Syahdan, pikiran sang ibu melayang jauh ke kota Ternate, Maluku Utara. Jika di kota Manado dan Tomohon, ibunya merasa cemas jika Gita melanjutkan studi dan hidup sebatang kara, tapi di kota yang cukup dikenal dengan kota rempah ini, sang ibunya merasa yakin jika dirinya pasti meraih sukses sebagai seorang mahasiswa.
Lantaran di kota Ternate, salah satu kakaknya bernama Hana Bangka (40) terlebih dulu menetap di Ternate tepatnya di lingkungan Ake Sako kelurahan Dufa-Dufa, Ternate Utara. Bahkan, kakaknya tersebut sudah resmi memeluk agama Islam, sehingga ibunya merasa bahwa di kota yang mayoritas beragama Islam ini, Gita pasti tidak begitu menemui kendala dalam pergaulan, karena sang kakaknya juga beragama Islam.
Mendapat penjelasan sang ibu, Gita memantapkan hati untuk meninggalkan tanah kelahiran dan memilih berlayar menuju ke kota Ternate. Di Ternate, ia pun belum mendapat gambaran tentang IAIN Ternate, sehingga ia yakin bahwa nantinya ia bakal melanjutkan studi di universitas Khairun Ternate.
Tapi, dengan beragam pandangan yang disampaikan perihal jarak tempuh dari kelurahan Dufa-Dufa ke kelurahan Gambesi Ternate Selatan, membuat sang kakaknya meminta ia untuk melanjutkan studi di IAIN Ternate, karena walaupun sebagai kampus Islam, tapi informasi soal anak-anak non-muslim juga bisa berkuliah di IAIN Ternate membuat ia memantapkan hati memilih IAIN Ternate.
"Kakak saya yang mendapat informasi tersebut, sehingga ia menyarankan saya untuk kuliah di IAIN Ternate," kata Gita di auditorium IAIN Ternate, kamis (22/2/2024).
Walaupun memilih berkuliah di IAIN Ternate, namun ia terlambat mendaftar pada jalur pendaftaran gelombang pertama yakni jalur Seleksi Prestasi Akademik Nasional-Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (SPAN-PTKIN). Sehingga, harus mengikuti jalur UM-PTKIN (Ujian Masuk Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri).
Ia menuturkan, mendaftar pada jalur UM-PTKIN, ia memilih dua program studi pada fakultas yang berbeda, yakni prodi hukum Tata Negara (HT) dan Manajemen Keuangan Syariah (MKS). Namun, berdasarkan hasil ujian, ia dinyatakan lulus pada prodi MKS FEBI.
"Saat mendaftar pada tahun 2021 lalu, saya memang memilih dua prodi pada fakultas yang berbeda, tapi setelah diumumkan, saya lulus sebagai calon mahasiswa baru pada prodi MKS," ujar Gita seraya mengulas senyum.
Ia mengungkapkan, sebagai mahasiswi non-muslim, tapi menjalani aktivitas perkuliahan tidak mendapat kendala, pasalnya teman-teman sekelas dalam pergaulan di kampus sangat ramah, sopan, dan menjunjung nilai-nilai toleransi.
Walaupun begitu, keluarganya di desa Sampaka, kecamatan Totikum, Banggai Kepulauan, Sulawesi Tengah, sempat tak menyangka, bahwa dia bisa diterima kuliah di IAIN Ternate.
Karena mereka meyakini, IAIN Ternate merupakan kampus Islam, sehingga pasti tidak menerima anak-anak non-muslim. Namun, setelah dijelaskan secara detail mengapa ia dapat diterima di IAIN Ternate, barulah mereka memahami bahwa ternyata di IAIN Ternate, walaupun sebagai kampus Islam, tapi sangat terbuka bagi anaka-anak non-muslim.