Menurut keduanya, dengan bantuan beasiswa memberi kemudahan kepada anak-anak di daerah transmigrasi, sehingga saat terlibat pada kegiatan kepemudaan di kampung halamannya, keduanya mensosialisasi beasiswa transmigrasi, dengan tujuan memantik anak-anak di desa Toliwang untuk melanjutkan studi di IAIN Ternate.
"Harus diakui bahwa masyarakat di daerah transmigrasi rata-rata memiliki orangtua berprofesi sebagai petani, sehingga kami mengedukasi mereka tentang bantuan studi (beasiswa transmigrasi, red) agar nantinya mereka terdorong untuk lanjut studi," tutur Laila.
Selama berada di Ternate, diakui Laili, bahwa mereka berdua tidak begitu tertarik dengan ritme kehidupan anak-anak perkotaan, terlebih pada aspek penampilan yang kerap terlihat stylist dan pintar mix and match pakaian.
Sebab, menurut dia, walaupun hidup di perkotaan, tapi sebagai mahasiswa, yang patut ditunjukkan adalah prestasi bukan tentang penampilan.
"Terkadang, kalau tidak ada tugas kuliah, kami berdua sering berkunjung ke sejumlah taman di pusat kota Ternate, tapi soal penampilan tetap menunjukkan jati diri sebagai seorang muslimah," ujarnya
Keduanya jatuh hati pada profesi guru, memang tak terlepas dari kiprah sang ibunya, lantaran ibunya merupakan guru pada sekolah dasar di kampung halamannya, untuk itu semenjak sejak kecil melihat aktivitas sang ibu di sekolah, memantik keduanya untuk memilih profesi yang sama, demi mengusung impian mencerdaskan anak-anak di daerah transmigrasi.
Walaupun tidak tertarik dengan gaya hidup masyarakat perkotaan, tapi satu hal yang membuat Laili sangat tertarik adalah nuansa pendidikan di kota, untuk itu dia sangat terobsesi jika kelak meraih gelar sarjana, ia akan memilih mengabdikan diri pada lembaga pendidikan di kota.
"Kalau saya sih tertarik menjadi guru di kota, karena menurut saya perkembangan pendidikan di kota jauh berbeda dengan di pedesaan, terlebih didukung oleh fasilitas teknologi yang mendukung proses belajar mengajar," terang Laili.
Laili mengungkapkan, semua tenaga pendidik pada prodi bimbingan dan konseling pendidikan Islam (BKPI), pada setiap aktivitas perkuliahan kerap mendorong mereka untuk meraih sukses, dan tampil menjadi tenaga pendidikan yang profesional untuk mencerdaskan generasi muda.
"Semua tenaga pendidik di prodi BKPI memang tampil menginspirasi kami, tapi satu dosen yang saya dijadikan sebagai teladan adalah dosen psikologi yakni Ibu Zaenab Canu, S.PdI., M.Si," katanya.
Berbeda dengan sang adik Laili, Laila lebih tertarik untuk menjadi tenaga pendidik di kampung halaman. Untuk itu, kata dia, jika telah menuntaskan pendidikannya di IAIN Ternate, ia bakal mengikuti langkah sang ibunya untuk mengabdikan diri di daerah transmigrasi.