Dari momen tersebut, naluri fotografer saya terus berkecambah dan ikut mengabadikan momen istimewa dan bersejarah tersebut. Walaupun mendapat peringatan dari petugas keamanan agar kembali menampati posisi yang telah disediakan, namun bagi saya, ini adalah momen terbaik yang akan menjadi cerita sepanjang perjalanan IAIN Ternate, sehingga saya agak sedkit “melanggar” kesepakatan, demi mendapat foto-foto bersejarah dalam kunjungan wapres ke IAIN Ternate.
Karena bagi saya, jika momen rombongan wapres dan rektor beriringan menuju gedung kuliah terpadu, jika saya tidak dapatkan foto terbaik, maka menurut saya adalah kegagalan terbesar dalam memenuhi ekspektasi pimpinan dalam menghadirkan kisah peresmian GKT.
Sama halnya, seperti yang saya lakukan kala bersama mantan rektor IAIN Ternate mendiang Abd Rahman Ismail Marasabessy, menjemput Menteri agama RI, Suryadharma Ali di landasan pacu Bandara Baabullah Ternate, kala itu saya sempat berantem dengan petugas bandara, hanya karena gegara diminta menjauhi tangga pesawat.
Sementara, di satu sisi rektor meminta saya harus siaga mendokumentasikan Menteri Agama menuruni tangga pesawat, dan menyalaminya bersama Penjabat Gubernur Malut, Tanribali Lamo, hingga menuju ke gedung Very-Very Important Person (VVIP).
Karena sedikit keras kepala melawan petugas bandara itulah, momen Menteri Agama, Sekjen Kemenag, dan Dirjen Pendis menuruni tangga pesawat, hingga ke gedung VVIP dan menyantap sarapan pagi bersama para Muspida Provinsi Malut dan kota Ternate, saya dokumentasikan dan menjadi foto bersejarah menceritakan perjalanan IAIN Ternate, hingga dipilih untuk jadikan galeri pendukung buku Biografi mantan rektor IAIN Ternate Abd Rahman Ismail Marasabessy.
Untuk itu, momen kehadiran wapres di kampus IAIN Ternate, untuk meresmikan gedung kuliah terpadu, memang menjadi prioritas saya. Apapun resiko yang saya alami, saya tetap membuat foto-foto bernilai sejarah bagi perjalanan IAIN Ternate. Karena selain sebagai alumni, tentu kecintaan saya teramat besar terhadap IAIN Ternate. Sehingga berkali-kali diajak teman-teman untuk pindah dari IAIN Ternate, sejak pada 2018 lalu “berkonflik” dengan mantan Rektor, saya tetap menepis ajakan mereka, karena ingin tetap mengabdi untuk almamater yang saya cintai.
Ketika rektor, dan wapres beserta rombongan mencapai beranda gedung kuliah terpadu, penjagaan dari petugas keamanan pun semakin ketat, lensa tele 70-200 mm, yang sedari tadi tertancap pada kamera, dengan cekatan saya harus melepas. Dan, pada momen di beranda gedung inilah terlewatkan dengan begitu cepat, lantaran wapres dikerumuni petugas keamanan.
Sehingga, walaupun dengan menggunakan lensa kit, tidak dapat membuat foto dengan timing yang tepat. Sadar atas kondisi inilah, terlebih dilarang memasuki GKT oleh petugas keamanan, maka naluri fotografer saya pun berkata, harus menunggu momen wapres menyampaikan keterangan pers.
Karena sejak terlibat memotret perjalanan wapres dan rombongan berjalan menuju GKT, sehingga saat kembali menampati posisi semula yang diatur petugas keamanan, mulai tidak leluasa seperti awalnya, lantaran posisi saya ditempati oleh salah satu fotogarfer dari Humas Provinsi Malut, kondisi ini kami saling pepet dan berdesak-desakan, sehingga kerap memunculkan emosi.
Karena berdesak-desakan, maka tak kala seusai wapres menandatangani prasasti dan beranjak keluar menyampaikan keterangan pers, saya dan beberapa fotografer yang berada di barisan paling depan, tidak bisa mendokumentasikan dengan posisi berdiri, lantaran dapat menghalangi sorotan kamera jurnalis TV One dan Metro TV, serta Tim Setwapres.
Maka, pada momen ini, terpaksa selama wapres menyampaikan keterangan pers, saya pun memotret dengan posisi merunduk, karena meluruskan posisi badan, maka kepala terantuk lensa kamera reporter TV One.