Walaupun pemilu 2024 masih sangat jauh, namun kini wacana soal keberadaan partai-partai baru dan ancaman serius bagi partai lama menjadi tema yang tak pernah habis di bahas.Â
Dan wacananya seputar figur sentral pada partai baru, serta kelihaian membaca kemenangan dengan berbagai macam pendekatan, dan tentunya performa politik partai lama dan baru.Â
Bagi partai pendatang baru, sebetulnya secara sistem keorganisasian sih memang patut disebut baru, namun secara struktur, dihuni oleh wajah lama dengan segudang pengalaman politik, sehingga patut diwaspadai.Â
Sebab, para tokoh yang membesut partai baru, tentu merasakan ketatnya pertarungan pada pemilu sebelumnya bersama partai-partai yang telah membesarkan nama mereka.Â
Sebut saja Amien Rais yang dikenal sebagai pendiri Partai Amanat Nasional (PAN), maupun Fachri Hamzah dan Anis Matta sebagai figur yang memiliki popularitas dan elektabilitas cukup baik bersama partai lamanya yakni PKS.Â
Walaupun kemunculan sejumlah partai baru disertai ketokohan pimpinan partai. Namun, tiga nama tersebut layak disorot, lantaran sebelumnya mereka diperhadapkan friksi di internal partai lamanya, sehingga memutuskan untuk hengkang dan mendirikan partai baru.Â
Secara politik, hengkangnya mereka dari partai yang telah membesarkan namanya dapat dipahami pemicunya adalah terkait faksionalisasi dan rivalitas figur, dan pergeseran paradigma kepemimpinan yang ikut menggerus fokus serta target penguatan sistem partai.Â
Sehingga, hengkang dan mendirikan partai baru merupakan solusi dalam menjaga asa karir politiknya. Untuk itu, dengan pengalaman yang dimiliki menjadi modal berharga dalam membangun partai, serta mengkalkulasikan perebutan suara pemilih.Â
Dalam kacamata politik, kompleksitas, rivalitas, dan friksi politik pada partai lama menjadi ikhtiar dalam memformulasikan agenda politik pada partai baru.Â
Maka, sejumlah kader yang diyakini memliki pandangan yang sama seperti mereka, digaet dan ditempatkan pada posisi strategis; baik sebagai pengurus tingkat daerah maupun mengisi komposisi struktur di pusat.Â
Perjalanan partai politik tentu tidak terlepas dari dinamika tarikan kepentingan, walaupun berbagai upaya yang dilakukan untuk meng-islah-kan figur yang berbeda kepentingan tersebut. Namun, fakta membuktikan lahirnya sejumlah partai baru lantaran perbedaan sikap dalam memformulasikan arah politik partai.Â