"Saya sering diundang untuk menjadi khatib, dan pada bulan ramadan kemarin, saya sering menjadi imam salat Tarawih maupun saat melangsungkan Tahajud berjamaah," tambahnya.
Tentu perjalanan Surya Saputra sebagai mahasiswa berprestasi di IAIN Ternate, praktis menginspirasi mahasiswa di fakultas Ushuluddin dan serta mahasiswa pada fakultas lainnya.
Ia mengaku dengan prestasi akademik yang diraihnya, membuat kedua orangtuanya bangga, lantaran awalnya tidak begitu tertarik melanjutkan studi ke perguruan tinggi, namun setelah menyanggupi dorangan orangtua, kini ia respon dengan prestasi yang menghadirkan senyum kebahagiaan di wajah orang yang ia sayangi.
Prestasi yang diraih Surya Saputra, tak jauh berbeda dengan Juraida Slamet, Perempuan kelahiran Tidore 8 Juni 2001 ini, memang sejak pertama kali memang tidak menargetkan prestasi akademik.
Lantaran saat menempuh pendidikan di IAIN Ternate, tepatnya pada program studi Ilmu Al-qur'an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah, ia memang terdorong menguasai ilmu Sanad dan Qira'at qur'an.
Karena impian terbesarnya adalah suatu saat nanti ia tampil sebagai tenaga pengajar Sanad dan Qira'at Qur'an. Karena, kecintaan pada al-qur'an membuka jalan untuk mencatatkan prestasi dan membahagiakan kedua orangtuanya.
Ia mengaku bangga, karena walaupun bukan lahir dari keluarga berkecukupan, namun perjalanan menempuh pendidikan sarjana di IAIN Ternate menghadirkan kisah yang dapat menginspirasi banyak orang.
"Saya memang tidak menargetkan meraih prestasi akademik, karena fokus utama saya adalah menjadi seorang hafizah, tentu ini merupakan impian saya," ujar alumni SMPN 2 kota Tidore Kepulauan.
Sepanjang menjalani proses menimbah ilmu di IAIN Ternate, putri bungsu dari pasangan Slamet Ismail dan Siti Adam ini, hanya terdorong untuk giat belajar agar dapat menyelesaikan studi tepat waktu.
"Mama sering berpesan, rajin belajar dan jangan dekati lelaki, biar cepat menyelesaikan studi," akunya