dengan beberapa "omongan miring" tentang LDII, ujar Bapak Jupri. Bahkan, menurut salah satu masyarakat Bercak, LDII pernah dianggap bukan Islam.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun