Mohon tunggu...
Hilman Taris
Hilman Taris Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

Hobi berkeliling kota surabaya

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Dokter Hewan Di Garda Depan : Program Makan Bergizi Gratis (MBG) Menuju Indonesia Sehat

23 Desember 2024   16:39 Diperbarui: 23 Desember 2024   16:39 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Masalah gizi buruk menjadi sebuah tantangan besar bagi masyarakat Indonesia khususnya daerah-daerah terpencil yang masih sulit untuk mengakses makanan bergizi secara teratur. Oleh sebab itu, kebijakan "Makan Bergizi Gratis" yang merupakan sebuah inisiatif pemerintah patut diapresiasi. Program ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas gizi masyarakat, terutama bagi kelompok rentan yaitu anak-anak, ibu hamil dan menyusui serta para lansia. Total jumlah orang yang akan mendapat makan siang dan bantuan gizi gratis diperkirakan kurang lebih 82,9 juta orang. Penerima akan mendapatkan bantuan gizi berupa makan dan susu gratis. Tentu saja program ini melibatkan banyak pihak mulai dari sekolah, petani, peternak, transporter, ahli gizi, dan pemerintah daerah. Dengan demikian, bila program ini tepat sasaran, maka tidak hanya meningkatkan kesehatan masyarakat, tetapi juga menjadi motor penggerak bagi perekonomian nasional khususnya dalam sektor pertanian dan peternakan.

Salah satu langkah cepat pemerintah untuk mendukung program makan bergizi gratis ialah melakukan persiapan impor sapi perah hingga tahun 2029  dari berbagai negara termasuk Brazil dan India guna mendukung ketersediaan susu dan daging. Kebijakan pemerintah yang membuka keran impor khususnya sapi Brazil dan India tersebut, menuai beragam tanggapan terutama dari kalangan dokter hewan. Kekhawatiran utama yang disuarakan oleh para dokter hewan adalah potensi masuknya penyakit hewan menular seperti Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) dari Brazil. Penyakit ini tidak hanya berdampak pada produktivitas peternakan, tetapi juga dapat menular pada manusia dan menyebabkan berbagai masalah kesehatan. Kasus PMK yang terjadi pada 28 April 2022 menyerang 402 sapi potong di Gresik, kemudian menyebar di banyak wilayah Indonesia melenyapkan harapan status swasembada daging sapi 2026 dan berandang ternak Asia 2045. Penyebab munculnya kembali PMK di Indonesia adalah kebijakan yang tertuang pada PP No 4/2016 menetapkan bahwa impor ternak dan hasil ternak berbasis wilayah "based zone" menjadikan daging sapi asal India menjadi legal, padahal India merupakan negara dengan status belum bebas PMK dan tidak memiliki zona. Oleh karena itu, impor sapi dari Brasil dan India dimungkinkan mempunyai potensi menimbulkan dampak yang sangat luas.

Berkaca dari kejadian luar biasa PMK pada akhir April 2022, Indonesia tidak lagi sebagai negara yang bebas PMK tanpa vaksinasi. Dengan demikian, sebagai garda terdepan dalam menjaga kesehatan hewan dan manusia, dokter hewan memiliki peran penting memastikan bahwa impor tersebut tidak membawa dampak negatif terhadap kesehatan masyarakat. Fungsi utama dokter hewan dalam hal ini adalah pencegahan dan pengendalian penyakit "zoonosis" melalui vaksinasi, pemeriksaan rutin dan edukasi pada masyarakat. Dengan dukungan pemerintah dan masyarakat, upaya dokter hewan dapat mencegah masuknya penyakit hewan menular dan melindungi kesehatan masyarakat Indonesia.

Tantangan Program Makan Bergizi Gratis (MBG)

            Program makan bergizi gratis memerlukan pasokan protein yang tinggi. Salah satu kebutuhan tersebut adalah susu dan daging. Data dari Badan Pusat Statistik menunjukkan konsumsi susu di Indonesia terus meningkat, sementara produksi domestik tidak mampu mengimbanginya. Kesenjangan antara kebutuhan dan produksi susu memaksa pemerintah mengimpor ternak sapi perah terutama untuk program Makan Bergizi Gratis (MBG). Namun, pemerintah juga perlu menyeimbangkan antara kebutuhan susu nasional dengan melindungi industri susu lokal agar dapat mandiri. Oleh karena itu dibutuhkan kontribusi dokter hewan dalam menjalankan prioritas program-program pemerintah untuk memperkuat peternakan lokal, seperti imseminasi buatan dan restocking sapi perah guna meningkatkan populasi dan produktivitas sapi perah di masa depan.

            Dalam program Makan Gratis Bergizi, belakangan ini muncul pula alternatif penggunaan "susu ikan" sebagai solusi sementara memenuhi kebutuhan susu dalam negeri. Meskipun tidak dapat dikatakan bahwa "susu ikan" tersebut merupakan murni susu, karena diproduksi dari ekstrak atau hidrolisat protein ikan, yang diolah dari ikan-ikan murah seperti ikan tongkol dan tuna. Ikan-ikan tersebut banyak mengandung Docosahexaenoic Acid (DHA) Eicosapentaenoic Acid (EPA) serta Omega-3 yang tinggi, bebas allergen dan mudah dicerna tubuh karena memiliki tingkat protein 96%. Namun, langkah ini belum sepenuhnya menyelesaikan masalah karena industri perikanan di Indonesia masih perlu beradaptasi dengan teknologi pengolahan yang canggih agar mampu menghadapi tantangan dalam produksi massal dan permintaan domestik secara efektif.

Peran Spesifik Dokter Hewan dalam Program Makan Bergizi Gratis (MBG)

Peran dokter hewan dalam program makan bergizi gratis sangatlah krusial. Dokter hewan  bertanggungjawab dalam menjaga keamanan pangan dengan melakukan pemeriksaan kesehatan hewan secara berkala pada ternak yang menjadi sumber bahan pangan. Banyak makanan yang merupakan sumber protein dan nutrisi penting bagi pertumbuhan anak berasal dari hewan, mulai dari daging, telur, susu dan produk olahan lainnya. Di sisi ini peran dokter hewan untuk menyediakan pangan asal ternak, dengan memastikan keamanan dan kualitas pangan. Dokter hewan harus mampu menjadi polisi veteriner dalam pengadaan pangan tersebut mulai dari hulu ke hilir, bahkan sampai dikonsumsi konsumen. Hal ini bertujuan untuk memastikan hewan tersebut bebas dari penyakit yang dapat menular pada manusia. Dokter hewan bertugas mengawasi dari proses pemotongan hingga memastikan bahwa daging yang dihasilkan memenuhi standarisasi pangan, dan mencegah kontaminasi silang antara produk hewani dan produk lainnya selama proses pengolahan makanan. Dengan pengawasan yang baik, masyarakat akan mendapat perlindungan dalam mengonsumsi makanan yang berkualitas, sehat dan aman.

Dokter hewan juga berperan dalam menjamin kualitas nutrisi produk hewani melalui analisis kandungan gizi dan pengembangan produk olahan yang bergizi. Salah satu contoh terkait kondisi iklim negara Indonesia yang cenderung lembab, memudahkan bahan pangan asal hewan mengalami kerusakan. Kondisi ini menyebabkan risiko tinggi menjadi media perkembangbiakan organisme berbahaya. Oleh sebab itu, dokter hewan harus dapat memastikan bahwa produk yang dikosumsi masyarakat memenuhi standar ASUH (Aman, Sehat, Utuh dan Halal). Melalui edukasi pada masyarakat dan penelitian untuk mengembangkan vaksin serta obat-obatan, dokter hewan berkontribusi dalam meningkatkan kualitas gizi anak-anak, mencegah penyakit menular, dan mendukung pertanian berkelanjutan.

Namun berbagai upaya yang dilakukan masih menghadapi berbagai tantangan mulai dari keterbatasan sumber daya, kurangnya kesadaran masyarakat dan regulasi yang belum optimal. Untuk mengatasi tantangan tersebut, diperlukan kolaborasi lintas sektor yang lebih erat misalnya antara dokter hewan, ahli gizi, peternak, pemerintah  serta peningkatan kapasitas sumber daya manusia. Solusi jangka panjangnya, selain peningkatan kapasitas sumber daya manusia, perlu dilakukan sosialisasi yang lebih intensif dan penyempurnaan regulasi.

Tantangan dan peluang bagi dokter hewan adalah kesiapan posisi dokter hewan sebagai veteriner untuk menduduki posisi strategis yakni pengambil kebijakan. Dokter hewan harus mampu bertindak sebagai 'agent of change' agen perubahan, mampu memahami legislasi veteriner dengan baik, serta mampu mengangkat eksistensi profesi dokter hewan dalam kancah global. Dengan demikian, keterlibatan aktif dokter hewan dapat menjadi kunci keberhasilan program makan bergizi gratis dalam mewujudkan Indonesia yang lebih sehat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun