Mohon tunggu...
Hilmannuraziz RBP
Hilmannuraziz RBP Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Bismillah

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Di Balik Nomor Satu, Terdapat Motif Tertentu

23 April 2020   09:05 Diperbarui: 25 April 2020   21:35 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selain masalah nomor satu, pada detik ke-8, iklan ini mengatakan bahwa komposisi yang terkandung dalam produk adalah air dengan campuran "rasa yogurt alami".

Penggunaan kata "alami" memiliki arti yang sama dengan kata "murni" yang dilarang untuk disematkan dalam iklan. Peraturan ini dinyatakan dalam EPI, pasal 1.2.3 (A). Bukti bahwa mereka nomor satu dan memiliki rasa yogurt alami tidak ditampilkan dalam iklan 15 detik tersebut.

Konsumen adalah pihak yang berhak mengetahui kebenaran suatu produk. Sehingga ketika iklan membuat pernyataan yang membuat konsumen salah mengartikan atau menyimpulkan suatu produk, dianggap menipu walaupun mereka tidak memiliki motif untuk menipu (Junaedi, 2019:130).

Dari kutipan ini, iklan yang dikumpulkan penulis mungkin memang memiliki kelebihan yang mereka banggakan. Namun, tidak ada yang memiliki bukti nyata apakah itu sesuai dengan apa yang mereka sampaikan atau itu hanya gimmick semata.

Penggunaan kata-kata superlatif memang dilarang, tetapi beberapa kata yang disampaikan dalam iklan Smartfren #UnlimitedTanpaTapi memiliki makna yang merendahkan pesaing lain.

screenshot pribadi
screenshot pribadi
Beberapa kali Smartfren secara tidak langsung menceritakan beberapa kekurangan dari kompetitor lain. Penonton harus memperhatikan dengan cermat ketika melihat iklan ini.

Iklan Smartfren ini sedikit mengisolasi pesaing dengan gaya dan bahasa mereka, sehingga tampak diproses seperti parodi dan "menertawakan" produk pesaing. Strategi ini membuat penulis berasumsi bahwa Smartfren adalah produk terbaik.

Demi kepentingan konsumen maka diperlukan pembatasan-pembatasan secara hukum terhadap pemberian informasi melalui iklan.

Dalam kasus ini yang menjadi sangatlah penting untuk diperhatikan oleh praktisi periklanan adalah bahwa segala informasi itu harus benar, jujur, apa adanya, atau sesuai dengan kenyataan sebab mendapatkan informasi yang benar dan jujur adalah hak konsumen (Hasudungan & Bambang Eko Turisno, 2016:6).

Tidak sedikit pengiklan membuat iklan yang melewati aturan dan etika yang sudah ada demi menghasilkan sebuah kreativitas untuk menarik minat calon pembeli.

Meskipun tantangan dunia periklanan saat ini sangat kompetitif. Pengiklan harus membuat iklan yang dapat menarik banyak konsumen atau pembeli, tetapi dengan cara yang lebih "aman", tentu saja. Mungkin desain iklan yang diproses lebih menarik atau dengan gaya lain. Insyaallah, manusia akan datang secara alami jika Tuhan menghendaki.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun