Sehingga, apabila anak-anak yang memutuskan melanjut studi (Kuliah) di Semarang memang bagus, karena selain kota yang terbilang sangat bagus.
Di satu sisi, dengan biaya hidup yang terjangkau, pasti tidak mengeluarkan biaya yang tidak begitu besar untuk tinggal di Semarang bagi anak-anak Mahasiswa.
Sebab, untuk makanan sehari-hari di Semarang sangat murah, terlebih untuk biaya kos-kosan.
***
Malam itu, selain berbagi kisah di kota Semarang, saya bergurau kepada kawan saya, bahwa pada 2018 lalu, saat kami keliling kota Semarang dengan kendaraan roda dua.
Tapi, di tahun 2024 ini, kawan saya tampil beda, lantaran dia telah memiliki mobil Ayla, walaupun bukan milik pribadi. Tapi, sebagai anak pensiunan pegawai bank Jateng ia mulai terlihat makin istimewa.
Terlebih, sudah punya rumah sendiri, sehinga, ia meminta jika kalau ke Semarang, tak perlu nginap di Hotel, karena rumah barunya sangat dekat dengan Bandar Udara Ahmad Yani Semarang.
Malam itu, setelah kembali ke Hotel, tiba-tiba mendapat pesan WhatsApp, dari seorang kawan yang bekerja di kantor Gunernur Jateng.
Kawan yang satu ini, merupakan staf di Humas Jateng yang kerap mendampingi Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo saat melakukan kunjungan kerja ke setiap kabupaten dan kota di Jateng.
Malam itu, karena kondisi malam mulai pekat, sehingga janjian untuk ngopi bareng pun urung dilakukan.
Dan, kami sepakati setelah dari acara penutupan AICIS, baru lanjut nongkrong, karena ia juga mendampingi PJ Gubernur Jateng Nana Sudjana mengahadiri kegiatan penutupan AICIS di Hotel Padma Semarang. (*)