"Ini merupakan sebuah kisah perjalanan saya sebagai mahasiswa IAIN Ternate, yang tak akan pernah saya lupakan, karena pada kegiatan academic writing itu, saya berhasil meraih penghargaan sebagai peserta terproduktif. Dari sinilah, keinginan untuk menjadi seorang penulis tertancap kuat dalam hati," ujarnya.
Kecintaan pada dunia menulis, membuat ia dan teman-temannya menerbitkan sebuah buku kisah perjalanan KKN di kabupaten Halmahera Barat 2023 lalu. Buku yang diberi judul Taruba Tempo Doeloe tersebut, menceritakan desa yang mereka tinggali sepanjang melaksakan kegiatan KKN, yakni di desa Taruba kecamatan Sahu, Halmahera Barat.
"Ada karya tulis saya bersama salah satu dosen Biologi juga terbit pada jurnal Sinta 5, karya kami itu tentang Model Pembelajaran," tuturnya
Ia berharap, karya tulis yang ia garap hingga mengantarkan ia meraih gelar sarjana, juga dapat diterbitkan pada jurnal ilmiah, sehingga menginspirasi adik-adiknya pada tadris Biologi untuk giat belajar dan berkarya.
Sebagai anak petani, tentu prestasi yang ia raih setidaknya dapat memantik kedua orangtuanya mengulas senyum bahagia, lantaran menurut dia, setiap orangtua pasti berkeinginan putra putri mereka meraih kesuksesan di dunia pendidikan, selain itu tentu dengan prestasi akademik dapat membuat mereka senyum bangga.
"Prinsipnya, kita jangan berhenti untuk berdo'a dan bersyukur atas apa yang kita raih, dan selalu menghidupkan optimisme untuk menatap masa depan yang lebih baik demi membahagiakan orantua, dan semua itu harus diawali dari bangku pendidikan," ucapnya.
Jika Ujaifa dan Isran Sahil memiliki orangtua berprofesi petani, Surya Saputra Mahmud (23) adalah anak seorang akademisi pada salah satu kampus negeri di kota Ternate. Ia mengisahkan perjalanan menempuh pendidikan di program studi Ilmu Al-qur'an dan Tafsir (IAT) Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah (FUAD) dimulai dari kegagalan mengikuti seleksi bintara polisi.
Ia mengatakan, walaupun memiliki orangtua berprofesi sebagai pendidik, tak lantas memantik dirinya untuk mengikuti jejak langkah sang ayahnya. Karena semenjak berada di bangku Madrasah Al Khairaat Kalumpang Ternate, ia menyaksikan teman-temannya selepas lulus sekolah langsung terdorong cepat bekerja dan menghasilkan uang.
"Saat itu, teman-teman saya banyak yang mengikuti seleksi menjadi anggota Polri, dan mereka berhasil. Untuk itu, saya juga ikut terdorong menjadi anggota Polri agar seperti mereka," terangnya.
Namun, rupanya do'a orangtua begitu kuat untuk menggiringnya ke dunia perguruan tinggi, sehingga bungsu dari empat bersaudara ini pun mengikuti saran sang bapaknya untuk melanjunjtkan studi di perguruan tinggi (PT).