Mohon tunggu...
Hilman Idrus
Hilman Idrus Mohon Tunggu... Administrasi - Fotografer

√ Penikmat Kopi √ Suka Travelling √ 📷

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Berkunjung ke "Bumi Anoa" Sulawesi Tenggara (Bagian 2)

26 Februari 2023   15:39 Diperbarui: 26 Februari 2023   16:20 326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bandara Hasanuddin Makassar

Sesekali badan pesawat tergoncang, setelah menabrak awan bentukan kondensasi uap air, mengagetkan saya dari tidur. Kondisi seperti ini memang kerap saya alami ketika penerbangan menuju bandara Hasanuddin Makassar, maupun saat kembali ke Ternate.

Penerbangan dari Ternate ke Makassar memang hanya membutuhkan waktu satu jam lebih, karena perbedaan Waktu Indonesia Timur (WIT) dan Waktu Indonesia Tengah (WITA)  adalah satu jam, maka berdasarkan waktu yang saya catat kala pesawat Take off dari bandara Babullah pukul 18.02 WIT, dan tiba di bandara Hasanuddin Makassar tepat pada pukul 19.30 WITA.

"Silahkan memasang sabuk pengaman, karena tidak lama lagi pesawat akan mendarat di bandara Hasanuddin Makassar." Arahan yang dilontarkan pramugari, membuat semua penumpang mulai mengecangkan sabuk pengaman. 

Rupanya, di daerah Maros baru saja diguyur hujan. Sehingga, begitu roda depan pesawat bergesekan dengan landasan pacu menimbulkan suara yang tak lajimnya.

Sang pilot perlahan-lahan mendekatkan sisi depan pesawat ke Garbarata, para penumpang akhirnya dipersilahkan untuk turun, termasuk penumpang yang hendak ke kota Kendari.

Saya pun ikut bergegas turun bersama sejumlah penumpang lainnya, karena belum kantongi tiket pesawat ke kota Kendari, akhirnya saya harus berjalan keluar menuju terminal bandara.

Sekitar 5 menit berada di terminal bandara Hasanuddin, saya men- searching hotel yang dekat dengan bandara Hasanuddin untuk bermalam di Makassar. Sebab, tiket yang saya kantongi untuk penerbangan ke kota Kendari adalah besok pagi, tepatnya pada pukul 7.41 WITA.

Maka tak menunggu lama, saya harus memesan mobil pangkalan untuk menuju ke sebuah hotel yang berdekatan dengan kompleks Lanud Hasanuddin, Makassar. 

Pilihan pada hotel tersebut karena jaraknya sangat berdekatan dengan bandara Hasanuddin. Sehingga, tidak membutuhkan waktu lama untuk kembali esok pagi mengikuti penerbangan pertama menuju kota Kendari.

Rupanya yang menjadi driver di mobil pangkalan tersebut adalah seorang wanita berjilbab syar'i, dan hotel yang saya tuju rupanya berdekatan dengan kediaman sang driver tersebut.

Sehingga, katanya di hotel yang nantinya saya inap, walaupun bukan kategori hotel mewah. Namun, sangat representatif, karena berada cukup dekat dengan sejumlah warung makan dan masjid.

Saat tiba di hotel, saya pun bergegas memesan sebuah kamar, kata resepsionis hotel, semua kamar yang berada di lantai satu sudah terisi semua. Maka, kamar lantai dua merupakan pilihan saya untuk bermalam di hotel tersebut.

Sudah menjadi kebiasaan saya jika harus duduk membaca buku harus ditemani segelas kopi dan rokok, maka malam itu di hotel, saya memesan segelas kopi dari petugas resepsionis.

Karena di hotel tersebut, para tamu dilarang merokok di dalam kamar, maka menikmati kopi sambil membaca buku di lobi utama merupakan pilihan tepat.

Saat kopi mulai berkurang dan jarum jam menunjukkan pukul 22 45, tiba-tiba pesan WhatsApp berdering, rupanya pesan tersebut dari seorang teman bernama Yudi Fara, yang tengah mengikuti kegiatan di kota Yogyakarta.

Saling lempar guyonan via percakapan pribadi WhatsApp, hingga pukul 23 lebih, dan rasa kantuk mulai menyergap membuat saya mengakhir obrolan dan menuju ke kamar untuk istirahat, agar esok pagi tidak terlambat ketika bepergian menuju  bandara Hasanuddin.

Seperti biasanya, setiap tidur harus menyetel alarm, agar bangun tepat waktu untuk salat subuh, terlebih menjelang subuh istri menelpon dari Ternate membangunkan saya untuk salat subuh.

Karena sudah membuat janji dengan sang driver yang mengantarkan saya ke hotel, maka seusai salat subuh, saya meraih telepon genggam dan menelpon memberitahunya, bahwa saya harus ke bandara sebelum pukul 7 pagi.

Sehingga, memintanya untuk menjemput saya di hotel, dan tak berlangsung lama, si wanita bernama Yanti itu, akhirnya tiba tepat waktu. Dan, kami kemudian bermobil menuju bandara Hasanuddin.

Sepanjang perjalanan, dia menceritakan kalau dirinya sering mengantar dan jemput tamu hotel dari Ternate. Sebelum menjalani pekerjaan sebagai driver mobil pangkalan, ia bekerja pada sebuah perusahaan swasta sebagai money changer di bandara Hasanuddin Makassar. 

Namun, kala pandemi melanda pada 2020 lalu, ia akhirnya ia memilih resign. Karena salah satu putranya sudah resmi bekerja di bandara Hasanuddin, untuk itu ia membiarkan anaknya sebagai karyawan bandara, dan ia memilih menjadi driver mobil pangkalan di terminal bandara Hasanuddin Makassar.

Di tengah obrolan, tanpa sadar mobil yang kami tumpangi akhirnya mencapai terminal bandara Hasanuddin. Sesaat sebelum melangkah keluar dari mobil, ia bilang jika berkunjung ke Makassar, bisa menghubunginya jika membutuhkan jasa angkutan, sambil mengiyakan pesannya, lalu saya berpamitan menuju ke dalam bandara untuk melangsungkan check in. (bersambung).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun